Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

5 Dampak Buruk Deforestasi, Ancam Siklus Air sampai Ketahanan Pangan

Kompas.com - 02/01/2025, 15:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

KOMPAS.com - Hutan bukanlah sekadar pepohonan atau tanaman yang tumbuh di tengah tanah tak bertuan.

Lebih dari itu, hutan adalah sebuah ekosistem, "rumah" dan tempat tinggal bagi jutaan keanekaragaman hayati mulai dari jamur, serangga, mamalia, dan bermacam satwa lainnya.

Selama ribuan tahun lamanya, hutan yang telah terbentuk menyediakan penghidupan bagi berbagai makhluk hidup. Bahkan sampai saat ini, ada jutaan orang yang masih menggantungkan hidupnya di dalam hutan.

Baca juga: Deforestasi, 1,9 Juta Hektare Hutan Indonesia Rusak Dalam 2 Tahun

Di samping itu, hutan juga memiliki pengaruh besar terhadap pola curah hujan, kualitas air dan tanah, serta pencegahan banjir. Hutan juga berperan penting menyerap gas rumah kaca (GRK) untuk melawan pemanasan global dan perubahan iklim.

Dengan kata lain, makhluk hidup termasuk manusia modern sangat membutuhkan hutan yang lestari.

Membabat hutan berarti menggusur penghidupan makhluk hidup yang ada di dalamnya. Ada bencana besar mengintai planet Bumi jika laju penggundulan hutan atau deforestasi tak terkendali dan membuat hutan menjadi rusak.

Dilansir dari Earth.org, berikut sejumlah dampak buruk dari deforestasi yang berlebihan.

Baca juga: Indonesia Telah Lampaui Kuota Target Deforestasi

1. Memperparah perubahan iklim

Para ilmuwan sepakat, deforestasi dapat memperparah perubahan iklim yang terjadi saat ini.

Pepohonan di hutan dapat menyerap emisi GRK berlebih dari aktivitas manusia, penyebab utama pemanasan global yang memicu perubahan iklim

Global Forest Watch menyebutkan, dari berbagai jenis, hutan tropis menjadi kawasan yang krusial untuk melawan perubahan iklim.

Apabila hutan tropis dibabat, aktivitas tersebut bukan hanya melemahkan penyerapan GRK, melainkan juga melepaskan emisi.

Tingkat emisi yang dihasilkan dari hilangnya hutan tropis saat ini hampir 25 persen lebih tinggi daripada yang dihasilkan di Uni Eropa dan sedikit di bawah tingkat AS.

Deforestasi juga meningkatkan risiko kebakaran hutan yang tidak terkendali. Pada gilirannya, hal tersebut semakin memperparah kerusakan hutan, dan memperburuk penggundulan hutan.

Baca juga: Film 17 Surat Cinta Diluncurkan, Ungkap Ancaman Deforestasi Ilegal SM Muara Singkil

2. Dampak terhadap polusi tanah dan siklus air

Selain berperan sebagai penyerap karbon, hutan merupakan komponen penting dari siklus air dan memiliki fungsi yang sangat penting untuk mencegah degradasi lahan dan penggurunan.

Deforestasi dapat mengganggu siklus tersebut dengan mengurangi curah hujan dan memengaruhi aliran sungai serta volume air.

Dalam kasus hutan hujan Amazon, penelitian menunjukkan bahwa setidaknya 80 persen pohonnya diperlukan untuk menjaga siklus hidrologi tetap berjalan.

Namun saat ini, hampir 17 hutan Amazon telah hilang dan berada di titik kritisnya.

Statistik menunjukkan, penggundulan hutan mengurangi curah hujan di Amazon sekitar 10 persen setiap tahun.

Selain kontribusinya terhadap aliran air, pepohonan membantu tanah menahan air dan menopang kehidupan hutan dengan memasok nutrisi yang kaya.

Deforestasi dapat menghilangkan tutupan lahan, sehingga tanah langsung terpapar angin dan hujan. Hal ini membuat tanah rentan terkikis dan rentan terhadap erosi.

Baca juga: Jika Gagal Patuhi Aturan Deforestasi UE, Indonesia Bisa Rugi Rp 50 Triliun

3. Dampak pada manusia

Sebenarnya, penggundulan hutan juga berdampak langsung pada populasi manusia. Dengan hilangnya pohon, tanah air juga ikut hancur dalam prosesnya.

Masyarakat adat atau suku-suku yang masih tinggal di hutan bergantung padanya untuk menopang kehidupan.

Akibat deforestasi, mereka menanggung beban sangat berat dari hutan yang gundul.

Karena rumah mereka hancur dan sumber daya terganggu, masyarakat adat ini terpaksa bermigrasi ke tempat lain dan mencari cara lain untuk menopang hidup mereka.

Baca juga: Perluasan Hutan Tanaman Energi Dinilai Percepat Deforestasi di Kalimantan Barat

4. Dampak terhadap satwa dan tumbuhan

Satwa merupakan salah satu korban terbesar dari penggundulan hutan. Hutan di seluruh dunia merupakan rumah bagi lebih dari 80 persen spesies hewan, tumbuhan, dan serangga.

Kerusakan hutan yang cepat berkontribusi terhadap penurunan keanekaragaman hayati yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Dampak utama penggundulan hutan terhadap hewan dan tumbuhan adalah hilangnya habitat mereka. Deforestasi juga menjadi salah satu kontributor utama kepunahan berbagai spesies.

Lebih jauh lagi, banyak spesies hewan sangat bergantung pada tanaman tertentu dan buahnya sebagai sumber makanan. Ketika sumber daya ini hilang, hewan menjadi lebih lemah, lebih rentan terhadap penyakit, dan sering kali mati kelaparan.

Peran penting pohon lainnya adalah mengatur suhu hutan dan menjaganya tetap konstan.

Ketika penggundulan hutan terjadi, suhu berfluktuasi lebih drastis dari siang ke malam. Dan perubahan ekstrem ini sering kali berakibat fatal bagi banyak spesies.

Baca juga: Komisi Uni Eropa Usul Tunda Pelaksanaan UU Terkait Deforestasi

5. Dampak pada ketahanan pangan

Dijelaskan dari poin sebelumnya, penggundulan hutan menyebabkan degradasi lahan, siklus air, hingga curah hujan.

Dampak-dampak tersebut membawa dampak ikutan berupa terganggunya ketahanan pangan.

Pasalnya, pola cuaca dan degradasi tanah juga secara drastis menurunkan produktivitas pertanian.

Populasi yang tinggal di sekitar hutan tropis menjadi pihak yang terkena dampak paling parah dari kerusakan hutan akibat deforestasi.

Baca juga: Dilobi Sejumlah Pihak Termasuk RI, Uni Eropa Tunda Implementasi UU Anti-Deforestasi

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau