Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

FOLU Net Sink 2030 Tidak Mustahil dengan Pendanaan Berbasis Hasil

Kompas.com, 11 Juni 2025, 20:28 WIB
Yunanto Wiji Utomo

Editor

KOMPAS.com - Pakar klimatologi IPB University Prof. Rizaldi Boer menyoroti bahwa pendanaan berbasis kontribusi atau result based payment (RBP) yang dilakukan Indonesia saat ini dapat menjadi model global untuk pembangunan hijau berbasis hasil.

"Dengan adanya upaya untuk mengoptimalkan dana RBP ini saya berkeyakinan FOLU Net Sink 2030 bukan hal yang tidak bisa kita capai tapi justru bisa juga menjadi model global dalam rangka mendukung pembangunan hijau berbasis hasil," jelas Rizaldi dalam diskusi daring yang diselenggarakan Kementerian Kehutanan (Kemenhut) yang diikuti dari Jakarta, Rabu (11/6/2025) seperti dikutip Antara.

Dia menjelaskan bahwa kontribusi pendanaan yang dikelola oleh Badan Pengelolaan Dana Lingkungan Hidup (BPDLH) sudah mencapai 499,8 juta dolar AS (sekitar Rp8,114 triliun) dari beragam sumber termasuk pendanaan dari Norwegia.

Pendanaan itu didapat dari Green Climate Fund setelah berhasil menekan 20,25 juta ton karbon dioksida ekuivalen (CO2e) pada 2014-2016, BioCarbon Fund di Jambi untuk pengurangan 14 juta ton CO2e pada 2020-2025, FCPF Carbon Fund di Kalimantan Timur untuk pengurangan 22 juta ton CO2e pada 2019-2024, serta mekanisme Result Based Cotribution (RBC) dengan Norwegia untuk pengurangan 20,2 juta ton CO2e pada 2016-2019.

Baca juga: Lalu Lintas Laut Meningkat Seiring Hilangnya Es, Ancam Iklim Global

"Memang RBP ini memiliki peran strategis dalam mendukung FOLU Net Sink karena adanya RBP ini merupakan salah satu insentif finansial yang bisa dimanfaatkan semua pihak," kata Kepala Lembaga Riset Internasional Lingkungan dan Perubahan Iklim IPB University itu.

Pendanaan itu dibutuhkan terutama untuk mencapai mengurangi emisi gas rumah kaca dari sektor kehutanan dan penggunaan lahan lainnya (forestry and other land use/FOLU). Indonesia memiliki target untuk mencapai kondisi penyerapan lebih besar dibandingkan emisi gas rumah kaca (GRK) di sektor FOLU pada 2030, atau dikenal dengan FOLU Net Sink 2030.

Rizaldi menyebutkan bahwa pendanaan itu sendiri dibutuhkan untuk restorasi ekosistem yang sudah terdegradasi untuk mencapai peningkatan cadangan karbon.

Pendanaan itu juga dibutuhkan untuk penguatan tata kelola, pengukuran, pelaporan dan verifikasi, pemberdayaan masyarakat serta memastikan pembangunan ekonomi hijau.

"Peran dari RBP ini sangat penting atau bisa dilihat sebagai katalis kebijakan karena bisa memastikan bahwa setiap insentif yang diberikan harus jalan dengan aksi nyata pengurangan emisi," jelasnya.

Baca juga: Perubahan Iklim Perparah Sebaran Bakteri Resistan Antibiotik di Tanah

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
CIMB Niaga Salurkan 'Green Financing' Syariah ke IKPT untuk Dukung Transisi Energi
CIMB Niaga Salurkan "Green Financing" Syariah ke IKPT untuk Dukung Transisi Energi
Swasta
Permintaan Batu Bara Dunia Capai Puncak Tahun Ini, Tapi Melandai 2030
Permintaan Batu Bara Dunia Capai Puncak Tahun Ini, Tapi Melandai 2030
Pemerintah
Pulihkan Ekosistem Sungai, Jagat Satwa Nusantara Lepasliarkan Ikan Kancra di Bogor
Pulihkan Ekosistem Sungai, Jagat Satwa Nusantara Lepasliarkan Ikan Kancra di Bogor
LSM/Figur
Riau dan Kalimantan Tengah, Provinsi dengan Masalah Kebun Sawit Masuk Hutan Paling Rumit
Riau dan Kalimantan Tengah, Provinsi dengan Masalah Kebun Sawit Masuk Hutan Paling Rumit
LSM/Figur
366.955 Hektar Hutan Adat Ditetapkan hingga November 2025
366.955 Hektar Hutan Adat Ditetapkan hingga November 2025
Pemerintah
Suhu Arktik Pecahkan Rekor Terpanas Sepanjang Sejarah, Apa Dampaknya?
Suhu Arktik Pecahkan Rekor Terpanas Sepanjang Sejarah, Apa Dampaknya?
LSM/Figur
Pembelian Produk Ramah Lingkungan Meningkat, tapi Pesan Keberlanjutan Meredup
Pembelian Produk Ramah Lingkungan Meningkat, tapi Pesan Keberlanjutan Meredup
LSM/Figur
Menjaga Napas Terakhir Orangutan Tapanuli dari Ancaman Banjir dan Hilangnya Rimba
Menjaga Napas Terakhir Orangutan Tapanuli dari Ancaman Banjir dan Hilangnya Rimba
LSM/Figur
FWI Soroti Celah Pelanggaran Skema Keterlanjuran Kebun Sawit di Kawasan Hutan
FWI Soroti Celah Pelanggaran Skema Keterlanjuran Kebun Sawit di Kawasan Hutan
LSM/Figur
Menhut Raja Juli Soroti Lemahnya Pengawasan Hutan di Daerah, Anggaran dan Personel Terbatas
Menhut Raja Juli Soroti Lemahnya Pengawasan Hutan di Daerah, Anggaran dan Personel Terbatas
Pemerintah
Menhut Raja Juli Sebut Tak Pernah Beri Izin Pelepasan Kawasan Hutan Setahun Terakhir
Menhut Raja Juli Sebut Tak Pernah Beri Izin Pelepasan Kawasan Hutan Setahun Terakhir
Pemerintah
Krisis Iklim Picu Berbagai Jenis Penyakit, Ancam Kesehatan Global
Krisis Iklim Picu Berbagai Jenis Penyakit, Ancam Kesehatan Global
Pemerintah
Petani Rumput Laut di Indonesia Belum Ramah Lingkungan, Masih Terhalang Biaya
Petani Rumput Laut di Indonesia Belum Ramah Lingkungan, Masih Terhalang Biaya
Pemerintah
Kemenhut Musnahkan 98,8 Hektar Kebun Sawit Ilegal di TN Berbak Sembilang Jambi
Kemenhut Musnahkan 98,8 Hektar Kebun Sawit Ilegal di TN Berbak Sembilang Jambi
Pemerintah
Indonesia Bisa Contoh India, Ini 4 Strategi Kembangkan EBT
Indonesia Bisa Contoh India, Ini 4 Strategi Kembangkan EBT
LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau