KOMPAS.com - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi hujan berintensitas tinggi masih turun sampai 11 Maret.
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati meminta sejumlah daerah, terutama yang rawan banjir, untuk tetap waspada bahkan siaga.
Dwikorita menuturkan, intensitas hujan sempat mencapai level tertinggi 232 milimeter dalam 24 jam.
Baca juga: Banjir dan Curah Hujan Tinggi, BMKG: Atmosfer Berpengaruh, Daratan Penentunya
"Kami prediksi (intensitas hutan tinggi) sampai tanggal 11 (Maret) itu kita masih perlu waspada bahkan siaga. Jadi, mungkin akan sedikit menurun. Kemudian, akan meningkat lagi sekitar tanggal 11," kata Dwikorita di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa (4/3/2025), sebagaimana dilansir Antara.
Di satu sisi, Dwikorita menuturkan akan digelar modifikasi cuaca hingga 8 Maret guna mengurangi intensitas hujan.
Operasi modifikasi cuaca sedianya dilakukan di daerah-daerah yang dinilai rawan, artinya area tersebut punya daya dukung yang lemah untuk menerima hujan.
"Kami, BMKG, akan melakukan modifikasi cuaca. Konsepnya adalah menghalangi awan-awan yang harusnya bergerak, bertiup ke area rawan itu dijatuhkan sebelum masuk ke area rawan. Jadi, dijatuhkan misalnya di laut, tidak dijatuhkan di darat," kata Dwikorita.
Baca juga: Bagaimana Iklim Ekstrem Memicu Kekeringan dan Hujan Lebat?
Dwikorita menjelaskan, awan-awan itu dipecah atau diturunkan airnya agar tidak mengumpul menjadi kumpulan awan.
Pasalnya, awan yang mengumpul tersebut menyebabkan intensitas hujan menjadi tinggi.
"Kalau kita lihat dari satelit awan itu luasnya hampir seluas wilayah Provinsi Jawa Barat. Jadi, Provinsi Jawa Barat, dari satelit, sudah tertutup awan. Bahkan, sampai ke Lampung dan Palembang," papar Dwikorita.
Oleh karena itu, melalui modifikasi cuaca, BMKG berupaya mencegah awan-awan yang terbentuk tumbuh menjadi kumpulan awan.
Beberapa daerah yang menjadi sasaran modifikasi cuaca BMKG di antaranya mencakup daerah-daerah pegunungan di Jawa Barat.
"Untuk besok itu, prioritas di Jawa Barat, karena memang yang paling rentang di Jawa Barat, terutama di daerah pegunungan, di Puncak, awannya dari situ. Nanti, bisa jadi sumber banjir untuk ke hilir. Tidak hanya kena Jawa Barat, tetapi juga bisa mengalir ke arah utara, ke DKI (Jakarta) juga banjir, dikhawatirkan bisa begitu. Sungai-sungainya kan juga mengalir ke utara," jelas Dwikorita.
Baca juga: Modifikasi Cuaca Turunkan Hujan di Jakarta Hingga 60 Persen
Hujan berintensitas tinggi mengguyur kawasan Puncak, Bogor, Bekasi, Depok, dan Jakarta sejak awal pekan ini.
Guyuran hujan tersebut membuat beberapa sungai meluap dan merendam sejumlah daerah di Bekasi, Depok, dan Jakarta.
Banjir ketinggian 1–4 meter menggenangi daerah-daerah pemukiman di beberapa daerah di Bekasi, Jakarta, Tangerang, dan Depok selama dua hari terakhir.
Banjir juga menyebabkan akses lalu lintas terputus karena beberapa jalanan utama teredam air.
Di Kota Bekasi, banjir merendam delapan dari total 12 kecamatan. Wali Kota Bekasi Tri Adhianto saat rapat bersama dalam rapat koordinasi bersama Kepala BNPB Suharyanto dan Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) Pratikno, Selasa, melaporkan aktivitas publik di delapan kecamatan yang terendam banjir lumpuh total.
Baca juga: BNPB Semai 26 Ton Garam dalam Sepekan, Kendalikan Hujan Ekstrem
Tri melanjutkan, banjir paling parah terjadi di sepanjang lintasan Sungai Bekasi, terutama di area pertemuan Kali Cikeas dan Kali Cileungsi.
Ketinggian air dilaporkan mencapai lebih dari 8 meter, lebih tinggi dibandingkan banjir pada tahun 2016 dan 2020.
Menurut Tri, banjir disebabkan oleh meluapnya air dari tanggul yang dibangun Balai Wilayah Sungai Ciliwung-Cisadane (BWSCC).
Selain itu, ada juga patahan dan tanggul yang belum terbangun di sepanjang sungai sehingga memperparah dampak banjir.
"Ketinggian air mencapai lebih dari delapan meter sehingga air melimpas dari tanggul yang sudah dibangun. Di beberapa titik, tanggul belum selesai dibangun sehingga dampaknya sangat besar," ucap Tri.
Baca juga: Jelang Tahun Baru 2025, Curah Hujan Jakarta Turun 38 Persen karena 8 Ton Garam
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya