Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

350 Ribu Ton Sampah Plastik Masuk ke Laut Indonesia pada 2024

Kompas.com - 14/02/2025, 17:58 WIB
Zintan Prihatini,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Peneliti Ahli Utama Pusat Riset Oseanografi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Muhammad Reza Cordova, mengungkapkan 350.000 ton sampah plastik masuk ke laut Indonesia selama 2024.

Sedangkan secara global, total sampah plastik yang dibuang ke lautan sekitar 8 juta ton. Reza menyebut, jumlah sampah plastik di tahun tersebut turun hingga 41 persen dibandingan 2018.

"Namun, jumlah sampah ini tetap sangat banyak. Berdasarkan estimasi dari riset secara global walau pun jumlah sampah plastik yang masuk ke lautan Indonesia, (Indonesia) tetap masih masuk ke dalam 10 besar penghasil sampah plastik ke lautan dunia," ujar Reza saat dihubungi, Jumat (14/2/2025).

Baca juga: RI Dapat Kucuran Dana 4,5 Juta Dolar AS untuk Kelola Sampah Plastik

Dampak sampah plastik ke ekosistem di laut pun tak main-main. Hal ini termasuk kematian hewan akibat terjerat atau makan sampah plastik. Selain itu, dapat merusak ekosistem terumbu karang dan mangrove.

"Sampah plastik ini cukup banyak mengandung bahan aditif yang lebih beracun seperti BPA, BPS atau pthalates. Secara tidak langsung sampah plastik dapat menyebarkan bahan aditif tersebut langsung ke lingkungan," papar Reza.

Tak sampai di situ, sampah plastik pun menjadi tempat bagi bahan berbahaya beracun seperti logam berat atau pestisida maupu mikroba mikroba lainnya, serta berpotensi memengaruhi rantai makanan. Reza lantas menekankan bahwa plastik tidak hilang, melainkan ukurannya yang mengecil.

"Yang menjadi permasalahan setelah plastik ini terdegradasi akan melepaskan bahan material aditif, yang telah dicampurkan pada saat proses produksi," jelas dia.

"Jadi ini berpotensi merusak kesehatan organisme laut hingga ke manusia yang mengonsumsi produk pangan laut yang tercemar akibat sampah plastik," imbuh Reza.

Polutan yang dihasilkan dapat meningkatkan keasaman air laut, sehingga memengaruhi kualitasnya. Apabila masuk ke rantai makanan, bukan tidak mungkin air yang dikonsumsi menyebabkan penyakit pada manusia.

Baca juga: Penginderaan Jauh Bantu Pantau Sampah Plastik di Sungai dan Danau

Reza menyoroti pengelolaan sampah di Indonesia masih sangat jauh dari kata optimal. Sebab, sampah yang dibawah ke tempat pengelolaan akhir sampah baru sekitar 50 persen.

"Pemerintah memiliki PR yang cukup berat khususnya terkait sebagai regulator. Pemerintah harus membuat kebijakan yang lebih tegas tetapi dalam penggunaan dan pembuangan plastik. Dalam hal ini adalah sistem pengelolaan sampah yang lebih efektif dan efisien," tutur Reza.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau