KOMPAS.com - Sebuah survei baru terhadap pemilik kendaraan listrik (EV) di seluruh dunia menemukan bahwa hanya 1 persen pemilik kendaraan listrik yang akan membeli mobil bertenaga gas murni atau diesel untuk kendaraan mereka berikutnya.
Mengutip GAIKINDO, jenis bahan bakar gas yang tersedia saat ini untuk kendaraan adalah compressed natural gas (CNG) dan liquified gas for vehicles (LGV). CNG berbentuk gas, sedangkan LGV adalah gas yang berbentuk cair.
Mengutip Clean Technica, Selasa (7/1/2025) hasil survei dari Global EV Drivers Alliance (GEVA) ini juga mengungkapkan sebanyak 92 persen pemilik kendaraan listrik akan membeli EV lain sebagai kendaraan selanjutnya.
Sementara sisanya, memilih untuk membeli kendaraan hybrid atau mampu beroperasi dengan dua jenis bahan bakar.
Baca juga:
Keputusan tersebut dipilih karena beberapa orang masih ingin menggunakan mobil sebagai kendaraan listrik dan hanya menggunakan tangki bensin sebagai cadangan bahan bakar saat kondisi darurat.
"Hasil survei menegaskan bahwa pengemudi kendaraan listrik sangat puas dengan pilihan mereka dan bahwa laporan tentang menurunnya popularitas kendaraan listrik sangat dibesar-besarkan," kata Petter Haugneland, Asisten Sekretaris Jenderal Asosiasi Kendaraan Listrik Norwegia.
Hasil senada juga diungkapkan oleh Joel Levin, ketua GEVA dan Direktur Plug In America yang menyebut bahwa pengemudi menyukai pengalaman berkendara dengan kendaraan listrik dan kendaraan akan tetap ada.
Salah satu alasan mengapa pengemudi memilih kendaraan listrik adalah karena biaya operasional yang lebih rendah dan lebih sedikit pemeliharaan.
"Alih-alih harus rutin berkendara ke pom bensin untuk mengisi bahan bakar, seseorang dapat duduk dengan nyaman di rumah atau kantornya sementara mobil melakukan pengisian listrik," papar Levin.
Hal tersebut bisa membuat seseorang lebih banyak menghemat waktu karena tidak perlu ke pom bensin atau mengganti oli, memeriksa emisi, dan lain-lain.
Pengemudi EV juga memprioritaskan iklim dan udara, sehingga manfaat lingkungan dari kendaraan listrik muncul sebagai motivasi terpenting kedua.
Kendati demikian masih ada satu kelemahan utama yang banyak disoroti yaitu infrastruktur pengisian daya EV.
Baca juga:
"Infrastruktur pengisian daya cukup baik di sebagian besar negara dan terus berkembang dengan kecepatan yang stabil. Namun, beberapa pengemudi kendaraan listrik masih menganggap pengisian daya sebagai hal yang merepotkan," ungkap Levin.
Itu lantaran terbatasnya ketersediaan pengisi daya cepat, sifat pengisian daya yang memakan waktu, dan seringnya waktu henti stasiun pengisian daya cepat.
Semua hal ini perlu terus ditingkatkan seiring dengan pertumbuhan penjualan kendaraan listrik karena masih jauh dari kondisi ideal.
Lebih lanjut, hasil survei merupakan analisis dari 23.000 pengemudi EV di 18 negara.
GEVA mengklaim bahwa ini merupakan survei global pertama dan terlengkap di antara pengemudi kendaraan listrik.
"Kami sebenarnya telah melakukan survei global terhadap ribuan pengemudi kendaraan listrik beberapa tahun lalu, tetapi, harus diakui, kami belum mendekati skala 23.000," kata Levin.
"Selain itu, era kendaraan listrik yang sepenuhnya berbeda dengan yang kita alami saat ini," tambahnya.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya