KOMPAS.com - Penelitian dari Institute of Environmental Medicine (IMM), Karolinska Institutet di Swedia menunjukkan bahwa gabungan polusi udara dan kebisingan lalu lintas dapat menimbulkan risiko stroke yang lebih besar daripada efek masing-masing faktor secara terpisah.
Temuan penting lainnya adalah bahwa peningkatan risiko ini terjadi bahkan pada tingkat polusi dan kebisingan yang dianggap relatif rendah menurut standar dan rekomendasi internasional.
Penelitian yang dipublikasikan di Environment International ini menganalisis data dari 136.897 orang dewasa di Swedia, Denmark, dan Finlandia.
Baca juga: DLH: Polusi Udara di Jakarta Turun Selama Masa Lebaran 2025
Hasil analisis menunjukkan bahwa peningkatan polusi udara (PM2.5) sebesar 5 µg/m³ meningkatkan risiko stroke sebesar 9 persen.
Sementara peningkatan kebisingan lalu lintas sebesar 11 dB meningkatkan risiko sebesar 6 persen.
Ketika kedua faktor tersebut (polusi udara dan kebisingan lalu lintas) digabungkan, risikonya mungkin lebih tinggi lagi.
Contoh begini, di area yang lebih tenang (40 dB), peningkatan PM2.5 dikaitkan dengan kenaikan risiko stroke sebesar 6 persen, tetapi di area yang lebih bising (80 dB), peningkatan PM2.5 yang sama meningkatkan risiko sebesar 11 persen, meskipun hasil ini tidak signifikan secara statistik.
"Penelitian tentang efek gabungan polusi udara dan kebisingan lalu lintas masih langka, dan studi kami memberikan wawasan baru yang penting," ungkap Huyen Nguyen Thi Khanh dan Jeroen de Bont, penulis makalah tersebut dikutip dari Phys, Selasa (8/4/2025).
"Fakta bahwa kami melihat hubungan yang jelas bahkan pada tingkat yang relatif rendah menunjukkan bahwa batas paparan saat ini mungkin tidak cukup untuk melindungi kesehatan masyarakat. Peraturan yang lebih kuat diperlukan untuk mengurangi paparan dan menurunkan risiko stroke dan penyakit lainnya," tambah mereka.
Baca juga: Polusi Udara Renggut 5,7 Juta Nyawa Setiap Tahunnya
Temuan tersebut akhirnya juga dapat membantu pembuat kebijakan mengalokasikan sumber daya secara lebih efektif.
Dengan menargetkan area tempat orang terpapar polusi udara dan kebisingan tingkat tinggi, pihak berwenang dapat secara signifikan mengurangi kejadian stroke dan meningkatkan kesehatan masyarakat.
Selanjutnya, peneliti akan melakukan studi lanjutan untuk memahami lebih dalam hubungan antara paparan polusi udara dan kebisingan dengan risiko penyakit jantung serta pembuluh darah.
Mereka juga akan mengeksplorasi bagaimana polusi udara berinteraksi dengan berbagai aspek kehidupan di perkotaan dalam memengaruhi kesehatan jantung.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya