Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 20/02/2025, 14:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

KOMPAS.com - Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) menyebutkan, penetrasi kendaraan listrik bisa menghasilkan lapangan kerja dalam jumlah besar dan mengurangi pengangguran.

Deputi Bidang Pangan, Sumber Daya Alam, dan Lingkungan Hidup Kementerian PPN/Bappenas Leonardo AA Teguh Sambodo mengatakan, jumlah tenaga kerja yang diserap dari sektor manufaktur kendaraan listrik bisa mencapai 500.000 pada 2030.

Dalam kangka panjang, tenaga kerja yang bisa diserap dari manufaktur kendaraan listrik bisa mencapai 1,7 juta orang pada 2045.

Baca juga: 4 Rekomendasi agar RI Beralih ke Kendaraan Listrik demi Capai NZE

Terciptanya lapangan kerja tersebut merupakan dampak sosial dari penetrasi industri kendaraan listrik, di samping dampak ekonomi dan lingkungan.

"Di sisi yang sama dari aspek sosial, tingkat pengangguran juga dapat berkurang 2,78 pada 2060," kata Teguh dalam diskusi kebijakan yang digelar Low Carbon Development Indonesia dan dipantau secara daring, Kamis (20/2/2025).

Teguh menuturkan, lapangan kerja yang tercipta dari penetrasi kendaraan listrik juga tidak hanya berkaitan dengan sektor manufaktur.

Diprediksi akan ada banyak lapangan kerja yang tercipta dari bisnis sampingannya seperti bisnis pemeliharaan komponen kendaraan listrik.

Baca juga: Bluebird Bakal Tambah 1.000 Kendaraan Listrik yang Lebih Ramah Lingkungan

"Dan ini tentu akan lebih banyak lagi lapangan kerja yang bisa diciptakan dari keseluruhan rantai pasok dari kendaraan listrik," jelas Teguh.

Di satu sisi, dari segi ekonomi, penetrasi kendaraan listrik dapat mendongkrak pendapatan nasional bruto yakni 46.275 dollar AS per kapita pada 2060.

Pendapatan tersebut meningkat sekitar 1,95 persen dibandingkan permodelan business as usual (BaU) pada 2060.

"Keuntungan ekonomi yang lebih tinggi ini terutama akan dinikmati oleh sektor manufaktur karena kendaraan listrik ini memiliki nilai tambah yang lebih tinggi," ucap Teguh.

Baca juga: Satgas Hilirisasi Harus Dorong Pembangunan Industri Baterai dan Kendaraan Listrik

Selain itu, apabila kendaraan listrik produksi dalam negeri diekspor, maka dapat turut mendorong pertumbuhan ekonomi.

Sementara itu dari sisi lingkungan, adopsi kendaraan listrik dapat mberkontribusi terhadap pengurangan emisi sebesar 14,8 persen dari target pengurangan emisi 63,8 persen pada 2060.

Akan tetapi, Teguh menuturkan kendaraan listrik tetap menghasilkan emisi, terutama dari suplai energi listrik yang berasal dari pembangkit energi fosil.

Oleh karena itu, agar pemangkasan emisi bisa lebih banyak, dia mendorong kehadiran sumber-sumber energi terbarukan. 

"Sehingga apabila semua dari rantai pasok produksi dari kendaraan listrik ini bisa dipastikan lebih sustainable (berkelanjutan), kita dapat memastikan capaian dari pengurangan emisi yang lebih besar," jelas Teguh.

Baca juga: Targetkan Netral Karbon pada 2040, Grab Genjot Kendaraan Listrik

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau