KOMPAS.com - Perusahaan Honeywell, Samsung E&A, Johnson Matthey, dan Gidara Energy telah membentuk sebuah aliansi strategis yang bertujuan untuk memproduksi bahan bakar penerbangan berkelanjutan (SAF) dari biomassa dan limbah padat kota.
Mereka akan mengintegrasikan teknologi mereka di seluruh rantai produksi, dari sampah mentah hingga bahan bakar jadi, dengan menggunakan metode kimia yang dikenal sebagai sintesis Fischer-Tropsch.
Dalam kemitraan ini, industri tersebut akan menyatukan berbagai bidang keahlian yang berbeda dari masing-masing perusahaan.
Dalam hal ini, Gidara Energy akan menyediakan teknologi gasifikasi.
Teknologi tersebut berfungsi untuk mengubah limbah menjadi gas sintetik yang merupakan bahan baku utama untuk memproduksi bahan bakar melalui jalur Fischer-Tropsch yang telah disebutkan sebelumnya.
Johnson Matthey akan menyumbangkan keahlian di bidang katalis dan teknologi FT yang dibutuhkan untuk mengubah gas sintetik menjadi hidrokarbon cair.
Baca juga: Studi: Hanya 10 dari 77 Maskapai yang Mendorong Penerapan SAF
Sementara peran Honeywell meliputi penyediaan infrastruktur proses dan otomatisasi digital untuk mengintegrasikan berbagai tahap, dan Samsung E&A akan memimpin rekayasa, pengadaan, konstruksi, dan pelaksanaan proyek secara keseluruhan.
Melansir Edie, Jumat (6/6/2025), alih-alih hanya berkolaborasi secara longgar, mereka membentuk sebuah unit kerja yang lebih terstruktur dan bertanggung jawab untuk memastikan seluruh proses produksi SAF berjalan mulus dan efisien.
Tujuannya adalah untuk mengurangi waktu dan biaya pengembangan yang biasanya terkait dengan proyek SAF, yang sering kali melibatkan pemasok dan teknologi yang berbeda.
Kelompok tersebut mengklaim pendekatannya dapat memangkas waktu antara studi kelayakan dan permulaan fasilitas hingga lebih dari 15 persen dan mengurangi pengeluaran modal hingga 10 persen.
Aliansi ini tidak hanya menciptakan teknologi SAF yang inovatif, tetapi juga memiliki strategi bisnis yang jelas untuk menjualnya. Mereka akan menawarkan paket lengkap kepada pemerintah dan produsen bahan bakar jet di seluruh dunia yang ingin beralih ke bahan bakar yang lebih hijau, dengan janji efisiensi yang lebih tinggi dalam pembangunan dan operasional.
"Kami percaya bahwa memberikan solusi SAF menyeluruh memerlukan lebih dari sekadar inovasi tetapi juga membutuhkan aliansi yang kuat dengan penyedia teknologi kelas dunia," ungkap kepala eksekutif Samsung E&A, Hong Namkoong.
"Dengan mengintegrasikan teknologi canggih ini dan memanfaatkan rekayasa telah terbukti, kami membangun rantai nilai SAF yang tangguh dan dapat diskalakan yang akan mendorong masa depan penerbangan berkelanjutan,” tambahnya.
Baca juga: IATA Bentuk Organisasi Pengawas Avtur Berkelanjutan
Lebih lanjut, di pasar seperti Inggris dan Uni Eropa, bandara diwajibkan untuk meningkatkan proporsi SAF dalam pasokan bahan bakar jet mereka.
Tujuan dari kewajiban ini adalah untuk mengurangi emisi penerbangan sejalan dengan tujuan iklim yang mengikat secara hukum.
Meski SAF didukung secara luas oleh industri penerbangan, terutama untuk penerbangan jarak jauh, pemanfaatan bahan bakar ini masih menjadi perdebatan.
Ada dua masalah utama yang mendasari perdebatan itu.
Pasar belum sepenuhnya siap menerima SAF dalam jumlah besar, dan ada keraguan yang berkembang apakah SAF, seperti yang diproduksi saat ini, benar-benar seefektif itu dalam memerangi perubahan iklim.
Kontroversi SAF bukan hanya tentang apakah bahan bakar tersebut berkelanjutan tetapi juga tentang seluruh rantai pasok dan dampak lingkungan yang lebih luas dari bahan baku dan proses produksinya.
Beberapa SAF dapat dibuat dari tanaman. Kekhawatiran muncul bila lahan pertanian yang seharusnya digunakan untuk menanam makanan dialihkan untuk menanam tanaman energi untuk bahan bakar.
Deforestasi melepaskan sejumlah besar karbon yang tersimpan di pohon dan tanah yang dapat menghancurkan keanekaragaman hayati.
Ini menciptakan tantangan signifikan bagi upaya dekarbonisasi penerbangan dan mendorong perlunya solusi yang lebih efisien dan benar-benar berkelanjutan.
Baca juga: BRIN: Angka Cetane Bahan Bakar dari Limbah Plastik Lebih Tinggi dari Pertamina Dex
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya