Sekitar 50 kilometer perjalanan darat dari Loko Kalada, terbentang 60 kWp PLTS di Desa Mata Redi, Kabupaten Sumba Tengah, NTT.
Berbeda nasib dengan panel surya di Loko Kalada, PLTS di Desa Mata Redi tersebut masih berfungsi dengan baik dan dinikmati oleh 234 rumah di sana, bahkan saat siang hari.
PLTS di Desa Mata Redi tersebut telah beroperasi setahun lebih awal daripada Loko Kalada yakni pada 2022. Selain PLTS berkapasitas 60 kWp, ada 35 kWp panel surya yang terpasang di tempat lain di desa tersebut.
Di desa ini, warga yang menerima listrik PLTS diberi kewajiban iuran sebesar Rp 50.000 per bulan dan disetorkan kepada BUMDes Hali Dewa milik Desa Mata Redi.
BUMDes inilah yang mengurusi segala macam urusan dari PLTS hibah dari program bernama Menuju Transisi Energi Rendah Karbon Indonesia (Mentari) tersebut, yang merupakan kerja sama antara pemerintah Inggris dan Indonesia.
Kepala Desa Mata Rendi Adrianus Umbu Ratua mengatakan, besaran iuran tersebut disepakati warga dan tertuang melalui peraturan desa (perdes) yang dia keluarkan pada 2022. Selain mengatur iuran, perdes juga mengatur berbagai aturan yang mengikat bagi penikmat listrik PLTS.
Baca juga: Pecah Rekor, Kapasitas PLTB dan PLTS China Salip Pembangkit Listrik Termal
"Warga sangat membutuhkan penerangan. Dan kami akhirnya bekerja sama untuk akhirnya bergotong-royong pada waktu itu (setelah hibah PLTS direalisasikan).
Demonstration Strand Lead Mentari Dedy Haning mengatakan, peran serta masyarakat dan rasa kepemilikan dari mereka menjadi kunci PLTS tersebut bisa berjalan selama ini.
Bahkan, diperlukan metode khusus untuk memberikan edukasi yang disesuaikan dengan sosio-kultural warga di awal-awal program Mentari.
Dia menambahkan, program Mentari bukan sekadar memberikan PLTS lalu ditinggal. Melainkan ada keterlibatan masyarakat yang lebih luas agar pembangkit tersebut bisa terus digunakan dan meningkatkan taraf hidup masyarakat.
Di samping itu, masyarakat juga diberi pendampingan untuk mengelola dan merawat pembangkit yang telah diberikan.
Baca juga: PLN dan Perusahaan UEA Perluas Kerja Sama Pengembangan PLTS Terapung
"Apa pun programnya. Kalau enggak ada pendampingan dari masyarakat, sama saja," ujar Dedy.
Meski penuh perjalanan yang berliku, PLTS tersebut sudah berjalan selama lima tahun dan akan dilepaskan pendampingannya dalam waktu dekat, tepatnya pada Juli.
Dedy menjelaskan, program Mentari terbagi menjadi tiga pilar pendampingan yang berjalan selama lima tahun lamanya.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya