Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 01/04/2025, 09:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

KOMPAS.com - Selama Lebaran, berbagai perayaan muncul karena rasa sukacita. Mobilitas serta konsumsi warga pun meningkat.

Di satu sisi, gegap gempita aktvitas selama Lebaran berpotensi menimbulkan efek samping yang berdampak buruk bila tidak dibarengi kesadaran lingkungan.

Lebaran yang tidak berkelanjutan menimbulkan dampak buruk terhadap lingkungan dan Bumi yang kita tempati ini.

Berikut tiga contoh dampak Lebaran yang tidak ramah lingkungan.

Baca juga: 4 Dampak Positif Terapkan Lebaran Ramah Lingkungan

1. Limbah makanan

Limbah makanan merupakan salah satu masalah yang perlu penanganan serius. Apalagi, saat Lebaran konsumsi cenderung meningkat sehingga sampah makanan bisa terkerek naik.

Limbah makanan yang tidak terkelola dengan baik dapat menimbulkan masalah kesehatan karena menjadi tempat berkembang biaknya kuman serta mengundang hewan liar yang mengkonsumsi limbah tersebut.

Organisme ini dapat membawa penyakit bisa menular dari hewan ke manusia atau biasa disebut zoonosis.

Sisa makanan yang membusuk juga mengeluarkan gas metana, salah satu gas rumah kaca. Emisi gas metana yang berlebihan amat berbahaya karena bisa memerangkap panas 25 kali lebih besar dibandingkan karbon dioksida.

Oleh sebab itu, diperlukan kesadaran bersama untuk membatasi konsumsi dan makan secara bertanggung jawab guna meminimalisai lonjakan sampah makanan saat hari raya.

Baca juga: Layanan Mudik Lebaran 2025 Diimbau Inklusif dan Ramah Kelompok Rentan

2. Limbah pakaian

Membeli dan memakain pakaian baru menjadi tradisi umum di kalangan masyarakat saat merayakan Lebaran dan Idul Fitri.

Di satu sisi, tradisi baju baru tiap Lebaran berpotensi menghasilkan limbah pakaian dari baju bekas yang tidak terpakai.

Survei dari Yougov pada 2017 menyatakan, sekitar 66 persen responden Indonesia membuang satu baju setiap tahun. Ada juga 25 persen responden yang setiap tahunnya membuang 10 helai baju.

Selain mubazir, kebiasaan membeli baju baru juga bisa memperparah dampak lingkungan dari industri tekstil.

Sektor ini bertanggung jawab sekitar 6 sampai delapan persen emisi gas rumah kaca di bumi karena masifnya penggunaan energi untuk pemrosesan garmen dan tekstil.

Oleh karena itu, sepertinya kita perlu berpikir ulang mengenai tradisi pakaian baru saat Lebaran dan Idul Fitri.

Baca juga: 5 Kiat Sederhana Wujudkan Lebaran Ramah Lingkungan

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau