Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apakah Kredit Karbon Hutan Berfungsi dan Membantu Lingkungan?

Kompas.com - 19/05/2025, 19:00 WIB
Monika Novena,
Yunanto Wiji Utomo

Tim Redaksi

Sumber PHYSORG

KOMPAS.com - Industri penerbangan diketahui menghasilkan gas rumah kaca. Sebagian besar maskapai penerbangan pun tahu itu bukan hal baik sehingga mereka mencoba mengimbangi emisi karbon dari penerbangan.

Salah satu hal yang dilakukan adalah menawarkan penumpang kesempatan berinvestasi dalam pelestarian hutan untuk menyerap emisi lingkungan dari perjalanan mereka.

Namun pertanyaannya, apakah langkah itu benar-benar membantu planet atau hanya cara bagi perusahaan untuk terlihat lebih baik?

Sebuah studi baru yang dipimpin peneliti dari Universitas Boston di Massachusetts, Amerika Serikat, serta lembaga non profit Clean Air Task Force menemukan bahwa upaya yang dikenal sebagai skema kredit karbon hutan itu tidak banyak membantu lingkungan.

Hasil tersebut didapat setelah mereka memeriksa program-program yang mengatur standar yang biasanya disertifikasi oleh pemerintah atau regulator independen.

Baca juga: Apakah Melindungi Harimau di Hutan Bisa Atasi Perubahan Iklim?

"Banyak yang berminat pada kredit ini agar perusahaan dapat memenuhi tujuan keberlanjutan mereka, tetapi beberapa kredit yang telah dijual terbukti meragukan," kata Lucy Hutyra, profesor di Universitas Boston, dikutip dari Phys, Senin (19/5/2025).

Misalnya, The Guardian pernah melaporkan lebih dari 90 persen kompensasi karbon hutan hujan oleh lembaga sertifikasi tidak ada nilainya. Padahal jika dilakukan dengan benar kompensasi tersebut memiliki potensi sangat besar.

Nah, dalam penelitian mereka, Hutyra dan rekan-rekannya meneliti pasar kredit hutan sukarela di Amerika Utara, dengan fokus pada standar atau protokol yang mengatur cara menjalankan dan menyertifikasi pasar tersebut.

Contohnya, sebagian besar skema mengharuskan karbon disimpan selama periode tertentu dan memiliki protokol risiko untuk mengurangi potensi ancaman terhadap hal tersebut.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa protokol yang digunakan untuk menghasilkan kredit merupakan mata rantai lemah dalam sistem pasar karbon hutan.

"Tanpa perbaikan yang signifikan, integritas pasar karbon hutan akan tetap terancam," ungkap Hutyra.

Untuk itu, perlu kredit karbon berkualitas yang lebih baik.

Menurut Hutyra pengelolaan risiko merupakan salah satu hal terbesar yang perlu ditingkatkan.

Baca juga: Satelit Biomassa Diluncurkan untuk Hitung Karbon Hutan

Ini dilakukan untuk berjaga-jaga jika hutan rusak karena bencana seperti kebakaran sehingga skema kredit karbon hutan perlu menyisihkan zona penyangga yang digunakan sebagai cadangan lahan jika lahan pelestarian utama rusak.

"Dalam sistem saat ini, risiko kumpulan penyangga sangat konservatif, estimasi risikonya sangat rendah," kata Hutyra.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Harapan Orangutan di Tengah Ancaman Kepunahan: Sains, Politik, Publik
Harapan Orangutan di Tengah Ancaman Kepunahan: Sains, Politik, Publik
LSM/Figur
Pulau untuk Dijaga, Bukan Dijual: Jalan Menuju Wisata Berkelanjutan
Pulau untuk Dijaga, Bukan Dijual: Jalan Menuju Wisata Berkelanjutan
Pemerintah
GAPKI Gandeng IPOSS untuk Perkuat Sawit Indonesia di Tingkat Dunia
GAPKI Gandeng IPOSS untuk Perkuat Sawit Indonesia di Tingkat Dunia
Swasta
Bioteknologi Jagung, Peluang Indonesia Jawab Masalah Ketahan Pangan
Bioteknologi Jagung, Peluang Indonesia Jawab Masalah Ketahan Pangan
Swasta
Peluang 'Green Jobs' di Indonesia Besar, tapi Produktivitas SDM Masih Rendah
Peluang "Green Jobs" di Indonesia Besar, tapi Produktivitas SDM Masih Rendah
LSM/Figur
IEA Prediksi Penurunan Permintaan Minyak Global Mulai 2030
IEA Prediksi Penurunan Permintaan Minyak Global Mulai 2030
Pemerintah
PGN Perluas Akses Internet di Lingkungan Kampus Unsri
PGN Perluas Akses Internet di Lingkungan Kampus Unsri
BUMN
Peta Baru Ungkap 195 Juta Hektar Lahan Potensial untuk Perbaikan Hutan
Peta Baru Ungkap 195 Juta Hektar Lahan Potensial untuk Perbaikan Hutan
LSM/Figur
Mata dari Langit: Bagaimana Penginderaan Jauh Bantu Selamatkan Bumi?
Mata dari Langit: Bagaimana Penginderaan Jauh Bantu Selamatkan Bumi?
LSM/Figur
16 Sistem Penambatan Bakal Dipasang untuk Jaga Terumbu Karang Raja Ampat
16 Sistem Penambatan Bakal Dipasang untuk Jaga Terumbu Karang Raja Ampat
Pemerintah
Picu Kerusakan Lingkungan, 2 Perusahaan Tambang Didenda Rp 47 Miliar
Picu Kerusakan Lingkungan, 2 Perusahaan Tambang Didenda Rp 47 Miliar
Pemerintah
Peringati HUT Ke-47, Pasar Modal Indonesia Serahkan Bantuan Ambulans untuk Masyarakat Papua
Peringati HUT Ke-47, Pasar Modal Indonesia Serahkan Bantuan Ambulans untuk Masyarakat Papua
Swasta
Satu Prompt ChatGPT Konsumsi Setengah Liter Air Bersih
Satu Prompt ChatGPT Konsumsi Setengah Liter Air Bersih
Swasta
KKP Ungkap Pendapatan Sektor Perikanan Indonesia Capai Rp116 Triliun
KKP Ungkap Pendapatan Sektor Perikanan Indonesia Capai Rp116 Triliun
Pemerintah
Menelusuri Jejak Kayu Ilegal lewat Forensik DNA, Harapan Baru dalam Penegakan Hukum Kehutanan
Menelusuri Jejak Kayu Ilegal lewat Forensik DNA, Harapan Baru dalam Penegakan Hukum Kehutanan
LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau