KOMPAS.com - Studi yang dilakukan Universitas St. Andrews, Skotlandia menemukan paparan polusi dapat meningkatkan risiko rawat inap di rumah sakit yang terkait dengan kesehatan mental.
Penelitian yang dipublikasikan sebelumnya mengenai dampak kesehatan dari paparan jangka panjang terhadap polusi udara sekitar cenderung menekankan kematian dan kesehatan fisik, daripada rawat inap di rumah sakit serta kesehatan mental.
Namun ternyata, penelitian yang melibatkan lebih dari 200.000 orang di Skotlandia itu menemukan bahwa paparan nitrogen dioksida dikaitkan dengan peningkatan jumlah orang yang dirawat di rumah sakit karena gangguan perilaku dan penyakit mental.
Baca juga:
Dr Mary Abed Al Ahad dari Universitas St Andrews, yang memimpin penelitian tersebut, mengatakan perlunya kebijakan untuk mengatasi polusi udara dan peralihan ke energi terbarukan sehingga dapat membantu meringankan beban rumah sakit bagi orang-orang dengan penyakit fisik dan mental dalam jangka panjang.
“Kebijakan dan intervensi yang menargetkan emisi polusi udara seperti zona tanpa emisi atau insentif untuk energi terbarukan di sektor transportasi dan produksi energi dapat membantu meringankan beban perawatan rumah sakit dalam jangka panjang baik secara lokal maupun global,” katanya, seperti dikutip dari Guardian, Kamis (19/12/2024).
Dalam studi ini, peneliti menganalisis data dari Public Health Scotland yang meneliti polutan utama antara 2002 dan 2017 serta dampak polusi udara sekitar.
Empat polutan yang berasal dari lalu lintas dan industri itu antara lain nitrogen dioksida (NO2), sulfur dioksida (SO2), partikel berdiameter minimal 10μm (PM10), dan partikel kecil berdiameter 2,5μm atau kurang (PM2,5) per 1 km2 di kode pos tempat tinggal setiap orang.
Peneliti kemudian menemukan paparan kumulatif rata-rata terhadap polusi udara sangat terkait dengan tingkat rawat inap yang lebih tinggi, baik untuk penyakit mental maupun fisik.
Sementara paparan kumulatif yang lebih tinggi terhadap NO2, PM10, dan PM2,5 dikaitkan dengan insiden rawat inap yang lebih tinggi untuk semua penyebab.
Baca juga:
Ioannis Bakolis, profesor kesehatan mental publik dan statistik di King's College London yang tidak terlibat dalam penelitian tersebut, menambahkan bahwa data skala besar yang dianalisis dengan tepat tersebut memberikan bukti lebih lanjut tentang hubungan antara polusi udara dan kesehatan mental.
Penelitian sebelumnya telah menunjukkan bagaimana orang yang menghabiskan masa kecilnya di daerah dengan tingkat polusi udara yang tinggi mungkin lebih mungkin mengalami gangguan mental di kemudian hari.
Penelitian di AS dan Denmark juga telah menunjukkan adanya hubungan antara polusi udara dan peningkatan risiko masalah kesehatan mental, termasuk gangguan bipolar, skizofrenia, dan gangguan kepribadian.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya