Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perluasan Hutan Tanaman Energi Dinilai Percepat Deforestasi di Kalimantan Barat

Kompas.com - 22/10/2024, 11:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Editor

KOMPAS.com - Ketua Lingkaran Advokasi dan Riset (Link-AR) Borneo Ahmad Syukri mengatakan, pembangunan hutan tanaman energi (HTE) untuk biomassa kayu sebagai upaya transisi energi menimbulkan berbagai dampak negatif.

Hal tersebut disampaikan Syukri dalam aksi damai peringatan Big Bad Biomass International Day di Bundaran Tugu Digulis Universitas Tanjungpura di Pontianak dan Kantor Gubernur Kalimantan Barat, Senin (21/10/2024).

Aksi tersebut digelar sejumlah organisasi masyarakat sipil dan mahasiswa yang tergabung dalam Koalisi Transisi Energi Berkeadilan.

Baca juga: Ilmuwan Eksplorasi Rumput Laut Jadi Sumber Energi dan Pakan Ternak

"Transisi energi merupakan proses penting dalam mengurangi ketergantungan pada energi fosil menuju energi bersih dan ramah lingkungan. Namun, kebijakan pemerintah dalam memanfaatkan biomassa kayu sebagai salah satu sumber energi terbarukan memicu kekhawatiran dari berbagai kalangan," kata Syukri, sebagaimana dilansir Antara.

Dia menjelaskan, pembangunan HTE di Kalimantan Barat telah menyebabkan konflik berkelanjutan antara masyarakat adat dan perusahaan.

Perluasan izin konsesi untuk perusahaan HTE, menurut Syukri, akan mempercepat laju deforestasi dan degradasi lahan.

Selain itu, perluasan HTE juga mengancam keberlangsungan ekosistem hutan dan spesies langka, seperti orangutan Kalimantan.

Baca juga: Investasi Energi Bersih Global Lebih Tinggi dari Bahan Bakar Fosil

"Proyek pengembangan biomassa yang mengandalkan HTE dan hutan produksi berpotensi menyebabkan konflik lahan serta perampasan tanah masyarakat adat, yang mengandalkan hutan sebagai sumber kehidupan," tuturnya.

Dalam kebijakan transisi energi, biomassa dinilai sebagai salah satu sumber energi terbarukan yang diandalkan hingga tahun 2040.

Dalam Peraturan Presiden No. 22 tahun 2017 tentang Rencana Umum Energi Nasional (RUEN), pemerintah mewajibkan perusahaan energi untuk membeli listrik dari pembangkit listrik tenaga biomassa (PLTBm) dan mendorong pembangunan PLTBm di seluruh provinsi, termasuk Kalimantan Barat.

Manajer Kampanye Bioenergi Trend Asia Amalya Reza Oktaviani memperingatkan, pengembangan biomassa kayu dapat menambah krisis lingkungan.

Baca juga: Energi Terbarukan Ciptakan 16,2 Juta Lapangan Kerja di Seluruh Dunia

Dia menuturkan, sampai saat ini masih ada sekitar 56.372 hektare hutan alam di dalam tujuh konsesi HTE di Kalimantan Barat.

"Jika kawasan ini dibuka untuk penanaman energi, potensi emisi karbon yang dilepaskan bisa mencapai 36,5 juta ton," kata Amalya.

Dia menambahkan, pembakaran biomassa di PLTBm juga menghasilkan polusi udara yang dapat membahayakan kesehatan masyarakat.

Amalya menyerukan agar Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat meninjau kembali rencana pengembangan biomassa dan mencari solusi energi yang benar-benar terbarukan tanpa merusak lingkungan atau mengorbankan masyarakat.

Baca juga: Jurus Prabowo Swasembada Energi: Manfaatkan Sawit hingga Singkong

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Singapura Putuskan Ikut Danai Studi Kelayakan CCS di Negaranya

Singapura Putuskan Ikut Danai Studi Kelayakan CCS di Negaranya

Pemerintah
Perluasan Hutan Tanaman Energi Dinilai Percepat Deforestasi di Kalimantan Barat

Perluasan Hutan Tanaman Energi Dinilai Percepat Deforestasi di Kalimantan Barat

LSM/Figur
Penegakan Hukum dan Rendahnya Kesadaran Masyarakat jadi Tantangan Kelola Sampah

Penegakan Hukum dan Rendahnya Kesadaran Masyarakat jadi Tantangan Kelola Sampah

LSM/Figur
Pengajar dan Praktisi Minta Prabowo Revolusi Ketenagakerjaan ke Arah Berkelanjutan

Pengajar dan Praktisi Minta Prabowo Revolusi Ketenagakerjaan ke Arah Berkelanjutan

LSM/Figur
Seruan Pendanaan Pelestarian Alam Menggema dalam KTT Keanekaragaman Hayati COP16

Seruan Pendanaan Pelestarian Alam Menggema dalam KTT Keanekaragaman Hayati COP16

Pemerintah
79 Persen Eksekutif Agrifood Laporkan Pertumbuhan Pendapatan dari Investasi Keberlanjutan

79 Persen Eksekutif Agrifood Laporkan Pertumbuhan Pendapatan dari Investasi Keberlanjutan

Pemerintah
 Bank Belum Siap Hadapi Perubahan Iklim

Bank Belum Siap Hadapi Perubahan Iklim

Pemerintah
Emisi CO2 Global dari Kebakaran Hutan meningkat 60 Persen Sejak 2001

Emisi CO2 Global dari Kebakaran Hutan meningkat 60 Persen Sejak 2001

LSM/Figur
Tolak PLTU Captive, Koalisi Sulawesi Tanpa Polusi Minta Prabowo Revisi Perpres 112/2022

Tolak PLTU Captive, Koalisi Sulawesi Tanpa Polusi Minta Prabowo Revisi Perpres 112/2022

LSM/Figur
Google Bakal Manfaatkan Nuklir untuk Pasok Listrik Data Center

Google Bakal Manfaatkan Nuklir untuk Pasok Listrik Data Center

Swasta
Ilmuwan Eksplorasi Rumput Laut Jadi Sumber Energi dan Pakan Ternak

Ilmuwan Eksplorasi Rumput Laut Jadi Sumber Energi dan Pakan Ternak

Pemerintah
Investasi Energi Bersih Global Lebih Tinggi dari Bahan Bakar Fosil

Investasi Energi Bersih Global Lebih Tinggi dari Bahan Bakar Fosil

LSM/Figur
Energi Terbarukan Ciptakan 16,2 Juta Lapangan Kerja di Seluruh Dunia

Energi Terbarukan Ciptakan 16,2 Juta Lapangan Kerja di Seluruh Dunia

LSM/Figur
Anak Muda Perlu Dilibatkan dalam Diskusi Isu Keberlanjutan

Anak Muda Perlu Dilibatkan dalam Diskusi Isu Keberlanjutan

Swasta
Dorong Pengembangan Panas Bumi, Prabowo-Gibran Perlu Beri Investor Insentif

Dorong Pengembangan Panas Bumi, Prabowo-Gibran Perlu Beri Investor Insentif

LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Selamat, Kamu Pembaca Terpilih!
Nikmati gratis akses Kompas.com+ selama 3 hari.

Mengapa bergabung dengan membership Kompas.com+?

  • Baca semua berita tanpa iklan
  • Baca artikel tanpa pindah halaman
  • Akses lebih cepat
  • Akses membership dari berbagai platform
Pilihan Tepat!
Kami siap antarkan berita premium, teraktual tanpa iklan.
Masuk untuk aktivasi
atau
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau