Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sumber Energi Baru Tersembunyi di Pegunungan

Kompas.com - 24/02/2025, 18:43 WIB
Monika Novena,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Para peneliti terus berupaya menemukan sumber energi bersih baru yang membantu kita beralih dari penggunaan bahan bakar fosil.

Kini dengan menggunakan simulasi canggih, tim peneliti di Jerman mengungkapkan telah menemukan cadangan besar gas hidrogen (H2) yang diproduksi oleh batuan berusia jutaan tahun dan tersembunyi di pegunungan.

Sebagai sumber daya, hidrogen lebih berkelanjutan daripada bahan bakar fosil yang melepaskan gas rumah kaca dan menyebabkan perubahan iklim.

Sedangkan H2 dengan sendirinya menghasilkan air, bukan gas rumah kaca.

Namun, masalahnya adalah produksi H2 tidak bisa dilakukan sendiri. Saat ini, produksi hidrogen sintetis sering kali memerlukan penggunaan bahan bakar fosil.

Proses geologi dapat menghasilkan hidrogen alami, tetapi lokasi cadangan besar yang dapat diakses masih belum pasti.

Baca juga:

Nah, penelitian baru yang diterbitkan dalam jurnal Science Advances ini harapannya bisa menjadi solusi.

"Kita mungkin berada di titik balik untuk eksplorasi H2 alami. Dengan demikian kita dapat menyaksikan lahirnya industri hidrogen alami yang baru," kata Dr Frank Zwaan, penulis utama studi ini dari GFZ Helmholtz Centre for Geosciences, di Jerman.

Mengutip dari Science Focus, Senin (24/2/2025) dalam studinya, tim peneliti menggunakan simulasi proses tektonik lempeng untuk menemukan cadangan H2 yang sangat besar.

Hidrogen alami dapat dihasilkan dengan beberapa cara misalnya, melalui bakteri yang mengubah bahan organik, atau molekul air yang terbelah akibat radioaktivitas di kerak bumi.

Tetapi metode alami yang paling menjanjikan untuk produksi skala besar adalah melalui proses geologi yang dikenal dengan ‘serpentinisation’, proses di mana batuan dari dalam mantel bumi bereaksi dengan air.

Pada dasarnya, mineral-mineral dalam batuan mengalami transformasi kimia dan membentuk mineral baru serta melepaskan gas H2 dalam prosesnya.

Peneliti kemudian berpikir ketika batuan-batuan ini ditemukan di dekat permukaan Bumi, itu dapat menciptakan zona-zona kaya hidrogen dalam skala besar.

Ada dua proses yang membuat batuan itu bisa naik ke permukaan.

Pertama, saat benua-benua terpecah sehingga memungkinkan mantel naik dan pembentukan pegunungan yang mendorong batuan mantel ke permukaan.

Ketika para peneliti memodelkan kedua proses tersebut, mereka menemukan bahwa pembentukan gunung menciptakan kondisi terbaik untuk ‘serpentinisation’.

Baca juga:

Peneliti berpikir bahwa lingkungan pegunungan yang dingin, dikombinasikan dengan peningkatan sirkulasi air, dapat menciptakan peningkatan volume hidrogen.

Faktanya, simulasi mereka menunjukkan bahwa batuan yang muncul melalui pembentukan gunung menjanjikan kapasitas hidrogen 20 kali lebih banyak daripada yang didorong ke permukaan melalui retakan benua.

Peneliti juga menemukan indikasi pembentukan hidrogen alami di pegunungan termasuk Pyrenees, Pegunungan Alpen Eropa, dan Balkan.

Para ilmuwan di balik studi baru ini berharap temuan mereka akan mendorong eksplorasi lebih lanjut untuk H2 alami di wilayah pegunungan tersebut dan wilayah pegunungan lainnya.

“Mengingat peluang ekonomi yang terkait dengan H2 alami, sekarang adalah saatnya untuk melangkah lebih jauh dan juga menyelidiki jalur migrasi hidrogen dan ekosistem mikroba yang mengonsumsi hidrogen untuk lebih memahami di mana reservoir H2 potensial sebenarnya dapat terbentuk,” tambah Prof Sascha Brune, Kepala Bagian Pemodelan Geodinamik di GFZ.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya

Terbukti Cemari Lingkungan, Pengelola TPA Ilegal Dikenakan Pidana

Terbukti Cemari Lingkungan, Pengelola TPA Ilegal Dikenakan Pidana

Pemerintah
Mikroplastik Hambat Fotosintesis Tanaman, Jutaan Orang Terancam Kelaparan

Mikroplastik Hambat Fotosintesis Tanaman, Jutaan Orang Terancam Kelaparan

LSM/Figur
Hibah Penelitian Transisi Energi RI-Australia Dibuka, Catat Tanggal Pentingnya

Hibah Penelitian Transisi Energi RI-Australia Dibuka, Catat Tanggal Pentingnya

Pemerintah
Dampak Perubahan Iklim, Jumlah Satelit yang Mengorbit Berkurang

Dampak Perubahan Iklim, Jumlah Satelit yang Mengorbit Berkurang

Pemerintah
Hary Tanoe Bakal Diperiksa Sebagai Saksi Dalam Kasus KEK Lido

Hary Tanoe Bakal Diperiksa Sebagai Saksi Dalam Kasus KEK Lido

Pemerintah
Rencana Tata Ruang Daerah Perlu Akomodasi Lahan untuk Energi Terbarukan

Rencana Tata Ruang Daerah Perlu Akomodasi Lahan untuk Energi Terbarukan

LSM/Figur
Menteri LH Sebut Derah Hulu Akan Dipulihkan Fungsinya

Menteri LH Sebut Derah Hulu Akan Dipulihkan Fungsinya

Pemerintah
Sampah Telah Capai Titik Terdalam Laut Mediterania

Sampah Telah Capai Titik Terdalam Laut Mediterania

LSM/Figur
Perancis Umumkan Rencana Adaptasi Jika Suhu Bumi Naik 4 Derajat Celsius

Perancis Umumkan Rencana Adaptasi Jika Suhu Bumi Naik 4 Derajat Celsius

Pemerintah
Hanya 7 Negara yang Penuhi Standar Kualitas Udara WHO, Chad dan Bagladesh Paling Tercemar

Hanya 7 Negara yang Penuhi Standar Kualitas Udara WHO, Chad dan Bagladesh Paling Tercemar

Pemerintah
Inovasi Mengurangi Biaya Produksi Bioetanol Berbasis Limbah

Inovasi Mengurangi Biaya Produksi Bioetanol Berbasis Limbah

LSM/Figur
BRIN Kembangkan Sel Surya Mikroalga, Disebut Lebih Ramah Lingkungan

BRIN Kembangkan Sel Surya Mikroalga, Disebut Lebih Ramah Lingkungan

Pemerintah
Bukan Energi Terbarukan, Migas Jadi Fokus Pendanaan Danantara Gelombang Pertama

Bukan Energi Terbarukan, Migas Jadi Fokus Pendanaan Danantara Gelombang Pertama

Pemerintah
Spesies Cecak Ini Diberi Nama Pecel Madiun, Kenalkan Kuliner Nusantara Lewat Sains

Spesies Cecak Ini Diberi Nama Pecel Madiun, Kenalkan Kuliner Nusantara Lewat Sains

LSM/Figur
Dedi Mulyadi Serukan Tobat Ekologis untuk Setop Bencana di Jawa Barat

Dedi Mulyadi Serukan Tobat Ekologis untuk Setop Bencana di Jawa Barat

Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau