KOMPAS.com - Aktivitas manusia, seperti deforestasi dan perluasan lahan pertanian, memiliki dampak yang sangat besar pada kondisi alami ekosistem.
Akibatnya, sejumlah besar karbon dilepaskan ke atmosfer, yang secara signifikan berkontribusi pada perubahan iklim antropogenik atau perubahan iklim akibat ulah manusia.
Sebuah tim yang dipimpin oleh ahli geografi Ludwig Maximilian University of Munich, Raphael Ganzenmüller kemudian mengungkapkan bahwa pengaruh manusia ternyata telah mengurangi total cadangan karbon alami di daratan sebesar 24 persen yang setara dengan 344 miliar metrik ton karbon.
Peneliti juga menunjukkan bahwa sebagian besar kehilangan cadangan karbon disebabkan oleh perluasan padang rumput dan lahan pertanian, serta manajemen hutan.
Kesimpulan tersebut didapatkan setelah peneliti menggabungkan data observasi Bumi beresolusi tinggi, data penggunaan lahan historis dan terkini, serta pembelajaran mesin.
"Studi kami mengungkapkan dampak manusia yang sangat luas pada siklus karbon global," jelas Ganzenmüller.
Baca juga: Studi: Pajak Karbon Kadang Bukan untuk Iklim, Cuma Demi Cuan
"Defisit 344 miliar metrik ton karbon ini ukurannya sebanding dengan emisi CO2 global dari batu bara, minyak, dan gas alam selama 50 tahun terakhir. Pendekatan kami memberikan gambaran yang jelas tentang di mana dan bagaimana vegetasi serta tanah telah mengalami degradasi, dan dapat digunakan sebagai indikator umum kondisi ekosistem," katanya lagi dikutip dari Phys, Senin (18/8/2025).
Julia Pongratz, Profesor Geografi Fisik dan Sistem Penggunaan Lahan di LMU, menambahkan studi ini memberikan wawasan penting untuk kebijakan iklim.
Sebagai contoh, temuan ini dapat digunakan untuk mengevaluasi langkah-langkah penghilangan karbon. Selain itu, temuan juga menekankan potensi besar dari pemulihan cadangan karbon di daratan untuk mencapai target iklim global.
Temuan-temuan ini, yang dimuat dalam jurnal One Earth, penting bagi pembuat kebijakan dan ilmuwan.
Temuan tersebut menjadi dasar penting pula untuk memprioritaskan upaya pelestarian dan pemulihan penyerap karbon, serta membuka peluang untuk menyempurnakan model iklim yang ada dan perkiraannya.
Baca juga: Emisi Karbon Hitam di Negara Berkembang Lebih Tinggi dari Perkiraan
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya