KOMPAS.com - Peneliti dari Universitas Teknologi Nanyang (NTU) Singapura dan Universitas Teknologi Delft Belanda memproyeksikan seberapa banyak kenaikan permukaan laut global dalam studi mereka.
Studi itu kemudian menemukan jika laju emisi global terus meningkat, permukaan air laut kemungkinan besar akan naik antara 0,5 m hingga 1,9 m pada akhir abad ini.
Proyeksi tersebut melampaui proyeksi global terbaru Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Dalam laporan penilaian keenam Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim (IPCC), PBB memproyeksikan bahwa permukaan laut rata-rata global kemungkinan akan naik antara 0,63 m hingga 1,01 m pada tahun 2100 di bawah skenario emisi tertinggi.
Seperti dikutip dari CNA, Selasa (4/2/2025) peneliti NTU menemukan kenaikan permukaan laut global didorong oleh dua faktor utama.
Baca juga:
Pertama, disebabkan oleh meningkatnya suhu serta hilangnya lapisan es secara massal.
Namun, perubahan permukaan laut relatif di seluruh dunia tidak seragam karena faktor-faktor tambahan seperti pola sirkulasi laut, perubahan kepadatan, dan pergerakan tanah vertikal.
Proyeksi kenaikan permukaan laut yang akurat sendiri dapat membantu pemerintah dan perencana kota bersiap menghadapi apa yang dapat menjadi ancaman bagi kota-kota pesisir.
Pasalnya menurut World Economic Forum, lebih dari 410 juta orang berisiko terkena dampak kenaikan permukaan laut pada akhir abad ini, dengan data terkini menunjukkan bahwa permukaan laut global telah naik lebih dari 10 cm selama dekade terakhir.
Misalnya saja, lapisan es Greenland dan Antartika yang mencair dengan kecepatan lebih cepat, membuat masyarakat yang tinggal di sepanjang garis pantai berisiko kehilangan harta benda dan mata pencaharian karena banjir pesisir.
Lebih lanjut, dalam studinya ini, peneliti menggabungkan berbagai proyeksi kenaikan permukaan air laut yang dilengkapi dengan penilaian ahli untuk memperhitungkan proses ekstrem yang kurang dipahami, seperti perubahan tiba-tiba dalam perilaku lapisan es.
Baca juga:
Dengan pendekatan tersebut, peneliti menemukan bahwa di bawah di bawah skenario emisi karbon tinggi, permukaan laut rata-rata global sangat mungkin naik antara 0,5 m hingga 1,9 m pada tahun 2100.
Sedangkan di bawah skenario emisi rendah, permukaan laut rata-rata global sangat mungkin naik antara 0,3 m dan 1 m pada tahun 2100.
Penulis utama studi NTU, Benjamin Grandey mengungkapkan proyeksi tertinggi sebesar 1,9 m tersebut menggarisbawahi perlunya perencanaan infrastruktur dengan tepat dan pentingnya langkah-langkah mitigasi iklim untuk mengurangi emisi gas rumah kaca.
"Dengan memperkirakan kemungkinan hasil yang paling ekstrem, laporan ini menggarisbawahi dampak parah kenaikan muka air laut terhadap masyarakat pesisir, infrastruktur, dan ekosistem, serta menekankan kebutuhan mendesak untuk mengatasi krisis iklim,” tambah Profesor Benjamin Horton, direktur Earth Observatory of Singapore di NTU.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya