Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bahlil Minta Kontraktor Migas Ikut Garap Fasilitas Penangkap Karbon

Kompas.com - 23/05/2025, 10:39 WIB
Zintan Prihatini,
Yunanto Wiji Utomo

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia, meminta kontraktor kontrak kerja sama minyak dan gas (migas) ikut bergabung dalam proyek penyimpanan karbon atau Carbon, Capture, and Storage (CCS).

Dirinya menyatakan, potensi penyimpanan karbon di Indonesia mencapai 572,77 gigaton untuk saline aquifer (akuifer yang airnya asin) dan 4,85 gigaton di depleted reservoir (akuifer yang airnya habis). Apabila telah terbangun, hal itu menempatkan Indonesia menjadi negara dengan CCS terbesar di Asia Pasifik.

"Saat ini dunia selalu berpikir tentang membangun industrialisasi dengan pendekatan green energy dan green industry. Salah satu di antaranya untuk mewujudkannya adalah bagaimana menangkap carbon capture-nya, CO2-nya," ujar Bahlil dalam keterangannya, Jumat (23/5/2025).

Baca juga: Investasi CCS yang Masuk Indonesia Capai Rp 640,79 triliun

Dia menyebut, regulasi terkait CCS tercantum dalam Peraturan Pemerintah dan Peraturan Menteri ESDM. Bahlil memastikan bahwa pemerintah memberikan kemudahan bagi investor, untuk menciptakan iklim investasi yang lebih menarik bagi pengembangan industri.

"Aturannya sudah kami buat dan saya tawarkan kepada bapak Ibu semua. Silakan masuk. Lebih cepat, lebih baik. Kami kasih sedikit relaksasi sweetener. Tapi kalau sudah booming baru masuk, sweetener-nya tidak akan sebaik sekarang," ucap Bahlil.

Pemerintah telah menerbitkan 30 izin pemanfaatan data kepada 12 kontraktor untuk mendukung pelaksanaan studi CCS serta Carbon Capture, Utilization and Storage (CCUS) di berbagai wilayah Indonesia periode 2021-2024.

Studi itu mencakup 19 lokasi antara lain Lapangan Arun, Corridor, Sakakemang, Betung, Ramba, Asri Basin, ONWJ, Jatibarang, Gundih, Sukowati, Abadi, CSB, Gemah, South Natuna Sea Block B, East Kalimantan, Refinery Unit V Balikpapan, Blue Ammonia, Donggi Matindok, hingga Lapangan Tangguh di Bintuni, Papua.

Baca juga: PLTU Paiton Didorong Terapkan Co-firing Biomassa hingga CCS

Untuk diketahui, CCS adalah teknologi yang digunakan untuk menangkap karbondioksida (CO2) dari sumber-sumber emisi. Kemudian diangkut dan disimpan pada tempat penyimpanan jangka panjang, seperti di bawah tanah.

Sementara CCUS merupakan pengembangan dari CCS, yang tidak hanya menyimpan CO2, tetapi juga memanfaatkannya sebagai sumber baru.

Sejauh ini, dua perusahaan multinasional tengah bersiap membangun fasilitas CCS di Indonesia. Staf Khusus Dewan Energi Nasional bidang Energi dan Ekonomi Keberlanjutan, Jodi Mahardi, mengatakan perusahaan itu antara lain British Petroleum (BP) melalui proyek Tangguh dan ExxonMobil bersama PT Pertamina.

"Harapannya sudah ada dua yang sudah bisa memulai ada implementasi (CCS). Satu di BP Tangguh kemudian Exxon dengan Pertamina di Sunda Asri," ungkap Jodi, Kamis (6/3/2025).

Baca juga: Dua Perusahaan Multinasional Bersiap Bangun Fasilitas CCS di Indonesia

Jodi menjelaskan, investasi sudah masuk dan proyek CCS memiliki kerangka waktu yang jelas. Menurut dia, BP juga mulai membangun CCUS.

"Di Tangguh sudah mulai aktivitasnya, yang Sunda Asri pun sekarang harapannya bisa ada di tahun ini ada crystal drilling yang bisa dimulai," tutur Jodi.

Pada tahap awal, ExxonMobil mengucurkan investasi hingga 10 miliar dolar AS atau sekitar Rp162 triliun untuk mengembangkan proyek CCS dan pabrik petrokimia. Ini ditandai dengan penandatanganan nota kesepahaman oleh Kemenko Perekonomian dan ExxonMobil, Rabu (22/1/2025).

Sementara, BP memutuskan investasi atas proyek Tangguh Ubadari, CCUS, dan Compression (UCC) senilai 7 miliar dolar AS.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Gunung Ditutup karena Sampah: Cermin Buram Wisata Alam Kita
Gunung Ditutup karena Sampah: Cermin Buram Wisata Alam Kita
Pemerintah
Menebus Keadilan Arjuno Welirang
Menebus Keadilan Arjuno Welirang
Pemerintah
Fortifikasi Pangan, Strategi Efektif Wujudkan SDM Unggul dan Ketahanan Gizi Nasional
Fortifikasi Pangan, Strategi Efektif Wujudkan SDM Unggul dan Ketahanan Gizi Nasional
BrandzView
FAO Masukkan Salak Bali Dalam Daftar Warisan Pertanian Baru
FAO Masukkan Salak Bali Dalam Daftar Warisan Pertanian Baru
Pemerintah
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem Sepekan ke Depan, Ini Wilayah yang Harus Waspada
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem Sepekan ke Depan, Ini Wilayah yang Harus Waspada
Pemerintah
PSN Tebu untuk Etanol di Merauke Dinilai Tak Jawab Transisi Energi Bersih
PSN Tebu untuk Etanol di Merauke Dinilai Tak Jawab Transisi Energi Bersih
LSM/Figur
GBC Indonesia Dorong Prinsip Bangunan Hijau Jadi Solusi Iklim Lewat 'Greenship Award 2025'
GBC Indonesia Dorong Prinsip Bangunan Hijau Jadi Solusi Iklim Lewat "Greenship Award 2025"
Swasta
Agroforestri Intensif Berpotensi Masuk Pasar Karbon, tapi Terkendala Dana
Agroforestri Intensif Berpotensi Masuk Pasar Karbon, tapi Terkendala Dana
LSM/Figur
IAEA: Dekarbonisasi dengan Manfaatkan Nuklir Tak Boleh Abaikan Keamanan dan Keselamatan
IAEA: Dekarbonisasi dengan Manfaatkan Nuklir Tak Boleh Abaikan Keamanan dan Keselamatan
Pemerintah
Kemenag Dorong Mahasiswa Bergerak Nyata untuk Selamatkan Bumi
Kemenag Dorong Mahasiswa Bergerak Nyata untuk Selamatkan Bumi
Pemerintah
Dari Uang hingga Simulasi Keuangan, Ini Cerita Anak Disabilitas Belajar Mandiri lewat FIESTA
Dari Uang hingga Simulasi Keuangan, Ini Cerita Anak Disabilitas Belajar Mandiri lewat FIESTA
BrandzView
Krisis Kebakaran Hutan, Tutupan Pohon Global Hilang 370 Persen
Krisis Kebakaran Hutan, Tutupan Pohon Global Hilang 370 Persen
LSM/Figur
Jepang Masuk Persaingan Global Daur Ulang Baterai Litium
Jepang Masuk Persaingan Global Daur Ulang Baterai Litium
Pemerintah
Bisnis Masa Depan, Green Economy Ciptakan 'Green Job'
Bisnis Masa Depan, Green Economy Ciptakan "Green Job"
Swasta
500 Warga Lokal Tambang Emas Ilegal di Area Hutan Dekat Sirkuit Mandalika
500 Warga Lokal Tambang Emas Ilegal di Area Hutan Dekat Sirkuit Mandalika
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau