Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Daur Ulang Plastik di Asia Tenggara Berbiaya Tinggi, Tergantung Limbah Impor

Kompas.com - 25/03/2025, 17:00 WIB
Monika Novena,
Yunanto Wiji Utomo

Tim Redaksi

Perlu ada kesadaran yang lebih besar terhadap bahan-bahan fleksibel, yang cenderung tidak didaur ulang karena kontaminasi dan faktor ekonomi, serta langkah-langkah yang diperlukan untuk membuat pengumpulannya efektif.

Baca juga: Profesor ITS Kembangkan BBM RON 102 dari Sampah Plastik

Solusi lain yang bisa diaplikasikan adalah insentif daur ulang di mana konsumen dapat memperoleh imbalan dengan mengembalikan wadah plastik.

"Dengan membuat ekonomi daur ulang lebih menarik, para pemangku kepentingan dapat mendorong partisipasi yang lebih besar dari bisnis dan individu," tulis laporan itu lagi.

Sementara itu laporan Bain juga mencatat masih ada ruang untuk berinovasi. Misalnya aplikasi di telepon pintar memungkinkan rumah tangga dan bisnis untuk terhubung dengan pengumpul limbah plastik, dengan layanan pengambilan di depan pintu atau tempat pembuangan yang ditentukan.

“Proyek-proyek seperti ini dapat meningkatkan jangkauan pengumpul, mengurangi hambatan dalam pengumpulan, dan menyempurnakan operasi logistik dengan teknologi canggih untuk memproses bahan daur ulang secara lebih efisien,”

Laporan juga meminta pemerintah untuk mengakui peran penting pekerja informal serta mempertimbangkan keselamatan dan kelayakan ekonomi para pekerja informal yang penting dalam mengatasi tantangan langsung dalam sirkularitas plastik.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau