Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com, 31 Maret 2025, 07:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

KOMPAS.com - Selain gegap gempita merayakan Idul Fitri, kita juga bisa mewujudkan Lebaran yang lebih ramah lingkungan.

Dengan melakukan berbagai langkah ramah lingkungan selama momen Lebaran, kita bisa turut melestarikan lingkungan sekaligus meresapi kekhidmatan Hari Raya.

Dilansir dari berbagai sumber, berikut empat dampak positif dari aksi Lebaran ramah lingkungan.

Baca juga: Layanan Mudik Lebaran 2025 Diimbau Inklusif dan Ramah Kelompok Rentan

1. Kurangi timbulan sampah

Salah satu aksi yang dilakukan dalam mewujudkan Lebaran ramah lingkungan adalah mengurangi peralatan sekali pakai serta menggunakan wadah guna ulang.

Aksi ini bisa secara signifikan mengurangi timbulan sampah, baik selama mudik atau merayakan Lebaran di rumah saja.

Dengan mengurangi timbulan sampah, kita bisa mencegah lebih banyak limbah berakhir di tempat pembuangan akhir (TPA) yang berpotensi mencemari lingkungan.

2. Mengurangi food waste

Untuk mengurangi sampah makanan atau food loss dan food waste, kita bisa berkontribusi dengan menghabiskan makanan yang kita ambil.

Kita juga perlu bertanggung jawab untuk tidak makan berlebihan agar meminimalisasi sampah. Dengan makan yang sesuai takaran, kita juga sekaligus mencegah kalori berlebih masuk ke tubuh kita.

Dengan demikian, kita bisa mengurangi mubazir pangan. Bila semua orang melakukannya, maka dampaknya akan sangat besar.

Baca juga: 5 Kiat Sederhana Wujudkan Lebaran Ramah Lingkungan

3. Hemat

Perayaan Lebaran selama seharian atau bahkan dua hari terkadang membuat kita lupa untuk menghemat energi.

Meski di tengah gegap gempita hari raya, kita tetap perlu mengelola pemakaian perangkat elektronik secara efisien.

Kurangi juga penggunaan lampu pada siang hari. Jangan lupa matikan dan cabut aliran listrik pada perangkat yang tidak dipakai.

Upaya tersebut bisa membuat kita tetap merayakan Hari Raya sekaligus bisa menghemat energi dan mengurangi tagihan listrik.

4 Wujudkan ekonomi sirkular

Sampah memang tidak bisa kita hindari. Setelah sebisa mungkin mengurangi sampah saat Lebaran, kita dapat memilah sampah berdasarkan jenisnya. Hal tersebut dapat mewujudkan ekonomi sirkular.

Satukan sampah organik menjadi satu, yang bisa dimanfaatkan sebagai kompos atau produk lain seperti eco-enzyme.

Selain itu, pilah dan pilih sampah organik sesuai jenisnya seperti plastik, kardus, kain, dan lainnya. Setorkan ke bank sampah atau pengepul agar bisa didaur ulang.

Baca juga: DLH Siapkan 2.906 Petugas untuk Angkut Sampah Saat Lebaran di Jakarta

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Menjaga Bumi Nusantara Melalui Kearifan Lokal
Menjaga Bumi Nusantara Melalui Kearifan Lokal
Pemerintah
Tingkatkan Produktivitas Lahan, IPB Latih Petani Kuasai Teknik Agroforestri
Tingkatkan Produktivitas Lahan, IPB Latih Petani Kuasai Teknik Agroforestri
Pemerintah
Desa Utak Atik di Serangan Bali Hadirkan Inovasi Lampu Nelayan hingga Teknologi Hijau
Desa Utak Atik di Serangan Bali Hadirkan Inovasi Lampu Nelayan hingga Teknologi Hijau
LSM/Figur
Pasca-Siklon Senyar, Ilmuwan Khawatir Populasi Orangutan Tapanuli Makin Terancam
Pasca-Siklon Senyar, Ilmuwan Khawatir Populasi Orangutan Tapanuli Makin Terancam
Pemerintah
Adaptasi Perubahan Iklim, Studi Temukan Beruang Kutub Kembangkan DNA Unik
Adaptasi Perubahan Iklim, Studi Temukan Beruang Kutub Kembangkan DNA Unik
Pemerintah
Permintaan Meningkat Tajam, PBB Peringatkan Potensi Krisis Air
Permintaan Meningkat Tajam, PBB Peringatkan Potensi Krisis Air
Pemerintah
Bibit Siklon Tropis Terpantau, Hujan Lebat Diprediksi Landa Sejumlah Wilayah
Bibit Siklon Tropis Terpantau, Hujan Lebat Diprediksi Landa Sejumlah Wilayah
Pemerintah
Masyarakat Adat Terdampak Ekspansi Sawit, Sulit Jalankan Tradisi hingga Alami Kekerasan
Masyarakat Adat Terdampak Ekspansi Sawit, Sulit Jalankan Tradisi hingga Alami Kekerasan
LSM/Figur
Limbah Cair Sawit dari RI Diterima sebagai Bahan Bakar Pesawat Berkelanjutan
Limbah Cair Sawit dari RI Diterima sebagai Bahan Bakar Pesawat Berkelanjutan
LSM/Figur
BRIN Catat Level Keasaman Laut Paparan Sunda 2 Kali Lebih Cepat
BRIN Catat Level Keasaman Laut Paparan Sunda 2 Kali Lebih Cepat
Pemerintah
Belajar dari Sulawesi Tengah, Membaca Peran Perempuan Ketika Bencana Menguji
Belajar dari Sulawesi Tengah, Membaca Peran Perempuan Ketika Bencana Menguji
LSM/Figur
ILO Dorong Literasi Keuangan Untuk Perkuat UMKM dan Pekerja Informal Indonesia
ILO Dorong Literasi Keuangan Untuk Perkuat UMKM dan Pekerja Informal Indonesia
Pemerintah
ULM dan Unmul Berkolaborasi Berdayakan Warga Desa Penggalaman lewat Program Kosabangsa
ULM dan Unmul Berkolaborasi Berdayakan Warga Desa Penggalaman lewat Program Kosabangsa
Pemerintah
PLTS 1 MW per Desa Bisa Buka Akses Energi Murah, tapi Berpotensi Terganjal Dana
PLTS 1 MW per Desa Bisa Buka Akses Energi Murah, tapi Berpotensi Terganjal Dana
LSM/Figur
Bulu Babi di Spanyol Terancam Punah akibat Penyakit Misterius
Bulu Babi di Spanyol Terancam Punah akibat Penyakit Misterius
LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau