Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com, 23 Januari 2025, 09:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

KOMPAS.com - Presiden Amerika Serikat (AS) resmi menarik Washington keluar dari Perjanjian Paris sesaat setelah dia dilantik, Senin (20/1/2025).

Perjanjian Paris merupakan pakta iklim yang diratifikasi hampir semua negara di dunia untuk mencegah suhu Bumi naik 1,5 derajat celsius.

Penarikan "Negeri Paman Sam" dari Perjanjian Paris disahkan Trump melalui perintah eksekutif (semacam keputusan presiden atau keppres) usai dia dilantik menjadi Presiden AS.

Baca juga: Trump Tarik AS dari Perjanjian Paris, Perlawanan Perubahan Iklim Hadapi Pukulan Besar

Keluarnya AS dari Perjanjian Paris untuk kedua kalinya tersebut dinilai banyak pihak dapat mengacaukan perlawanan perubahan iklim.

Kendati demikian, ada sejumlah pihak yang menilai keluarnya AS dari Perjanjian Paris akan membuat negara lain kena dampak positifnya.

Li Shuo, pakar diplomasi iklim dari Asia Society Policy Institute, menyampaikan penarikan diri AS berisiko melemahkan kemampuan Washington untuk bersaing dengan China dalam pasar energi bersih seperti tenaga surya dan kendaraan listrik.

"China berpeluang menang, dan AS berisiko semakin tertinggal," ujar Li.

Sementara itu, koalisi bisnis yang mendorong netral karbon, We Mean Business Coalition, memprediksi berbagai disrupsi dari Trump terhadap lingkungan dapat mendorong investasi hijau lari ke tempat lain.

Baca juga: Studi: Beralih ke Pola Makan Nabati Bisa Bantu Atasi Perubahan Iklim

Kelompok yang di-backing oleh Meta dan Amazon tersenit menyampaikan, pintu bagi negara berekonomi besar lainnya terbuka lebar untuk menarik investasi dan bakat yang lebih besar, sebagaimana dilansir Reuters, Selasa (21/1/2025).

Tiga investor mengatakan kepada Reuters, transisi ke energi hijau, termasuk di AS, akan terus berlanjut.

Salah satu dampak dari keluarnya AS dari Perjanjian Paris adalah mencegah bisnis-bisnis di AS menjual kredit karbon ke pasar karbon yang didukung PBB.

Padahal, nilainya bisa lebih dari 10 miliar dollar AS pada 2030, menurut penyedia informasi keuangan MSCI.

Meskipun tidak lagi dapat menghasilkan uang dari penjualan kredit surplus, perusahaan AS akan dapat membelinya secara sukarela.

Baca juga: Menang Pilpres, Trump Bersiap Tarik AS dari Perjanjian Paris

Maskapai penerbangan AS, misalnya, masih dapat membelinya untuk memenuhi target iklim penerbangan PBB, kata Owen Hewlett dari lembaga standar pasar karbon Gold Standard.

Keluarnya AS dari Perjanjian Paris juga menjadi masalah bagi perbankan dan pengelola uang di "Negeri Paman Sam".

Pasalnya, lembaga keuangan tersebut terjebak antara kemunduran iklim AS dan tekanan dari Eropa untuk mencapai tujuan iklim lebih cepat di "Benua Biru".

Pendiri Carbon Tracker Initiative Mark Campanale mengatakan, manajer aset yang berbasis di AS dengan klien Eropa harus bermain dua kaki.

Baca juga: Nitrogen Dioksida Terus Naik, Target Perjanjian Paris Bisa Meleset

"Apakah mereka akan mengambil risiko kehilangan klien Eropa untuk membuat politisi AS senang? Saya meragukannya," tutur Campanale.

Di sisi lain, bank-bank AS telah meninggalkan koalisi iklim sektor perbankan menyusul kritik dari Partai Republik.

Namun, keluarnya mereka dari koalisi tidak membebaskan mereka dan perusahaan multinasional lainnya dari keharusan mematuhi aturan Eropa yang ketat untuk pelaporan keberlanjutan.

Mengingat berbagai kebijakan iklim global, perusahaan cenderung akan terus berupaya mengatasi iklim, dan mengadopsi taktik greenhushing alias tidak mempublikasikannya.

"Itu berarti, lakukan, tetapi jangan publikasikan," ujar Campanale.

Baca juga: Apa Itu Perjanjian Paris dan Alasan Trump Tarik AS Keluar?

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Riset CELIOS: Lapangan Kerja dari Program MBG Terbatas dan Tak Merata
Riset CELIOS: Lapangan Kerja dari Program MBG Terbatas dan Tak Merata
LSM/Figur
Presiden Prabowo Beri 20.000 Hektar Lahan di Aceh untuk Gajah
Presiden Prabowo Beri 20.000 Hektar Lahan di Aceh untuk Gajah
Pemerintah
IWGFF: Bank Tak Ikut Tren Investasi Hijau, Risiko Reputasi akan Tinggi
IWGFF: Bank Tak Ikut Tren Investasi Hijau, Risiko Reputasi akan Tinggi
LSM/Figur
MBG Bikin Anak Lebih Aktif, Fokus, dan Rajin Belajar di Sekolah?, Riset Ini Ungkap Persepsi Orang Tua
MBG Bikin Anak Lebih Aktif, Fokus, dan Rajin Belajar di Sekolah?, Riset Ini Ungkap Persepsi Orang Tua
LSM/Figur
Mikroplastik Bisa Sebarkan Patogen Berbahaya, Ini Dampaknya untuk Kesehatan
Mikroplastik Bisa Sebarkan Patogen Berbahaya, Ini Dampaknya untuk Kesehatan
LSM/Figur
Greenpeace Soroti Krisis Iklim di Tengah Minimnya Ruang Aman Warga Jakarta
Greenpeace Soroti Krisis Iklim di Tengah Minimnya Ruang Aman Warga Jakarta
LSM/Figur
Interpol Sita 30.000 Satwa dan Tanaman Ilegal di 134 Negara, Perdagangan Daging Meningkat
Interpol Sita 30.000 Satwa dan Tanaman Ilegal di 134 Negara, Perdagangan Daging Meningkat
Pemerintah
PHE Konsisten Lestarikan Elang Jawa di Kamojang Jawa Barat
PHE Konsisten Lestarikan Elang Jawa di Kamojang Jawa Barat
Pemerintah
Indeks Investasi Hijau Ungkap Bank Nasional di Posisi Teratas Jalankan ESG
Indeks Investasi Hijau Ungkap Bank Nasional di Posisi Teratas Jalankan ESG
LSM/Figur
Korea Selatan Larang Label Plastik di Botol Air Minum per Januari 2026
Korea Selatan Larang Label Plastik di Botol Air Minum per Januari 2026
Pemerintah
Aturan Baru Uni Eropa, Wajibkan 25 Persen Plastik Daur Ulang di Mobil Baru
Aturan Baru Uni Eropa, Wajibkan 25 Persen Plastik Daur Ulang di Mobil Baru
Pemerintah
BRIN Soroti Banjir Sumatera, Indonesia Dinilai Tak Belajar dari Sejarah
BRIN Soroti Banjir Sumatera, Indonesia Dinilai Tak Belajar dari Sejarah
Pemerintah
KLH Periksa 8 Perusahaan Diduga Picu Banjir di Sumatera Utara
KLH Periksa 8 Perusahaan Diduga Picu Banjir di Sumatera Utara
Pemerintah
Banjir Sumatera, BMKG Dinilai Belum Serius Beri Peringatan Dini dan Dampaknya
Banjir Sumatera, BMKG Dinilai Belum Serius Beri Peringatan Dini dan Dampaknya
LSM/Figur
Mengenal Kemitraan Satu Atap Anak Usaha TAPG di Kalimantan Tengah, Apa Itu?
Mengenal Kemitraan Satu Atap Anak Usaha TAPG di Kalimantan Tengah, Apa Itu?
Swasta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau