Inisiatif ini tidak hanya menjembatani kesenjangan, tetapi juga mempromosikan inklusi. Melalui program ini, mahasiswa dapat saling belajar dari pengalaman masing-masing, sekaligus menanamkan nilai-nilai masyarakat yang inklusif sejak dini.
Di bidang teknologi, kemajuan era digital sebenarnya membuka peluang besar bagi penyandang disabilitas.
Namun, masih banyak yang tidak memiliki akses memadai maupun keterampilan yang cukup, sehingga ruang digital menjadi terbatas bagi sebagian pihak.
Meski generasi muda sering disebut sebagai digital natives, tingkat literasi digital tetap belum merata, terutama di wilayah 3T (Terdepan, Terluar, dan Tertinggal) di Indonesia.
Untuk menjawab tantangan ini, program Skills for Inclusive Digital Participation kami yang didanai oleh pemerintah Inggris hadir untuk memberdayakan pemuda dengan disabilitas di wilayah Indonesia Timur.
Program ini memberikan pelatihan keterampilan digital, seperti manajemen media sosial dan desain grafis, guna membantu mereka berkembang di dunia yang semakin digital. Selain itu, program ini juga berupaya mendorong inklusi yang lebih luas di sektor teknologi.
Seni dan budaya memegang peranan penting dalam meningkatkan visibilitas kelompok disabilitas.
Di Yogyakarta, sebuah kolektif seni bernama Jogja Disability Arts baru-baru ini menjalankan proyek riset berjudul PRISM bekerja sama dengan DaDaFest UK.
Proyek ini mengeksplorasi kolaborasi seni yang melibatkan penyandang disabilitas. Salah satu metode yang digunakan adalah body mapping yang dimodifikasi—pendekatan kreatif yang menggabungkan seni untuk membantu peserta merefleksikan dan mendefinisikan ulang pengalaman mereka sebagai seniman disabilitas.
Proyek yang banyak melibatkan kaum muda ini tidak hanya memperkuat suara mereka, tetapi juga menampilkan kreativitas yang mampu membangun solidaritas dan menghubungkan komunitas tanpa memandang hambatan.
Inklusi adalah tanggung jawab bersama. Penyandang disabilitas dapat menjadi penggerak perubahan karena partisipasi mereka membawa manfaat besar bagi masyarakat—mendorong keberagaman, menghapus hambatan, dan melahirkan inovasi.
Namun, mewujudkan masyarakat yang inklusif dan berkelanjutan membutuhkan langkah-langkah berani dan kerja sama yang erat.
Pemerintah dan organisasi perlu mengadopsi social model of disability untuk memastikan aksesibilitas dalam infrastruktur, pendidikan, ruang digital, dan dunia kerja.
Melalui seni dan advokasi, penyandang disabilitas dapat memperkuat suara mereka, memastikan kehadiran mereka di ruang publik, dan memengaruhi kebijakan yang lebih inklusif.
Pada akhirnya, disabilitas bukanlah sesuatu yang jauh dari kehidupan kita—siapa pun bisa mengalaminya, entah karena kecelakaan, penyakit, atau penuaan.
Inilah alasan mengapa membangun lingkungan yang inklusif bukan hanya pilihan, tetapi keharusan.
Dengan infrastruktur yang mendukung, kebijakan yang memberdayakan, dan upaya bersama untuk menghapus stereotip yang merugikan, kita dapat menciptakan masa depan di mana semua orang memiliki tempat dan kesempatan yang sama.
Sebuah masyarakat inklusif adalah masyarakat yang kuat, di mana tidak ada yang tertinggal dan setiap individu dihargai.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya