KOMPAS.com - Seiring dengan meningkatnya ancaman perubahan iklim, banyak pihak yang putar otak untuk menanggulangi atau mengurangi permasalahan tersebut.
Misalnya saja dengan mengubah karbon yang mencemari lingkungan menjadi komoditas sehingga itu bisa menciptakan insentif finansial yang mengekang emisi.
Proses penjualan dan pembelian karbon sebagai komoditas ini pun kemudian disebut dengan perdagangan karbon (carbon trading).
Sehingga seperti diberitakan Kompas.com, perdagangan karbon ini pun menjadi salah satu upaya untuk menekan emisi gas rumah kaca, penyebab utama pemanasan global dan perubahan iklim.
Mengutip We Forum, Selasa (14/1/2025) pada dasarnya pembuat kebijakan punya 3 opsi untuk mengurangi emisi gas rumah kaca.
Baca juga:
Pertama, menetapkan batas tertentu yang tidak dapat dilampaui oleh perusahaan.
Kedua, memperkenalkan pajak karbon di mana perusahaan membayar sejumlah CO2 yang mereka hasilkan.
Sementara opsi ketiga adalah menerapkan skema perdagangan emisi. Dalam skenario ini, perusahaan membeli dan menjual 'hak untuk mencemari lingkungan' dari satu sama lain.
Gambarannya adalah seperti ini, untuk memproduksi satu mobil diperlukan sekitar satu ton baja. Memproduksi satu ton baja akan menghasilkan dua ton karbon dioksida.
Katakan saja, produsen baja di UE akan mengeluarkan biaya sekitar 16 dollar.
Sementara perusahaan lain yang dapat menghindari emisi CO2 dengan biaya rendah (di bawah 16 dollar) akan menjual hak mereka kepada perusahaan yang punya biaya pengurangan emisi lebih tinggi.
Atau bisa juga seperti ini. Negara A memiliki industri yang menghasilkan emisi gas rumah kaca (GRK) sedangkan negara B punya potensi sumber daya alam yang mampu menyerap emisi karbon.
Dengan perdagangan karbon, negara A dapat membeli kredit karbon dari negara B sebagai imbal balik dari emisi yang telah dihasilkan negara A.
Perdagangan karbon bisa dikombinasikan dengan kredit offset. Itu adalah upaya mengurangi karbon di satu tempat untuk mengimbangi emisi karbon di satu tempat yang lain dengan membayar pengurangan emisi di tempat lain daripada berinvestasi di negara tempat beroperasinya suatu perusahaan.
Misalnya, produsen baja Eropa memilih untuk berinvestasi dalam proyek pembangunan bersih di India.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya