KOMPAS.com - Bilang atau menulis "tolong" dan "terima kasih" di platform kecerdasan buatan atau AI ChatGPT terdengar sopan.
Akan tetapi, hanya dengan menambah dua kata tersebut di platform milik perusahaan OpenAI itu ternyata berkontribusi terhadap perubahan iklim.
Baru-baru ini, CEO OpenAI Sam Altman menuturkan, penggunaan kata "tolong" dan "terima kasih" membuat konsumsi energi dari ChatGPT semakin besar.
Baca juga: Jejak Karbon Bulanan ChatGPT Setara 260 Penerbangan
Mengapa demikian? Sebuah model AI termasuk ChatGPT membutuhkan listrik yang sangat tinggi dan boros energi untuk pemrosesan komputasinya.
Pemrosesan ini menggunakan kumpulan data besar dan hardware yang kuat termasuk graphics processing unit (GPU), tensor processing unit (TPU), hingga chip bertenaga lainnya.
Setiap permintaan atau perintah yang dikirim ke ChatGPT dipecah menjadi token-token kecil. Setiap kata yang kurang efektif dapat menambah ekstra token untuk dikomputasi.
Bobot ekstra itu berarti lebih banyak token per permintaan, lebih banyak komputasi yang dibutuhkan, dan lebih banyak energi yang dihabiskan untuk menghasilkan jawaban yang diminta.
Dan listrik yang dipakai untuk pemrosesan setiap kata di AI berasal dari pembangkit listrik, sebagaimana dilansir LaptopMag.
Baca juga: Bilang Tolong dan Terima Kasih ke ChatGPT Bikin OpenAI Rugi Jutaan Dollar, Kok Bisa?
Apabila pembangkitnya membutuhkan bahan bakar fosil, proses pembangkitan listriknya tentu menghasilkan emisi gas rumah kaca (GRK).
Sebagaimana diketahui, pelepasan emisi GRK ke atmosfer merupakan faktor utama pemanasan global dan menyebabkan perubahan iklim.
Penelitian dari University of California dan The Washington Post menemukan, satu email berisi 100 kata saja mengonsumsi 0,14 kilowatt jam (kWh) listrik. Daya listrik itu cukup untuk menyalakan 14 lampu LED selama satu jam penuh.
Di satu sisi, pusat data sebagai komponen utara AI seperti ChatGPT, mengonsumsi sekitar 2 persen listrik dunia.
Jumlah itu akan bertambah seiring AI semakin tertanam di setiap sudut kehidupan. Dan penambahan kata-kata yang kurang efektif juga berarti kebutuhan listrik akan semakin tinggi, meski seberapa signifikan dampaknya masih belum diketahui.
Baca juga: Sekian Biaya yang Dihabiskan OpenAI saat Pengguna Bilang Tolong dan Terima Kasih ke ChatGPT
Altman menjelaskan, penggunaan kata "tolong" dan "terima kasih" saat berbicara dengan ChatGPT membuat perusahaan juga mengeluarkan biaya puluhan juta dollar untuk peningkatan energi.
Hal ini dikarenakan meningkatnya beban komputasi dan energi untuk memproses permintaan yang lebih sopan dan kompleks.
Meski begitu, ia menganggap biaya itu sepadan dan menjadi pengeluaran yang layak., sebagaimana dilansir Fox.
"Puluhan juta dollar terpakai dengan baik. Anda tidak akan pernah tau," kata Altman lewat akun X-nya. Namun dia tak merinci berapa besar biaya yang sesungguhnya.
Baca juga: Jangan Bilang Tolong dan Terima Kasih ke ChatGPT
Menurut survei yang dirilis Future pada Februari 2025, 67 persen orang Amerika Serikat (AS) bersikap sopan saat menggunakan AI.
Mayoritas responden atau 82 persen mengatakan, mereka bersikap sopan kepada AI karena itu menyenangkan.
Sedangkan 18 persennya memiliki alasan yang unik. Mereka mengucapkan "tolong" dan "terima kasih" kepada AI karena melindungi diri mereka sendiri jika terjadi pemberontakan AI.
Direktur desain Microsoft, Kurtis Beavers mengatakan, bersikap sopan kepada AI memiliki tujuan fungsional, sebagaimana dilansir Entrepeneur.
Beavers menyampaikan, menggunakan bahasa yang sopan akan menentukan respons dari AI.
Dengan kata lain, saat Anda bersikap sopan ke AI, maka AI cenderung akan merespons dengan cara yang sama.
Baca juga: OpenAI Siapkan Media Sosial Mirip X, Berbasis ChatGPT
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya