Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bilang "Tolong" dan "Terima Kasih" di ChatGPT Malah Berkontribusi terhadap Perubahan Iklim

Kompas.com - 23/04/2025, 17:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

KOMPAS.com - Bilang atau menulis "tolong" dan "terima kasih" di platform kecerdasan buatan atau AI ChatGPT terdengar sopan.

Akan tetapi, hanya dengan menambah dua kata tersebut di platform milik perusahaan OpenAI itu ternyata berkontribusi terhadap perubahan iklim.

Baru-baru ini, CEO OpenAI Sam Altman menuturkan, penggunaan kata "tolong" dan "terima kasih" membuat konsumsi energi dari ChatGPT semakin besar.

Baca juga: Jejak Karbon Bulanan ChatGPT Setara 260 Penerbangan

Mengapa demikian? Sebuah model AI termasuk ChatGPT membutuhkan listrik yang sangat tinggi dan boros energi untuk pemrosesan komputasinya.

Pemrosesan ini menggunakan kumpulan data besar dan hardware yang kuat termasuk graphics processing unit (GPU), tensor processing unit (TPU), hingga chip bertenaga lainnya.

Setiap permintaan atau perintah yang dikirim ke ChatGPT dipecah menjadi token-token kecil. Setiap kata yang kurang efektif dapat menambah ekstra token untuk dikomputasi.

Bobot ekstra itu berarti lebih banyak token per permintaan, lebih banyak komputasi yang dibutuhkan, dan lebih banyak energi yang dihabiskan untuk menghasilkan jawaban yang diminta.

Dan listrik yang dipakai untuk pemrosesan setiap kata di AI berasal dari pembangkit listrik, sebagaimana dilansir LaptopMag.

Baca juga: Bilang Tolong dan Terima Kasih ke ChatGPT Bikin OpenAI Rugi Jutaan Dollar, Kok Bisa?

Apabila pembangkitnya membutuhkan bahan bakar fosil, proses pembangkitan listriknya tentu menghasilkan emisi gas rumah kaca (GRK).

Sebagaimana diketahui, pelepasan emisi GRK ke atmosfer merupakan faktor utama pemanasan global dan menyebabkan perubahan iklim.

Penelitian dari University of California dan The Washington Post menemukan, satu email berisi 100 kata saja mengonsumsi 0,14 kilowatt jam (kWh) listrik. Daya listrik itu cukup untuk menyalakan 14 lampu LED selama satu jam penuh. 

Di satu sisi, pusat data sebagai komponen utara AI seperti ChatGPT, mengonsumsi sekitar 2 persen listrik dunia. 

Jumlah itu akan bertambah seiring AI semakin tertanam di setiap sudut kehidupan. Dan penambahan kata-kata yang kurang efektif juga berarti kebutuhan listrik akan semakin tinggi, meski seberapa signifikan dampaknya masih belum diketahui.

Baca juga: Sekian Biaya yang Dihabiskan OpenAI saat Pengguna Bilang Tolong dan Terima Kasih ke ChatGPT

Puluhan juta dollar AS

Altman menjelaskan, penggunaan kata "tolong" dan "terima kasih" saat berbicara dengan ChatGPT membuat perusahaan juga mengeluarkan biaya puluhan juta dollar untuk peningkatan energi.

Hal ini dikarenakan meningkatnya beban komputasi dan energi untuk memproses permintaan yang lebih sopan dan kompleks. 

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Kemenag Dorong Mahasiswa Bergerak Nyata untuk Selamatkan Bumi
Kemenag Dorong Mahasiswa Bergerak Nyata untuk Selamatkan Bumi
Pemerintah
Dari Uang hingga Simulasi Keuangan, Ini Cerita Anak Disabilitas Belajar Mandiri lewat FIESTA
Dari Uang hingga Simulasi Keuangan, Ini Cerita Anak Disabilitas Belajar Mandiri lewat FIESTA
BrandzView
Krisis Kebakaran Hutan, Tutupan Pohon Global Hilang 370 Persen
Krisis Kebakaran Hutan, Tutupan Pohon Global Hilang 370 Persen
LSM/Figur
Jepang Masuk Persaingan Global Daur Ulang Baterai Litium
Jepang Masuk Persaingan Global Daur Ulang Baterai Litium
Pemerintah
Bisnis Masa Depan, Green Economy Ciptakan 'Green Job'
Bisnis Masa Depan, Green Economy Ciptakan "Green Job"
Swasta
500 Warga Lokal Tambang Emas Ilegal di Area Hutan Dekat Sirkuit Mandalika
500 Warga Lokal Tambang Emas Ilegal di Area Hutan Dekat Sirkuit Mandalika
Pemerintah
DIgitalisasi Bisa Bantu Petani Sawit Indonesia Hadapi Aturan Ketertelusuran
DIgitalisasi Bisa Bantu Petani Sawit Indonesia Hadapi Aturan Ketertelusuran
Swasta
Suhu Laut Alor Tiba-Tiba Turun Drastis hingga Ikan-ikan Pingsan, BRIN Ungkap Penyebabnya
Suhu Laut Alor Tiba-Tiba Turun Drastis hingga Ikan-ikan Pingsan, BRIN Ungkap Penyebabnya
Pemerintah
Investasi 14 Miliar Dollar AS Diperlukan untuk Pulihkan Hutan Kelp Global
Investasi 14 Miliar Dollar AS Diperlukan untuk Pulihkan Hutan Kelp Global
Swasta
Kemenhut: Sulit Berantas Tambang Ilegal di TNGHS yang Jadi Mata Pencaharian
Kemenhut: Sulit Berantas Tambang Ilegal di TNGHS yang Jadi Mata Pencaharian
Pemerintah
Kemenhut Temukan 411 Lubang Tambang Emas Ilegal di Gunung Halimun Salak
Kemenhut Temukan 411 Lubang Tambang Emas Ilegal di Gunung Halimun Salak
Pemerintah
Menteri LH: Tambang Picu Dampak Serius, Aktivitasnya Harus Dikawal Kembali
Menteri LH: Tambang Picu Dampak Serius, Aktivitasnya Harus Dikawal Kembali
Pemerintah
Di Balik Sunyi Rawa Gambut Ketapang: Perjuangan Warga Menantang Api Karhutla
Di Balik Sunyi Rawa Gambut Ketapang: Perjuangan Warga Menantang Api Karhutla
LSM/Figur
PBB: Emisi Dunia Hanya Turun 10 Persen, Gagal Capai Target 60 Persen
PBB: Emisi Dunia Hanya Turun 10 Persen, Gagal Capai Target 60 Persen
Pemerintah
22 Pabrik Cikande Rampung Didekontaminasi, Kini Bisa Beroperasi Kembali
22 Pabrik Cikande Rampung Didekontaminasi, Kini Bisa Beroperasi Kembali
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau