KOMPAS.com - Apa yang terjadi ketika hutan dan ekosistem penting lainnya rusak akibat cuaca ekstrem yang dipicu oleh perubahan iklim? Riset terbaru dari Universitas Colorado Boulder memberikan gambaran dampaknya.
Selama ini, dampak perubahan iklim terhadap ekosistem umumnya dihitung berdasarkan kenaikan suhu. Namun, para ahli ekologi dari universitas tersebut mengembangkan pemodelan baru yang memasukkan cuaca ekstrem sebagai faktor utama.
Hasil studi yang berfokus pada hutan di Amerika Serikat menunjukkan bahwa badai dapat menurunkan pendapatan kayu hingga 23-50 persen. Selain itu, riset yang diterbitkan di Nature Ecology & Evolution ini mengungkap bahwa kerusakan ekosistem juga mengurangi nilai wisata alam.
Baca juga: Krisis, Vegetasi Hutan DAS Turun Drastis akibat Pembangunan
"Penelitian ini merupakan langkah penting dalam mengantisipasi dampak terhadap jasa ekosistem, sehingga kita bisa menyesuaikan strategi pengelolaan," ujar Laura Dee, penulis utama studi sekaligus profesor di Departemen Ekologi dan Biologi Evolusi, Universitas Colorado Boulder.
Alam dan Kontribusinya yang Sering Terabaikan
Para ilmuwan menggunakan istilah "jasa ekosistem" atau "kontribusi alam bagi manusia" untuk menggambarkan berbagai fungsi penting yang disediakan alam guna mendukung kehidupan dan kesejahteraan manusia. Akar pohon membantu menyaring air, serangga menyerbuki tanaman, dan hutan menyerap karbon untuk menstabilkan iklim. Selain manfaat ekologis, pegunungan, danau, dan laut juga memiliki nilai wisata serta makna budaya bagi masyarakat.
Dee menekankan bahwa model yang dikembangkan dalam penelitian ini dapat digunakan untuk mengevaluasi dampak berbagai gangguan, mulai dari badai dan kekeringan hingga ancaman spesies invasif.
"Kontribusi alam bagi manusia sering kali tidak dihargai dan jarang dimasukkan dalam proses pengambilan keputusan utama dalam pengelolaan lahan," kata Dee seperti dikutip Science Daily pada Selasa (25/3/2025).
Perubahan Iklim dan Risiko Ekonomi di Masa Depan
Organisasi Meteorologi Dunia PBB baru-baru ini mengumumkan bahwa lebih dari 150 peristiwa cuaca ekstrem yang belum pernah terjadi sebelumnya melanda Bumi tahun lalu. Dengan meningkatnya frekuensi gangguan ini, analisis ekonomi di masa depan seharusnya mulai mempertimbangkan dampak perubahan iklim terhadap ekosistem.
"Jika kita mengabaikan risiko yang semakin besar akibat peristiwa cuaca ekstrem, kita bisa kehilangan lebih banyak dari yang kita bayangkan," ujar Dee.
Baca juga: Konservasi Vs Rencana Konversi 20 Juta Hektare Hutan
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya