Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penumpang Pesawat Bakal Melonjak 2 Kali Lipat, Target Iklim Bisa Terancam

Kompas.com - 14/01/2025, 15:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

KOMPAS.com - Jumlah penumpang pesawat terbang diproyeksikan meningkat hingga dua kali lipat pada 2050 dibandingkan saat ini.

Kondisi itu bakal mengerek permintaan bahan bakar dan melemahkan langkah-langkah industri penerbangan dalam mengurangi emisinya.

Temuan tersebut mengemuka berdasarkan analisis yang dilakukan lembaga advokasi Transport and Environment  yang dirilis pada Senin (13/1/2025).

Baca juga: Label Emisi Penerbangan Bakal Diluncurkan di Eropa, Penumpang Bisa Bandingkan Jejak Karbon

Lembaga tersebut memaparkan, konsumsi bahan bakar dari industri penerbangan bakal melonjak 59 persen pada 2050 bila dibandingkan 2019.

Direktur Aviasi Transport and Environment Jo Dardenne mengatakan, dunia harus mengakhiri kecanduan terhadap transportasi penerbangan.

"Sudah saatnya untuk kembali ke Bumi dan mengakhiri kecanduan terhadap pertumbuhan ini," kata Dardenne kepada Reuters.

Saat ini, industri penerbangan berkontribusi sekitar 2,5 persen terhadap emisi karbon global.

Baca juga: Jalur Penerbangan Padat Diusulkan Gunakan Bahan Bakar Berkelanjutan

Di satu sisi, industri ini berjanji untuk menggunakan bahan bakar pesawat berkelanjutan atau sustainable aviation fuel (SAF) sebagai upaya memangkas emisi dan mencapai emisi nol bersih pada 2050.

Akan tetapi, sampai saat ini pasokan SAF masih sedikit dan terbatas. Selain itu, harganya lima kali lebih mahal dibandingkan avtur konvensional.

Berbagai tantangan tersebut membuat implementasi SAF masih jauh dari kata optimal.

Di sisi lain, produsen pesawat seperti Airbus dan Boeing memproyeksikan pertumbuhan produksi yang tinggi di tahun-tahun mendatang.

Baca juga: Emisi Penerbangan Pribadi Naik 46 Persen Dari 2019 Hingga 2023

"Pada tingkat ini, mereka masih akan membakar 2 miliar barel minyak per tahun pada tahun 2050, meskipun menggunakan SAF," kata Dardenne.

Industri penerbangan telah berulang kali menolak seruan untuk membatasi pertumbuhan.

Mereka mengatakan, sektor penerbangan penting bagi pembangunan ekonomi dan konektivitas global.

Baca juga: Komisi UE Usulkan Label Jejak Karbon untuk Penerbangan

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Respons Putusan MK soal Izin Berkebun di Hutan, Kemenhut Siapkan SE Menteri
Respons Putusan MK soal Izin Berkebun di Hutan, Kemenhut Siapkan SE Menteri
Pemerintah
Kemenhut: Penebangan Hutan Terencana Bukan Deforestasi, Indonesia Beda dengan Eropa
Kemenhut: Penebangan Hutan Terencana Bukan Deforestasi, Indonesia Beda dengan Eropa
Pemerintah
Marine Safari Bali, Gerbang Edukasi dan Konservasi Laut Nusantara
Marine Safari Bali, Gerbang Edukasi dan Konservasi Laut Nusantara
Swasta
Dari Data Kesehatan Memprihatinkan ke Budaya Hidup Sehat, Begini Transformasi PLN UID Banten lewat Program GELORA
Dari Data Kesehatan Memprihatinkan ke Budaya Hidup Sehat, Begini Transformasi PLN UID Banten lewat Program GELORA
Pemerintah
Bali Luncurkan Unit Layanan Disabilitas untuk Penanggulangan Bencana
Bali Luncurkan Unit Layanan Disabilitas untuk Penanggulangan Bencana
Pemerintah
DLH Jakarta Akui Sulit Setop 'Open Dumping' di TPS Bantargebang
DLH Jakarta Akui Sulit Setop "Open Dumping" di TPS Bantargebang
Pemerintah
DKI Gadang Sunter Jadi Lokasi Waste to Energy, Kelola 2.200 Ton Sampah
DKI Gadang Sunter Jadi Lokasi Waste to Energy, Kelola 2.200 Ton Sampah
Pemerintah
RDF Rorotan Beroperasi November, Diklaim Bisa Redam Sebaran Mikroplastik
RDF Rorotan Beroperasi November, Diklaim Bisa Redam Sebaran Mikroplastik
Pemerintah
United Tractors Dorong Inovasi Berkelanjutan Lewat SOBAT Competition 2025
United Tractors Dorong Inovasi Berkelanjutan Lewat SOBAT Competition 2025
Swasta
Mikroplastik Ada di Udara dan Hujan, Menteri LH Minta TPA Lakukan Capping
Mikroplastik Ada di Udara dan Hujan, Menteri LH Minta TPA Lakukan Capping
Pemerintah
Ironis, Udara Kita Tercemar Mikroplastik, Bernafas pun Bisa Berarti Cari Penyakit
Ironis, Udara Kita Tercemar Mikroplastik, Bernafas pun Bisa Berarti Cari Penyakit
LSM/Figur
Second NDC Indonesia Dinilai Tak Partisipatif, Lemah Substansi
Second NDC Indonesia Dinilai Tak Partisipatif, Lemah Substansi
LSM/Figur
Nyamuk Muncul di Islandia, Tanda Nyata Dampak Perubahan Iklim
Nyamuk Muncul di Islandia, Tanda Nyata Dampak Perubahan Iklim
Pemerintah
WMO: Peringatan Dini Bencana Hak Asasi Manusia, Tak Boleh Ada yang Mati Sia-sia
WMO: Peringatan Dini Bencana Hak Asasi Manusia, Tak Boleh Ada yang Mati Sia-sia
Pemerintah
Ketika Perempuan Petani di Kalbar Andalkan Gotong Royong untuk RIngankan Pekerjaan Keluarga...
Ketika Perempuan Petani di Kalbar Andalkan Gotong Royong untuk RIngankan Pekerjaan Keluarga...
LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau