KOMPAS.com - Laporan lembaga think tank Ember mengungkapkan, pembangkit listrik dari energi baru terbarukan (EBT) menyuplai 32 persen listrik global sepanjang 2024.
Analis listrik dan data Ember, Euan Graham, menyebut bahwa hal ini terjadi seiring naiknya permintaan listrik akibat gelombang panas.
"Kekhawatiran terhadap keamanan energi, yang diperburuk oleh perang dagang yang dipicu oleh tarif besar-besaran Presiden AS, Donald Trump, dapat semakin meningkatkan permintaan energi terbarukan tahun ini," ujar Graham dikutip dari Reuters, Selasa (8/4/2025).
Baca juga: Equinix Teken Perjanjial Jual-Beli Listrik Terbarukan Pertama di Jepang
Sebagai informasi, Trump menaikkan tarif impor bagi 180 negara dengan nilai yang berbeda-beda. Tarif tersebut menyebabkan pasar energi dan ekuitas anjlok, lalu memicu kekhawatiran tentang resesi global.
Dalam laporannya, para peneliti mencatat pertumbuhan pembangkitan listrik terbarukan termasuk angin, air, serta matahari lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya. Pada 2023, bauran listrik global pembangkit EBT mencapai 30 persen.
"Peningkatan konsumsi listrik untuk kecerdasan buatan, pusat data, kendaraan listrik, dan pompa panas menyumbang 0,7 persen dari pertumbuhan permintaan global tahun lalu," tulis tim peneliti.
Baca juga: Konsumsi Listrik Dunia Naik, 40 Persen dari Nuklir dan Energi Terbarukan
Gelombang panas pada 2024 meningkatkan permintaan listrik untuk pemasangan AC yang menambahkan 0,7 persen atau 208 terrawatt jam (TWh) secara global.
Pembangkit listrik tenaga gas menyumbang 22 persen dari produksi listrik global. Batu bara tetap menjadi sumber pembangkitan terbesar, menyediakan 34 persen dari pangsa global, namun angkanya turun dari 36 persen dari 2023.
Sedangkan, pembangkit listrik tenaga nuklir menyumbang 9 persen sumber listrik. Angkanya turun dari yang sebelumnya 9,1 persen di 2023.
Graham berpendapat, EBT bisa mendapatkan manfaat karena lonjakan tarif impor Amerika Serikat. Kendati, masih terlalu dini untuk menyimpulkan apakah kebijakan bakal Trump memengaruhi permintaan listrik di tahun ini.
Baca juga: 20 Persen Listrik Lampung Sudah Berasal dari Energi Terbarukan
"Negara-negara kini lebih memikirkan keamanan dan ketahanan energi mereka daripada sebelumnya dan saya pikir itu berarti energi terbarukan dalam negeri seperti angin dan matahari menjadi semakin menarik," ucap Graham.
Sementara itu, CEO Global Renewables Alliance, Bruce Douglas, menyatakan inudatri EBT menghasilkan 858 TWh listrik ke sistem pada 2024.
"Angka ini lebih dari gabungan konsumsi listrik tahunan Inggris dan Prancis," jelas Douglas.
Baca juga: Lewat 2 Megaproyek, PLN IP Genjot Pembangkit EBT 2,4 Gigawatt pada 2035
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya