Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Populasi Serangga Hutan Tropis Turun Drastis, Apa Dampaknya?

Kompas.com - 08/04/2025, 19:17 WIB
Monika Novena,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

Sumber PHYSORG

KOMPAS.com-Penelitian yang dipimpin ahli ekologi dari Universitas Hong Kong (HKU) menemukan hal yang mengkhawatirkan.

Dalam studinya, mereka mengungkap bahwa serangga di hutan tropis, mengalami penurunan populasi yang signifikan.

Di wilayah tropis, kelompok hewan paling melimpah dan beragam di Bumi ini menghadapi banyak ancaman, termasuk urbanisasi, hilangnya habitat dan fragmentasi, serta polusi dari pertanian dan wilayah perkotaan.

Melansir Phys, Senin (7/4/2025) tim peneliti juga mencatat serangga di pulau-pulau tropis sangat rentan terhadap spesies invasif yang membuat mereka punah karena ancaman tersebut.

Baca juga: Akibat Pemanasan Global, Kemampuan Fotosintesis Hutan Tropis Dapat Berkurang

Secara lebih luas, perubahan iklim juga menimbulkan ancaman yang signifikan terhadap populasi serangga di seluruh wilayah tropis.

Tidak hanya lantaran peningkatan suhu tetapi juga karena gangguan siklus cuaca seperti El Niño dan La Niña.

Peneliti menjelaskan penurunan keanekaragaman hayati serangga ini dapat berdampak pada proses ekosistem seperti siklus karbon yang dapat memengaruhi Bumi secara global.

Perubahan keseimbangan ekosistem juga dapat menyebabkan peningkatan wabah hama dan penyakit yang ditularkan serangga seperti demam berdarah dan malaria pada manusia, serta penyakit serupa pada ternak, yang memengaruhi kesehatan global serta mengurangi ketahanan pangan.

Di sisi lain, pemahaman mengenai populasi serangga yang menghuni hutan tropis masih sangat terbatas. Masih ada kesenjangan besar dalam pemahaman karena kurangnya data dari hutan tropis.

Menurut Profesor Louise Ashton, penulis korespondensi studi ini selama ini sebagian besar penelitian penurunan jumlah serangga berasal dari lanskap di Eropa dan Amerika Serikat. Padahal keanekaragaman hayati serangga sebagian besar berada di daerah tropis.

Baca juga: Bisakah Serangga Jadi Solusi Limbah Plastik Dunia?

"Kurangnya data pemantauan jangka panjang membuat kami tidak sepenuhnya memahami bagaimana keanekaragaman serangga berubah seiring berjalannya waktu. Tinjauan ini dan proyek terkait kami menyoroti masalah ini dan menyatukan data serangga jangka panjang baru untuk membantu memahami potensi penurunan jumlah serangga tropis dan konsekuensinya terhadap fungsi ekologi," katanya.

Untungnya, kemajuan terkini dalam kecerdasan buatan dan metode genetika mulai mengatasi tantangan tersebut.

Profesor Timothy Bonebrake, salah satu penulis studi ini juga menambahkan meski data di daerah tropis relatif kurang, namun banyak alasan untuk khawatir mengenai status serangga tropis.

"Kita perlu lebih banyak penelitian, dan kajian kami menunjukkan arah untuk tujuan ini. Tetapi kita juga perlu melestarikan habitat sekarang dan menerapkan intervensi konservasi lainnya untuk menjaga keanekaragaman hayati tropis," tambahnya.

Studi dipublikasikan di Nature Reviews Biodiversity.

sumber https://phys.org/news/2025-04-status-tropical-insects-world.html

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Usung Kearifan Lokal, BREWi JAYA Jadi Wujud Bisnis Berkelanjutan UB untuk Pendidikan Terjangkau
Usung Kearifan Lokal, BREWi JAYA Jadi Wujud Bisnis Berkelanjutan UB untuk Pendidikan Terjangkau
LSM/Figur
OECD: Biaya Kekeringan Diperkirakan Naik 35 Persen pada 2035
OECD: Biaya Kekeringan Diperkirakan Naik 35 Persen pada 2035
Pemerintah
Ramai PHK dan Susah Dapat Kerja? FAO Ajak Lirik Sektor Pertanian
Ramai PHK dan Susah Dapat Kerja? FAO Ajak Lirik Sektor Pertanian
LSM/Figur
Perubahan Iklim Bakal Bikin Aroma Vanila Alami Lebih Sulit Didapatkan
Perubahan Iklim Bakal Bikin Aroma Vanila Alami Lebih Sulit Didapatkan
LSM/Figur
KLH Perketat PROPER, Klaim Perusahaan Bakal Diikuti Survei Lapangan
KLH Perketat PROPER, Klaim Perusahaan Bakal Diikuti Survei Lapangan
Pemerintah
ITS Perluas Akses Beasiswa, Dorong Pendidikan Inklusif
ITS Perluas Akses Beasiswa, Dorong Pendidikan Inklusif
Swasta
MethaneSAT Hilang di Angkasa, Pemantauan Emisi Metana di Ujung Tanduk
MethaneSAT Hilang di Angkasa, Pemantauan Emisi Metana di Ujung Tanduk
Swasta
Mangrove Diselamatkan, Manusia dan Buaya Sama-Sama Aman
Mangrove Diselamatkan, Manusia dan Buaya Sama-Sama Aman
LSM/Figur
Jual Kayu Ilegal, Direktur Perusahaan Terancam 15 Tahun Penjara
Jual Kayu Ilegal, Direktur Perusahaan Terancam 15 Tahun Penjara
Pemerintah
Semua Kawasan Komersial di Jakarta Harus Kelola Sampah Mandiri, Tak Bebani APBD
Semua Kawasan Komersial di Jakarta Harus Kelola Sampah Mandiri, Tak Bebani APBD
Pemerintah
Bus Listrik Bisa Pangkas Emisi GRK, tetapi Berpotensi Jadi Proyek FOMO
Bus Listrik Bisa Pangkas Emisi GRK, tetapi Berpotensi Jadi Proyek FOMO
Swasta
Tambang Ancam Ekosistem Kerapu dan Ketahanan Pangan di Raja Ampat
Tambang Ancam Ekosistem Kerapu dan Ketahanan Pangan di Raja Ampat
LSM/Figur
Susu Terancam Panas Ekstrem, Produksinya Turun 10 Persen oleh Iklim
Susu Terancam Panas Ekstrem, Produksinya Turun 10 Persen oleh Iklim
Pemerintah
Setiap Makanan Berisiko Terkontaminasi Mikroplastik dari Kemasan
Setiap Makanan Berisiko Terkontaminasi Mikroplastik dari Kemasan
Pemerintah
Transisi Energi Terbarukan yang Adil Tingkatkan PDB Global 21 Persen
Transisi Energi Terbarukan yang Adil Tingkatkan PDB Global 21 Persen
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau