Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Produksi Avtur Berkelanjutan Meningkat tapi Tak Penuhi Proyeksi 2024

Kompas.com - 13/12/2024, 19:19 WIB
Monika Novena,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

Sumber knowesg

KOMPAS.com - Bahan bakar penerbangan berkelanjutan (SAF) memainkan peran penting dalam mengurangi emisi industri penerbangan dan mencapai emisi nol bersih pada 2050.

Analisis baru dari International Air Transport Association (IATA) mencatat ada kemajuan dalam peningkatan penggunaan SAF pada 2024. Buktinya produksi SAF meningkat dua kali lipat dibandingkan tahun sebelumnya.

Akan tetapi analisis tersebut juga menemukan meski ada kenaikan, tetapi tidak memenuhi proyeksi sebelumnya.

Baca juga:

Mengutip Know ESG, Jumat (13/12/2024) IATA menyebut produksi SAF pada 2024 mencapai 1 juta ton atau dua kali lipat jumlah yang diproduksi pada 2023.

Namun, dalam kenyataannya produksi SAF di tahun ini lebih rendah dari prediksi sebelumnya, yang memperkirakan bisa mencapai 1,5 juta ton.

Pertumbuhan yang lebih lambat ini disebabkan oleh keterlambatan dalam meningkatkan fasilitas produksi SAF utama di AS.

Jika produksi ditingkatkan secara signifikan pada 2025, produksi diperkirakan bisa mencapai 2,1 juta ton atau 0,7 persen dari produksi bahan bakar jet global.

Selain itu juga, pergerakan SAF disebut lambat karena banyak pemerintah yang mengirimkan sinyal beragam kepada perusahaan minyak, yang terus menerima dukungan finansial untuk eksplorasi dan produksi bahan bakar fosil.

Investor baru pun ragu untuk menginvestasikan sejumlah uang ke SAF tanpa jaminan keuntungan.

Sementara itu, maskapai penerbangan yang berkomitmen pada SAF memiliki margin laba yang sangat tipis, yang berarti SAF merupakan investasi jangka panjang, dan investor perlu bersabar.

"Dengan hanya memperoleh margin bersih 3,6 persen, ekspektasi profitabilitas bagi investor SAF harus lambat dan stabil, tidak cepat dan menggebu-gebu. Namun, jangan salah bahwa maskapai penerbangan sangat ingin membeli SAF dan ada uang yang dapat dihasilkan oleh investor dan perusahaan yang melihat masa depan dekarbonisasi jangka panjang," ungkap Willie Walsh, Direktur Jenderal IATA.

Untuk meningkatkan produksi SAF, pemerintah harus beralih dari subsidi bahan bakar fosil dan memberikan insentif yang mendukung produksi bahan bakar terbarukan seperti SAF.

"Pemerintah dapat mempercepat kemajuan dengan mengurangi subsidi produksi bahan bakar fosil dan menggantinya dengan insentif produksi strategis dan kebijakan yang jelas yang mendukung masa depan yang dibangun di atas energi terbarukan, termasuk SAF," tambah Walsh.

IATA menggarisbawahi untuk mencapai emisi CO2 nol bersih pada tahun 2050, sekitar 3.000 hingga 6.500 pabrik bahan bakar terbarukan akan dibutuhkan.

Baca juga:

Pabrik-pabrik ini tidak hanya akan memproduksi SAF tetapi juga menyediakan jenis bahan bakar terbarukan lainnya untuk beberapa industri. Hal ini dapat dicapai dengan perkiraan investasi tahunan sebesar 128 miliar dollar AS.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya

AS Pertimbangkan Tambang Laut Dalam untuk Cari Nikel dan Lawan China

AS Pertimbangkan Tambang Laut Dalam untuk Cari Nikel dan Lawan China

Pemerintah
LPEM UI: Penyitaan dan Penyegelan akan Rusak Tata Kelola Sawit RI

LPEM UI: Penyitaan dan Penyegelan akan Rusak Tata Kelola Sawit RI

Pemerintah
Jaga Iklim Investasi, LPEM FEB UI Tekankan Pentingnya Penataan Sawit yang Baik

Jaga Iklim Investasi, LPEM FEB UI Tekankan Pentingnya Penataan Sawit yang Baik

Pemerintah
Reklamasi: Permintaan Maaf yang Nyata kepada Alam

Reklamasi: Permintaan Maaf yang Nyata kepada Alam

LSM/Figur
Dampak Ekonomi Perubahan Iklim, Dunia Bisa Kehilangan 40 Persen GDP

Dampak Ekonomi Perubahan Iklim, Dunia Bisa Kehilangan 40 Persen GDP

LSM/Figur
Studi: Mikroplastik Ancam Ketahanan Pangan Global

Studi: Mikroplastik Ancam Ketahanan Pangan Global

LSM/Figur
Kebijakan Tak Berwawasan Lingkungan Trump Bisa Bikin AS Kembali ke Era Hujan Asam

Kebijakan Tak Berwawasan Lingkungan Trump Bisa Bikin AS Kembali ke Era Hujan Asam

Pemerintah
Nelayan di Nusa Tenggara Pakai “Cold Storage” Bertenaga Surya

Nelayan di Nusa Tenggara Pakai “Cold Storage” Bertenaga Surya

LSM/Figur
Pakar Pertanian UGM Sebut Pemanasan Global Ancam Ketahanan Pangan Indonesia

Pakar Pertanian UGM Sebut Pemanasan Global Ancam Ketahanan Pangan Indonesia

LSM/Figur
3 Akibat dari Perayaan Lebaran yang Tidak Ramah Lingkungan

3 Akibat dari Perayaan Lebaran yang Tidak Ramah Lingkungan

LSM/Figur
1.620 Km Garis Pantai Greenland Tersingkap karena Perubahan Iklim, Lebih Panjang dari Jalur Pantura

1.620 Km Garis Pantai Greenland Tersingkap karena Perubahan Iklim, Lebih Panjang dari Jalur Pantura

LSM/Figur
Semakin Ditunda, Ongkos Atasi Krisis Iklim Semakin Besar

Semakin Ditunda, Ongkos Atasi Krisis Iklim Semakin Besar

LSM/Figur
Harus 'Segmented', Kunci Bisnis Sewa Pakaian untuk Dukung Lingkungan

Harus "Segmented", Kunci Bisnis Sewa Pakaian untuk Dukung Lingkungan

Swasta
ING Jadi Bank Global Pertama dengan Target Iklim yang Divalidasi SBTi

ING Jadi Bank Global Pertama dengan Target Iklim yang Divalidasi SBTi

Swasta
Dekarbonisasi Baja dan Logam, Uni Eropa Luncurkan Rencana Aksi

Dekarbonisasi Baja dan Logam, Uni Eropa Luncurkan Rencana Aksi

Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau