KOMPAS.com - Berbagai aktivitas komersial manusia yang merusak dasar laut mengganggu kemampuan lautan dalam menyerap karbon dioksida.
Temuan tersebut mengemuka dalam studi yang diterbitkan di jurnal Science Advances baru baru ini.
Untuk diketahui, sekitar 30 persen karbon dioksida yang dilepaskan aktivitas manusia diserap oleh lautan.
Baca juga: Penggunaan Pukat Rusak Sedimen Penyimpan Karbon Alami
Sehingga, lautan memiliki peran yang vital dalam pengaturan iklim dan mengurangi laju pemanasan global.
"Sekarang ada banyak perhatian terhadap penyerapan karbon dioksida laut," kata Sebastiaan van de Velde, penulis utama studi tersebut dalam sebuah wawancara dengan AFP.
"Tetapi kami tidak mengajukan pertanyaan, 'apa yang sudah kita lakukan yang mungkin tidak membantu atau mengurangi kapasitas lautan untuk menyerap karbon dioksida'," lanjutnya, sebagaimana dilansir AFP, Sabtu (29/3/2025).
Untuk meneliti hal ini, timnya membuat model untuk menyimulasikan dampak jaring pukat dan pengerukan pasir laut, dua aktivitas komersial yang mengganggu dasar laut, terhadap penyerapan karbon dioksida lautan.
Baca juga: Kementerian ESDM Sebut Penurunan Emisi Karbon 2024 Lampaui Target
Analisis tersebut menemukan, cara-cara tersebut mengurangi alkalinitas air, sehingga membatasi jumlah karbon dioksida yang dapat diserap lautan.
Studi tersebut memperkirakan aktivitas tersebut mengurangi jumlah penyerapan antara 2,2 hingga 8,8 juta ton karbon dioksida setiap tahunnya.
Meskipun jumlahnya relatif kecil dibandingkan dengan total karbon dioksdia yang diserap oleh lautan, hal itu menunjukkan aktivitas manusia berkontribusi terhadap penurunan kemampuan bahari.
Van de Velde mengatakan, studi tersebut juga menunjukkan bahwa dengan mengelola aktivitas ekonomi dengan sedikit lebih baik, kemampuan laut dalam menyerap karbon dioksdia tidak terganggu.
Baca juga: Amazon Luncurkan Layanan Investasi Kredit Karbon, Apa Itu?
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya