Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cek Kesehatan Gratis Dimulai, Limbah Medis Perlu Serta Jadi Perhatian

Kompas.com - 11/02/2025, 07:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Editor

KOMPAS.com - Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) menyampaikan perlunya perhatian pengelolaan limbah dalam program Cek Kesehatan Gratis (CKG) yang resmi dimulai serentak di seluruh Indonesia pada Senin (10/2/2025).

Juru Kampanye Polusi dan Urban Walhi Abdul Ghofar menyampaikan, program CKG yang melibatkan masyarakat dalam jumlah besar di berbagai penjuru Indonesia berpotensi meningkatkan timbulan limbah.

Apalagi, lanjut Ghofar, program CKG menggunakan bahan medis habis pakai termasuk masker dan sarung tangan.

Baca juga: Siap-siap, Cek Kesehatan Berkala Rencananya Bisa di Posyandu

"Bisa berangkat dari pengalaman Covid-19 ketika ada jumlah jutaan orang setiap hari misalnya, asumsi limbah medis dari proses vaksin dan lain sebagainya, booming limbah medisnya jadi tentu perlu diantisipasi dengan proses yang not as usual, karena harian menghasilkan limbah," kata Ghofar, sebagaimana dilansir Antara, Senin.

Dia menuturkan, penanganan sampah perlu menjadi perhatian.

Mengingat program itu dilakukan tidak hanya di wilayah yang penanganan limbah medisnya sudah baik, tapi juga di lokasi yang penanganan limbahnya belum optimal.

"Barangkali di kota-kota besar tidak jadi persoalan. Tapi kalau dia sampai ke daerah-daerah tingkat puskesmas pembantu, atau layanan kesehatan di daerah, di desa-desa, nanti akan sulit," tuturnya.

Baca juga: Wamen ATR: Cek Kesehatan Gratis Program Quick Win Kedua Prabowo, Paling Besar dalam Sejarah

Apalagi beberapa limbah medis masuk dalam kategori yang membutuhkan penanganan tertentu. Contohnya pemeriksaan yang menggunakan sampel darah.

Karena itu dia mendorong adanya alokasi anggaran terkait pengelolaan sampah dan limbah yang dihasilkan dari program tersebut.

Program CKG merupakan inisiatif dari pemerintah untuk mendorong masyarakat melakukan deteksi dini berbagai penyakit untuk meningkatkan potensi kesembuhan

Program ini dibagi menjadi tiga jenis. Pertama, cek kesehatan ulang tahun, yang diberikan pada saat berulang tahun atau dalam kurun 30 hari setelahnya. 

Kedua, cek kesehatan bagi kelompok usia 7-17 tahun di sekolah. Ketiga, cek kesehatan khusus bagi ibu hamil dan balita.

Baca juga: Cek Kesehatan Gratis di Kota Pasuruan Dimulai 12 Februari 2025

Minim limbah

Sementara itu, Kementerian Lingkungan Hidup (KLH)/Badan Pengendalian Lingkungan Hidup (BPLH) mengatakan program CKG berpotensi kecil menghasilkan limbah medis infeksius.

Hal tersebut disampaikan Deputi Bidang Pengelolaan Sampah, Limbah, dan Bahan Berbahaya dan Beracun (PSLB3) KLH/BPLH Ade Palguna Ruteka.

Dia menyebut, program CKG yang mulai dilakukan hari ini digelas di lebih dari 10.000 puskesmas di Tanah Air.

Ade berujar, kebanyakan pemeriksaan gratis tersebut meliputi jenis skrining yang tidak menghasilkan limbah infeksius seperti darah, kain kasa, botol, dan selang infus, serta jarum suntik.

Baca juga: Hari Pertama Cek Kesehatan Gratis, 6.500 Orang Daftar dan Didominasi Usia 40-59 Tahun

Kecil kemungkinan juga, kata dia, menghasilkan limbah radiologi dan radioaktif, yang juga memerlukan penanganan khusus dari pengelola limbah B3.

Namun jika memang dalam pemeriksaan tersebut menghasilkan limbah medis yang masuk dalam kategori infeksius, maka pihaknya mengimbau pengelola fasilitas layanan kesehatan (fasyankes) atau puskesmas yang melaksanakan CKG untuk memberikan perhatian khusus.

"Puskesmas wajib melakukan penyimpanan dan segera mengolah dan atau menyerahkannya ke fasilitas Pengolahan Limbah B3 yang telah mendapatkan kelayakan operasi dari KLH," tuturnya.

Baca juga: Wamendiktisaintek Stella Ajak 9 Juta Mahasiswa Cek Kesehatan Gratis

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau