Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Miskin, Minim Konsumsi Protein, dan Tercekik Iklim: Anak Pesisir Terancam Stunting

Kompas.com - 04/06/2025, 20:03 WIB
Eriana Widya Astuti,
Yunanto Wiji Utomo

Tim Redaksi

Berkat program dan regulasi tersebut, Demak mencatat penurunan angka stunting yang signifikan, dari 35,76 persen pada 2019 menjadi 9,5 persen pada 2023.

Sementara itu, Semarang juga memiliki regulasi berupa PERWALI Nomor 27 Tahun 2022 dengan target penurunan stunting hingga 4 persen pada 2026. Target ini kemudian dipercepat melalui PERWALI Nomor 42 Tahun 2023 dengan target yang sama namun dicapai pada 2024.

Untuk mendukung terwujudnya pencapain itu, Semarang mengembangkan pelayanan pendampingan tumbuh kembang anak lewat aplikasi Sayang Anak IoT Antropometri atau Lional Messi. Masyarakat juga aktif menggandeng sektor usaha dan komunitas dalam penanganan stunting.

“Pendekatan ini berhasil menurunkan angka stunting yang tadinya 26,1 persen secara konsisten sampai tahun 2022,” jelas Aditya.

Namun, Aditya mengingatkan bahwa tantangan ke depan masih besar. Selain pengasuhan yang kurang memperhatikan asupan gizi atau anak-anak yang diasuh oleh kakek-nenek, dampak perubahan iklim terhadap masyarakat pesisir tetap menjadi faktor utama yang menambah kerentanan.

Karena itu, ia mendorong agar strategi adaptasi perubahan iklim dilakukan secara menyatu dengan kebijakan penurunan stunting dan kesehatan masyarakat.

“Penguatan program berbasis komunikasi antar sektor, pembangunan infrastruktur adaptif terhadap perubahan iklim, integrasi teknologi untuk pemantauan, dan pemberdayaan perempuan menjadi hal yang penting dilakukan,” pungkas Aditya.

Baca juga: Nasib Korban Iklim di Demak: Tersandung Hukum Lahan dan Minim Pelatihan

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Konservasi Harimau Sumatera Perlu Arah Jelas, SRAK Urgent Diterbitkan
Konservasi Harimau Sumatera Perlu Arah Jelas, SRAK Urgent Diterbitkan
LSM/Figur
Bencana Alam Terus Memberikan Tekanan pada Pasar Asuransi Global
Bencana Alam Terus Memberikan Tekanan pada Pasar Asuransi Global
Pemerintah
Pangkas Emisi, BLDF Tanam 23 Ribu Trembesi di Tol Trans Sumatera
Pangkas Emisi, BLDF Tanam 23 Ribu Trembesi di Tol Trans Sumatera
Swasta
PBB Ungkap 4 Masalah yang Bikin Dunia Makin Kacau jika Tak Diatasi
PBB Ungkap 4 Masalah yang Bikin Dunia Makin Kacau jika Tak Diatasi
Pemerintah
Riset: Serat Plastik Dongkrak Emisi Industri Fashion 7,5 Persen
Riset: Serat Plastik Dongkrak Emisi Industri Fashion 7,5 Persen
LSM/Figur
90.000 Tumpahan Minyak di Laut, Cuma 474 yang Dilaporkan, Tanggung Jawab Siapa?
90.000 Tumpahan Minyak di Laut, Cuma 474 yang Dilaporkan, Tanggung Jawab Siapa?
Pemerintah
Bank Dunia Danai Rehabilitasi Ekosistem Mangrove Indonesia
Bank Dunia Danai Rehabilitasi Ekosistem Mangrove Indonesia
Pemerintah
Program Agrosolution Pupuk Kaltim, Kisah Hadi Membangun Ketahanan Pangan Pertanian Organik
Program Agrosolution Pupuk Kaltim, Kisah Hadi Membangun Ketahanan Pangan Pertanian Organik
BUMN
Pemerintah Targetkan Rehabilitasi 41.000 Hektare Mangrove di 4 Provinsi
Pemerintah Targetkan Rehabilitasi 41.000 Hektare Mangrove di 4 Provinsi
Pemerintah
Mangrove Festival 2025 Banyuwangi, Ajak Masyarakat Rehabilitasi Ekosistem Pesisir
Mangrove Festival 2025 Banyuwangi, Ajak Masyarakat Rehabilitasi Ekosistem Pesisir
Pemerintah
Dua Perusahaan Disegel karena Picu Karhutla Seluas 430 Hektare
Dua Perusahaan Disegel karena Picu Karhutla Seluas 430 Hektare
Pemerintah
Mikroba Jadi Solusi Alami untuk Laut Tercemar Tumpahan Minyak
Mikroba Jadi Solusi Alami untuk Laut Tercemar Tumpahan Minyak
Pemerintah
Dilema AC, Menyejukkan Rumah, Memanaskan Bumi
Dilema AC, Menyejukkan Rumah, Memanaskan Bumi
LSM/Figur
WWF: Koridor Harimau Terputus, Dampak Genetik dan Ekologinya Serius
WWF: Koridor Harimau Terputus, Dampak Genetik dan Ekologinya Serius
LSM/Figur
Ahli Konservasi Ungkap Chaos yang Mungkin Terjadi jika Harimau Hilang dari Bumi
Ahli Konservasi Ungkap Chaos yang Mungkin Terjadi jika Harimau Hilang dari Bumi
LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau