Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kelapa Langka dan Mahal, Pakar IPB Ungkap Sebabnya

Kompas.com - 27/03/2025, 16:00 WIB
Zintan Prihatini,
Yunanto Wiji Utomo

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Pakar dari Departemen Agribisnis IPB University, Amzul Rifin, mengungkapkan bahwa kelangkaan dan naiknya harga kelapa baru-baru ini disebabkan lonjakan permintaan ekspor terutama produk minyak kelapa.

“Kelangkaan yang terjadi lebih disebabkan oleh meningkatnya permintaan luar negeri. Harga dunia yang naik membuat ekspor lebih menguntungkan dibandingkan menjual kelapa di pasar domestik,” kata Amzul dalam keterangannya, Rabu (26/3/2025).

Produksi kelapa Indonesia pada 2024 tercatat mencapai 2,89 juta ton, dengan sebagian besar produksi atau 98 persen berasal dari petani.

Selain memenuhi kebutuhan dalam negeri, kelapa Indonesia juga diekspor dalam bentuk bahan baku maupun olahan.

Amzul menyebutkan, pada tahun 2022 sekitar 67 persen ekspor kelapa Indonesia berupa minyak kelapa setengah jadi ataupun mentah.

Permintaan dari luar negeri yang terus meningkat menyebabkan kelapa dalam negeri lebih banyak diolah menjadi minyak kelapa untuk ekspor. Hal ini lantas memicu kelangkaan pasokan kelapa di pasar domestik.

Amzul berpendapat, langkah strategis perlu dilakukan guna meningkatkan ketahanan pasokan kelapa maupun mengurangi naik turunnya harga.

Baca juga: Peneliti BRIN Kembangkan Bahan Bakar Pesawat Berbahan Minyak Kelapa

“Peningkatan produktivitas dan perluasan area tanam menjadi dua solusi utama untuk meningkatkan produksi kelapa,” ucap dia.

Di sisi lain, kelapa menghadapi persaingan dengan tanaman lain. Kelapa sawit, misalnya, yang lebih menguntungkan bagi para petani.

Karena itu, dia mengusulkan agar hasil kelapa maupun dari produk turunannya bisa ditingkatkan.

"Hal ini diharapkan dapat memastikan keberlanjutan produksi kelapa di Indonesia," imbuh Amzul.

Sebelumnya, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mencatat, produktivitas kelapa di Indonesia menurun seiring dengan berkurangnya lahan perkebunan.

Peneliti Ahli Utama Pusat Riset Tanaman Perkebunan BRIN, Hengky Novarianto, menuturkan luas lahan kelapa hanya 3,3 juta hektare pada 2024.

"Produktivitasnya rendah karena kelapa sudah tua, banyak yang tidak menggunakan benih unggul, tanaman tidak dipelihara dengan baik, terutama tidak dipupuk, belum lagi serangan hama penyakit, kelapa yang mati, dan produk utama kelapa butiran dan koprah di tingkat petani," kata Hengky dalam webinar yang diikuti daring, Senin (3/3/2025).

Hengky menyampaikan sejauh ini ada 60 varietas kelapa unggulan yang telah dirilis. Salah satunya, jenis kelapa genjah yang bisa menghasilkan hingga 120 butir buah kelapa per tahunnya.

"Telah dirilis sebanyak 60 varitas kelapa unggul, ada kelapa genjah, kelapa dalam, kelapa hibrida, diduga sebagian kelapa semitol," papar Hengky.

"Masing-masing punya keunggulan dan sifat baik tersendiri, kalau kita kombinasikan atau tanam varitas yang tepat, maka produktas dan produksi kelapa akan jauh meningkat," tambah dia.

Kelapa hibrida, hasil persilangan kelapa genjah dan kelapa dalam pun menjadi solusi menggenjot produksi buah.

Baca juga: Produktivitas Kelapa Turun, 60 Varietas Unggulan Dirilis

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya

AS Pertimbangkan Tambang Laut Dalam untuk Cari Nikel dan Lawan China

AS Pertimbangkan Tambang Laut Dalam untuk Cari Nikel dan Lawan China

Pemerintah
LPEM UI: Penyitaan dan Penyegelan akan Rusak Tata Kelola Sawit RI

LPEM UI: Penyitaan dan Penyegelan akan Rusak Tata Kelola Sawit RI

Pemerintah
Jaga Iklim Investasi, LPEM FEB UI Tekankan Pentingnya Penataan Sawit yang Baik

Jaga Iklim Investasi, LPEM FEB UI Tekankan Pentingnya Penataan Sawit yang Baik

Pemerintah
Reklamasi: Permintaan Maaf yang Nyata kepada Alam

Reklamasi: Permintaan Maaf yang Nyata kepada Alam

LSM/Figur
Dampak Ekonomi Perubahan Iklim, Dunia Bisa Kehilangan 40 Persen GDP

Dampak Ekonomi Perubahan Iklim, Dunia Bisa Kehilangan 40 Persen GDP

LSM/Figur
Studi: Mikroplastik Ancam Ketahanan Pangan Global

Studi: Mikroplastik Ancam Ketahanan Pangan Global

LSM/Figur
Kebijakan Tak Berwawasan Lingkungan Trump Bisa Bikin AS Kembali ke Era Hujan Asam

Kebijakan Tak Berwawasan Lingkungan Trump Bisa Bikin AS Kembali ke Era Hujan Asam

Pemerintah
Nelayan di Nusa Tenggara Pakai “Cold Storage” Bertenaga Surya

Nelayan di Nusa Tenggara Pakai “Cold Storage” Bertenaga Surya

LSM/Figur
Pakar Pertanian UGM Sebut Pemanasan Global Ancam Ketahanan Pangan Indonesia

Pakar Pertanian UGM Sebut Pemanasan Global Ancam Ketahanan Pangan Indonesia

LSM/Figur
3 Akibat dari Perayaan Lebaran yang Tidak Ramah Lingkungan

3 Akibat dari Perayaan Lebaran yang Tidak Ramah Lingkungan

LSM/Figur
1.620 Km Garis Pantai Greenland Tersingkap karena Perubahan Iklim, Lebih Panjang dari Jalur Pantura

1.620 Km Garis Pantai Greenland Tersingkap karena Perubahan Iklim, Lebih Panjang dari Jalur Pantura

LSM/Figur
Semakin Ditunda, Ongkos Atasi Krisis Iklim Semakin Besar

Semakin Ditunda, Ongkos Atasi Krisis Iklim Semakin Besar

LSM/Figur
Harus 'Segmented', Kunci Bisnis Sewa Pakaian untuk Dukung Lingkungan

Harus "Segmented", Kunci Bisnis Sewa Pakaian untuk Dukung Lingkungan

Swasta
ING Jadi Bank Global Pertama dengan Target Iklim yang Divalidasi SBTi

ING Jadi Bank Global Pertama dengan Target Iklim yang Divalidasi SBTi

Swasta
Dekarbonisasi Baja dan Logam, Uni Eropa Luncurkan Rencana Aksi

Dekarbonisasi Baja dan Logam, Uni Eropa Luncurkan Rencana Aksi

Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau