Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

BRIN Kembangkan Kemasan Pangan Biodegradable

Kompas.com - 31/03/2025, 16:00 WIB
Zintan Prihatini,
Yunanto Wiji Utomo

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengembangkan riset terkait kemasan pangan biodegradable dari biomassa, seperti aren dan bahan baku berbasis selulosa.

Hal ini dilakukn karena kemasan pangan yang selama ini beredar sulit terurai dan akhirnya membentuk mikroplastik. 

“Inovasi ini diharapkan mampu mengurangi sampah kemasan plastik karena lebih mudah terurai,” kata Muslih Anwar, selaku peneliti Pusat Riset Teknologi dan Proses Pangan BRIN, Jumat (28/3/2025).

Menurut dia, limbah mikroplastik tidak hanya mencemari lingkungan, tetapi juga dapat membahayakan kesehatan manusia.

“Apabila limbah mikroplastik tersebut dimakan oleh ikan kemudian dikonsumsi oleh manusia maka efek jangka panjangnya bisa menimbulkan gangguan kesehatan dan hormonal,” papar Muslih.

Selain kemasan pangan biodegradable, para peneliti mendalami bagaimana cara memperpanjang umur simpan produk makanan.

Mereka melakukan riset agar kemasan pembungkus bisa membunuh mikroba pada makanan. Tim menaruh sensor asam dan basa (PH) dalam kemasan itu.

“Sensor tersebut berfungsi untuk mendeteksi perubahan pH akibat adanya senyawa yang bersifat basa yang timbul dari kerusakan pangan oleh mikroba," jelas Muslih.

Baca juga: Tinggalkan Plastik, Ini Rekomendasi Bungkus Hampers Lebaran Ramah Lingkungan 

"Sensor pH akan berubah warna apabila makanan sudah rusak sehingga konsumen dapat mengetahui kualitas pangan secara real-time, tanpa harus melihat tanggal kedaluwarsa produk,” imbuh dia.

Teknologi Baru

Ditemui secara terpisah, Peneliti Pusat Penelitan Sistem Produksi Berkelanjutan dan Penilaian Daur Hidup BRIN, Erny Soekotjo, mengembangkan teknologi untuk standarisasi kemasan plastik saset bagi industri atau produsen.

Dia menjelaskan, saset termasuk plastik multilayer yakni kemasan yang terdiri dari lebih dari satu lapisan material. Sehingga, kebanyakan industri enggan mendaur ulang kemasan saset.

"Sedang dikembangkan satu teknologi yang mengganti multilayer ini menjadi mono-material, supaya si material ini bisa digabung sama plastik-plastik lain untuk didaur ulang jadi enggak merusak," ucap Erny, Jumat (21/2/2025).

Permasalahan lainnya ialah kemasan saset cenderung bernilai ekonomi rendah, karena kurangnya minat industri daur ulang meskipun secara material tetap bisa didaur ulang.

"Kan sekarang dianggap low value karena industri daur ulang enggak mau mengambil karena kalau bahannya dia kecampur sama plastik saset jadi masalah. Jadi dibuatlah kemasan saset yang bisa didaur ulang," tutur Erny.

Alhasil para peneliti mengembangkan teknologi tersebut sejak 2022 lalu. Erny menyebutkan, teknologi ini juga telah terdaftar sesuai Standar Nasional Indonesia (SNI) pada 2024.

Baca juga: Pemerintah Desak Produsen Olah Limbah Plastik Sendiri

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya

AS Pertimbangkan Tambang Laut Dalam untuk Cari Nikel dan Lawan China

AS Pertimbangkan Tambang Laut Dalam untuk Cari Nikel dan Lawan China

Pemerintah
LPEM UI: Penyitaan dan Penyegelan akan Rusak Tata Kelola Sawit RI

LPEM UI: Penyitaan dan Penyegelan akan Rusak Tata Kelola Sawit RI

Pemerintah
Jaga Iklim Investasi, LPEM FEB UI Tekankan Pentingnya Penataan Sawit yang Baik

Jaga Iklim Investasi, LPEM FEB UI Tekankan Pentingnya Penataan Sawit yang Baik

Pemerintah
Reklamasi: Permintaan Maaf yang Nyata kepada Alam

Reklamasi: Permintaan Maaf yang Nyata kepada Alam

LSM/Figur
Dampak Ekonomi Perubahan Iklim, Dunia Bisa Kehilangan 40 Persen GDP

Dampak Ekonomi Perubahan Iklim, Dunia Bisa Kehilangan 40 Persen GDP

LSM/Figur
Studi: Mikroplastik Ancam Ketahanan Pangan Global

Studi: Mikroplastik Ancam Ketahanan Pangan Global

LSM/Figur
Kebijakan Tak Berwawasan Lingkungan Trump Bisa Bikin AS Kembali ke Era Hujan Asam

Kebijakan Tak Berwawasan Lingkungan Trump Bisa Bikin AS Kembali ke Era Hujan Asam

Pemerintah
Nelayan di Nusa Tenggara Pakai “Cold Storage” Bertenaga Surya

Nelayan di Nusa Tenggara Pakai “Cold Storage” Bertenaga Surya

LSM/Figur
Pakar Pertanian UGM Sebut Pemanasan Global Ancam Ketahanan Pangan Indonesia

Pakar Pertanian UGM Sebut Pemanasan Global Ancam Ketahanan Pangan Indonesia

LSM/Figur
3 Akibat dari Perayaan Lebaran yang Tidak Ramah Lingkungan

3 Akibat dari Perayaan Lebaran yang Tidak Ramah Lingkungan

LSM/Figur
1.620 Km Garis Pantai Greenland Tersingkap karena Perubahan Iklim, Lebih Panjang dari Jalur Pantura

1.620 Km Garis Pantai Greenland Tersingkap karena Perubahan Iklim, Lebih Panjang dari Jalur Pantura

LSM/Figur
Semakin Ditunda, Ongkos Atasi Krisis Iklim Semakin Besar

Semakin Ditunda, Ongkos Atasi Krisis Iklim Semakin Besar

LSM/Figur
Harus 'Segmented', Kunci Bisnis Sewa Pakaian untuk Dukung Lingkungan

Harus "Segmented", Kunci Bisnis Sewa Pakaian untuk Dukung Lingkungan

Swasta
ING Jadi Bank Global Pertama dengan Target Iklim yang Divalidasi SBTi

ING Jadi Bank Global Pertama dengan Target Iklim yang Divalidasi SBTi

Swasta
Dekarbonisasi Baja dan Logam, Uni Eropa Luncurkan Rencana Aksi

Dekarbonisasi Baja dan Logam, Uni Eropa Luncurkan Rencana Aksi

Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau