KOMPAS.com - Analisis baru dari Climate Central menemukan bahwa puluhan negara dan ratusan kota harus kehilangan hari-hari di bawah titik beku pada musim dingin.
Hal tersebut bisa menyebabkan gangguan lingkungan karena dinginnya musim dingin pun memainkan peran penting bagi dunia.
"Waktu terdingin dalam setahun menopang salju dan es yang digunakan untuk rekreasi musim dingin serta aktivitas lainnya. Selain itu juga kesempatan untuk mengisi kembali lapisan salju yang memasok air tawar," tulis peneliti dalam studinya.
"Musim dingin juga memainkan peran penting dalam siklus hidup tumbuhan, hewan, serangga, yang memengaruhi ekosistem sepanjang sisa tahun," tulis peneliti lagi.
Dikutip dari Splinter, Senin (30/12/2024), Climate Central menganalisis suhu minimum harian Desember-Februari di 123 negara.
Baca juga: Bagaimana Olahraga Musim Dingin Beradaptasi dengan Perubahan Iklim?
Mereka menemukan bahwa sepertiga dari negara-negara tersebut (44 negara), mengalami setidaknya satu minggu tambahan dengan hari-hari di atas titik beku per tahun selama 2014 hingga 2023, berkat pemanasan yang disebabkan oleh manusia.
Beberapa tempat mengalami hal yang lebih buruk dari itu.
Dua puluh lima negara mengalami antara satu dan dua minggu hilangnya hari-hari beku.
Itu termasuk destinasi ski Eropa seperti Prancis dan Italia, serta Norwegia, Jepang, dan Inggris Raya.
Eropa secara umum memang bernasib lebih buruk daripada bagian lain dunia. Contohnya Jerman, Polandia, dan Belgia yang mengalami setidaknya dua minggu lebih banyak cuaca hangat per tahun.
Denmark dan tiga negara Baltik mengalami musim dingin paling cepat, dengan setidaknya tiga minggu penuh hilangnya hari-hari beku karena perubahan iklim.
Tingkat Kota
Jika ditelusuri ke tingkat kota, hampir setengah (44 persen) dari 901 kota yang diteliti kehilangan setidaknya satu minggu cuaca beku.
Baca juga: Perubahan Iklim Rugikan Asuransi Hingga 600 Miliar Dollar AS
Beberapa mengalami hal yang jauh lebih buruk dari itu. Termasuk Fuji, Jepang (35 hari di atas titik beku ditambahkan setiap tahun); Khujand, Tajikistan (30 hari); Turin, Italia (30 hari); dan Bergen, Norwegia (29 hari).
Kota-kota di AS tidak lebih baik, dengan 39 dari 62 kota yang dianalisis kehilangan setidaknya seminggu cuaca beku.
Dampak dari makin pendeknya musim dingin ini sangat luas.
Industri ski dan papan seluncur salju tentu akan terdampak. Namun tak hanya itu saja.
Berkurangnya lapisan salju di pegunungan juga akan memutus pasokan air, dan lebih sedikit hari di bawah titik beku mungkin akan memperburuk risiko kesehatan yang terkait dengan nyamuk, kutu, dan pembawa penyakit lainnya.
Waktu pertanian juga akan terganggu karena ada pula berbagai tanaman bergantung pada sejumlah dingin musim dingin untuk bertahan hidup.
Baca juga: Krisis Iklim, Indonesia Alami Tambahan 122 Hari Suhu Panas pada 2024
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya