Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pukat dan Pengerukan Pasir Laut Ganggu Kemampuan Bahari Serap Karbon Dioksida

Kompas.com - 31/03/2025, 13:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

KOMPAS.com - Berbagai aktivitas komersial manusia yang merusak dasar laut mengganggu kemampuan lautan dalam menyerap karbon dioksida.

Temuan tersebut mengemuka dalam studi yang diterbitkan di jurnal Science Advances baru baru ini.

Untuk diketahui, sekitar 30 persen karbon dioksida yang dilepaskan aktivitas manusia diserap oleh lautan.

Baca juga: Penggunaan Pukat Rusak Sedimen Penyimpan Karbon Alami

Sehingga, lautan memiliki peran yang vital dalam pengaturan iklim dan mengurangi laju pemanasan global.

"Sekarang ada banyak perhatian terhadap penyerapan karbon dioksida laut," kata Sebastiaan van de Velde, penulis utama studi tersebut dalam sebuah wawancara dengan AFP.

"Tetapi kami tidak mengajukan pertanyaan, 'apa yang sudah kita lakukan yang mungkin tidak membantu atau mengurangi kapasitas lautan untuk menyerap karbon dioksida'," lanjutnya, sebagaimana dilansir AFP, Sabtu (29/3/2025).

Untuk meneliti hal ini, timnya membuat model untuk menyimulasikan dampak jaring pukat dan pengerukan pasir laut, dua aktivitas komersial yang mengganggu dasar laut, terhadap penyerapan karbon dioksida lautan.

Baca juga: Kementerian ESDM Sebut Penurunan Emisi Karbon 2024 Lampaui Target

Analisis tersebut menemukan, cara-cara tersebut mengurangi alkalinitas air, sehingga membatasi jumlah karbon dioksida yang dapat diserap lautan.

Studi tersebut memperkirakan aktivitas tersebut mengurangi jumlah penyerapan antara 2,2 hingga 8,8 juta ton karbon dioksida setiap tahunnya.

Meskipun jumlahnya relatif kecil dibandingkan dengan total karbon dioksdia yang diserap oleh lautan, hal itu menunjukkan aktivitas manusia berkontribusi terhadap penurunan kemampuan bahari.

Van de Velde mengatakan, studi tersebut juga menunjukkan bahwa dengan mengelola aktivitas ekonomi dengan sedikit lebih baik, kemampuan laut dalam menyerap karbon dioksdia tidak terganggu.

Baca juga: Amazon Luncurkan Layanan Investasi Kredit Karbon, Apa Itu?

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya

AS Pertimbangkan Tambang Laut Dalam untuk Cari Nikel dan Lawan China

AS Pertimbangkan Tambang Laut Dalam untuk Cari Nikel dan Lawan China

Pemerintah
LPEM UI: Penyitaan dan Penyegelan akan Rusak Tata Kelola Sawit RI

LPEM UI: Penyitaan dan Penyegelan akan Rusak Tata Kelola Sawit RI

Pemerintah
Jaga Iklim Investasi, LPEM FEB UI Tekankan Pentingnya Penataan Sawit yang Baik

Jaga Iklim Investasi, LPEM FEB UI Tekankan Pentingnya Penataan Sawit yang Baik

Pemerintah
Reklamasi: Permintaan Maaf yang Nyata kepada Alam

Reklamasi: Permintaan Maaf yang Nyata kepada Alam

LSM/Figur
Dampak Ekonomi Perubahan Iklim, Dunia Bisa Kehilangan 40 Persen GDP

Dampak Ekonomi Perubahan Iklim, Dunia Bisa Kehilangan 40 Persen GDP

LSM/Figur
Studi: Mikroplastik Ancam Ketahanan Pangan Global

Studi: Mikroplastik Ancam Ketahanan Pangan Global

LSM/Figur
Kebijakan Tak Berwawasan Lingkungan Trump Bisa Bikin AS Kembali ke Era Hujan Asam

Kebijakan Tak Berwawasan Lingkungan Trump Bisa Bikin AS Kembali ke Era Hujan Asam

Pemerintah
Nelayan di Nusa Tenggara Pakai “Cold Storage” Bertenaga Surya

Nelayan di Nusa Tenggara Pakai “Cold Storage” Bertenaga Surya

LSM/Figur
Pakar Pertanian UGM Sebut Pemanasan Global Ancam Ketahanan Pangan Indonesia

Pakar Pertanian UGM Sebut Pemanasan Global Ancam Ketahanan Pangan Indonesia

LSM/Figur
3 Akibat dari Perayaan Lebaran yang Tidak Ramah Lingkungan

3 Akibat dari Perayaan Lebaran yang Tidak Ramah Lingkungan

LSM/Figur
1.620 Km Garis Pantai Greenland Tersingkap karena Perubahan Iklim, Lebih Panjang dari Jalur Pantura

1.620 Km Garis Pantai Greenland Tersingkap karena Perubahan Iklim, Lebih Panjang dari Jalur Pantura

LSM/Figur
Semakin Ditunda, Ongkos Atasi Krisis Iklim Semakin Besar

Semakin Ditunda, Ongkos Atasi Krisis Iklim Semakin Besar

LSM/Figur
Harus 'Segmented', Kunci Bisnis Sewa Pakaian untuk Dukung Lingkungan

Harus "Segmented", Kunci Bisnis Sewa Pakaian untuk Dukung Lingkungan

Swasta
ING Jadi Bank Global Pertama dengan Target Iklim yang Divalidasi SBTi

ING Jadi Bank Global Pertama dengan Target Iklim yang Divalidasi SBTi

Swasta
Dekarbonisasi Baja dan Logam, Uni Eropa Luncurkan Rencana Aksi

Dekarbonisasi Baja dan Logam, Uni Eropa Luncurkan Rencana Aksi

Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau