Lebih lanjut, negara-negara bagian AS sendiri sedang berlomba untuk menjadi "magnet" bagi industri teknologi dengan membuat lingkungan yang lebih ramah bagi pasokan energi, terutama energi bersih, melalui insentif finansial dan penyederhanaan regulasi.
Tahun lalu, 25 negara bagian meloloskan undang-undang untuk mendukung energi nuklir canggih, dan para pembuat undang-undang tahun ini telah memperkenalkan lebih dari 200 RUU yang mendukung energi nuklir, menurut asosiasi perdagangan Nuclear Energy Institute.
Namun, kecil kemungkinan AS dapat melipatgandakan produksi nuklirnya dalam 25 tahun ke depan, seperti yang diinginkan Gedung Putih.
Pasalnya, Amerika Serikat tidak memiliki reaktor generasi berikutnya yang beroperasi secara komersial dan hanya dua reaktor besar baru yang dibangun dari awal dalam hampir 50 tahun.
Kedua reaktor tersebut, di pabrik nuklir di Georgia, selesai dibangun beberapa tahun kemudian dan menghabiskan anggaran setidaknya 17 miliar dollar AS.
Baca juga: Sudah Generasi 4, Nuklir Dinilai Bisa Jadi Alternatif Transisi Energi Bersih
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya