KOMPAS.com - Realisasi investasi energi baru terbarukan dan konservasi energi (EBTKE) di Indonesia sepanjang 2024 1,8 miliar dollar AS atau sekitar Rp 29 triliun.
Hal tersebut disampaikan Menteri Energi dan Sumber Daya Energi (ESDM) Bahlil Lahadalia dalam konferensi pers di Jakarta, Senin (3/2/2025).
Realisasi EBTKE tersebut merupakan paling sedikit dibandingkan sektor energi dan sumber daya mineral (ESDM) lain seperti minyak bumi dan batu bara.
Baca juga: Realisasi Investasi EBTKE Capai Rp 24 Triliun
Sepanjang 2024, Bahlil menuturkan realisasi investasi sekotr ESDM tercatat 32,3 miliar dollar AS atau sekitar Rp 529,51 triliun.
Itu berarti, investasi EBTKE hanya mencakup sekitar 5 persen dari total realisasi investasi ESDM sepanjang 2024.
Di antara semua investasi sektor ESDM, investasi minyak dan gas (migas) tercatat menjadi yang terbesar mencapai 54,8 persen yakni sebanyak 17,5 miliar dolar AS atau sekitar Rp 287 triliun.
Disusul mineral dan batu bara (minerba) dengan kontribusi 23,84 persen sebesar 7,7 miliar dollar AS atau Rp 126 triliun dan investasi kelistrikan yakni 16,41 persen sebesar 5,3 miliar dollar AS atau Rp 87 triliun.
Baca juga: Co-firing EBTKE di 43 PLTU Sukses Kurangi Emisi Karbon 1,1 Juta Ton
Di satu sisi, realisasi investasi di sektor ESDM pada 2024 mengalami kenaikan bila dibandingkan 2023.
"Tren realisasi investasi di migas tahun 2024 ini agak sedikit naik, nih. Dari yang sebelumnya 14,9 (mililar dolar AS), sekarang 17,5 (miliar dollar AS). Artinya, kurang lebih sekitar hampir Rp 40 triliun kenaikan dibandingkan dengan 2023," kata Bahlil, sebagaimana dilansir Antara.
Dalam kesempatan tersebut, Bahlil juga menyampaikan realisasi pendapatan negara bukan pajak (PNBP) dari sektor ESDM pada 2024.
Realisasi PNPB pada 2024 mencapai Rp 269,6 triliun, turun sebesar Rp 29,9 triliun apabila dibandingkan dengan tahun 2023 yang sebesar Rp 299,5 triliun.
"Target PNBP kita, di 2024 itu sebesar Rp234,2 triliun. Ini target. Namun, realisasinya sebesar Rp269,5 triliun. Artinya, terjadi kenaikan yang cukup signifikan," ucap Bahlil.
Baca juga: Ditjen EBTKE dan MEBI Dorong Biomassa Jadi Solusi Transisi Energi di Indonesia
Bahlil menyampaikan, penurunan PNBP pada 2024 disebabkan oleh turunnya harga komoditas secara global, utamanya komoditas minerba.
Adapun sektor-sektor yang mengalami penurunan pendapatan salah satunya adalah migas dari Rp 117 triliun pada 2023 menjadi Rp110,9 triliun pada 2024.
Setelah itu minerba dari Rp 172,1 triliun pada 2023 menjadi Rp 140,5 triliun pada 2024, serta EBTKE dari Rp3,1 triliun menjadi Rp2,8 triliun.
Penurunan PNBP sektor ESDM terjadi sejak tahun 2023, di mana pada tahun 2022, PNBP sektor ESDM mencapai Rp348,6 triliun.
"Tapi target kami, PNBP dari sektor ini masih bisa tumbuh," tutur Bahlil.
Baca juga: Panas Bumi Jadi Andalan Bauran EBT Akhir Tahun Ini
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya