KOMPAS.com - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyatakan penurunan emisi karbon di sektor energi sudah melebihi target yang ditetapkan secara tahunan guna mewujudkan visi karbon bersih atau net zero emission (NZE) pada 2060.
Hal tersebut disampaikan Direktur Aneka Energi Baru Terbarukan (EBT) Kementerian ESDM Andriah Feby Misna dalam acara Diseminasi dan Peluncuran Kajian Market Assessment of Indonesia's Renewable Energy Manufacturing Industry di Jakarta, Selasa (25/3/2025).
Dia mengatakan, pada 2024 misalnya, realisasi penurunan emisi karbon mencapai 147,61 juta ton karbon dioksida.
Baca juga: 30 Perusahaan Luncurkan Inisiatif untuk Tingkatkan Pasar Karbon
Di sisi lain, target penurunan emisi karbon sektor energi yakni 142 juta ton karbon dioksida. Sehingga penurunan emisi karbon 5,61 juta ton lebih tinggi daripada target.
"Kita mampu mencapai penurunan emisi sebesar 147,61 juta ton, melampaui target tahunan yang sudah ditetapkan. Harapan kita juga hingga tahun 2030 nanti kita bisa tetap konsisten capaiannya," ujar Feby, sebagaimana dilansir Antara.
Dia merinci, realisasi dekarbonisasi sektor energi pada 2024 berasal dari efisiensi energi sebesar 30,25 juta ton selain itu dari penggunaan bahan bakar rendah karbon yang menurunkan emisi 15,18 juta ton.
Faktor lainnya yakni pemanfaatan energi baru terbarukan menurunkan emisi karbon 74,73 juta ton serta penggunaan teknologi terbaru yang rendah emisi sebanyak 15,16 juta ton karbon.
Baca juga: Amazon Luncurkan Layanan Investasi Kredit Karbon, Apa Itu?
Untuk tahun 2030, Feby menyampaikan pemerintah menargetkan untuk melakukan dekarbonisasi sektor energi hingga 358 juta ton.
Lebih lanjut, guna mengoptimalkan terwujudnya visi karbon bersih yang sesuai dengan Enhanced Nationally Determined Contribution (ENDC), kementerian disebutnya menerapkan berbagai strategi.
Strategi tersebut antara lain yakni penguatan elektrifikasi di sektor transportasi, pertanian, serta kompor induksi.
Baca juga: Penyerapan Karbon Alami Menurun, Perubahan Iklim Makin Cepat
Selanjutnya pengembangan energi baru terbarukan, penerapan moratorium pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) dan pensiun dini PLTU, serta penerapan efisiensi energi.
Selain itu, dia juga telah menyusun Rencana Umum Ketenagalistrikan Nasional (RUKN), dengan mengedepankan elektrifikasi dari sumber EBT yang dimiliki Indonesia, yang memiliki potensi lebih dari 3.600 gigawatt (GW).
Adapun ENDC merupakan target pengurangan emisi Indonesia secara total dari 29 persen atau 835 juta ton karbon dioksida menjadi 32 persen atau 912 juta ton karbon dioksida pada 2030.
Baca juga: PBB: Pengurangan Jejak Karbon Bangunan Perlu Segera Dilakukan
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya