Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Minyak Jelantah Membuka Peluang Ekonomi di Masa Depan

Kompas.com - 23/04/2025, 08:00 WIB
Eriana Widya Astuti,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

Ekosistem Terintegrasi

Sementara itu Oki Muraza dari PT Pertamina (Persero) mengatakan Indonesia membutuhkan ekosistem yang terintegrasi, mulai dari pengadaan bahan bakunya, kemudian kemampuan untuk memproduksi di kilang terbaru.

Pembentukan ekosistem tersebut perlu ditunjang dengan membangun New Energy Integrated Terminal (NIT) Sustainable Aviation Fuel (SAF) di Indonesia, dengan demikian Indonesia tidak hanya memiliki Energi terbarukan untuk digunakan dalam negeri, tetapi juga juga bisa memiliki kemampuan ekspor.

“Sebagai langkah awal, kita sedang merencanakan untuk menyuplai ke bandara Denpasar dan Cengkareng, harapannya nanti kita bersama dengan Pelita Airllines, Garuda, dan maskapai lainnya untuk dapat membuat ekosistem SAF di tanah air berjalan dengan baik.” jelas Oki.

Namun, bukan hanya perlu adanya ekosistem yang terintegrasi, Sigit Setiawan dari PT Pertamina Patra Niaga mengatakan tentang pentingnya memiliki sertifikasi yang jelas pada setiap jenis dan tahapan.

Baca juga: IATA Bentuk Organisasi Pengawas Avtur Berkelanjutan

Mulai dari sisi hulu yaitu pengumpulan minyak jelantah baik perusahaan atau badan usaha, tahap pengolahan di kilang, hingga tahap distribusi, penyimpanan, dan penjualan.

“Pertamina Patra Niaga juga perlu dilengkapi dengan sertifikasi International Sustainability and Carbon Certification (ISCC). Hal ini sebagai bentuk tanggung jawab atas emisi yang dihasilkan dari proses tersebut” ujar Sigit.

Selain itu, Matias Tumanggor dari Asosiasi Pengumpul Minyak Jelantah (APJETI) mengharapkan adanya kejelasan kontrak regulasi harga dari pemerintah agar ada ketetapan harga bagi para pengumpul minyak jelantah secara langsung kepada pihak produsen.

Di sisi lain, Setiady Goenawan dari Asosiasi Eksportir Minyak Jelantah Indonesia (AEMJI) memastikan ketertelusuran yang disimpan dapat sinkron dan diakui oleh Environtmental Protection Agency (EPA) Uni Eropa.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau