Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
The Conversation
Wartawan dan akademisi

Platform kolaborasi antara wartawan dan akademisi dalam menyebarluaskan analisis dan riset kepada khalayak luas.

Bangun Rumah Sejuk Tanpa AC dan Minim Lampu? Bisa, Ini Caranya

Kompas.com, 17 Juni 2025, 10:04 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Oleh Ariva Sugandi Permana*

KOMPAS.com - Di tengah kondisi ekonomi yang tidak pasti dan melambungnya harga properti, mimpi Gen Z dan kaum milenial untuk bisa punya rumah sendiri semakin jauh dari jangkauan. Tapi, kalau kamu masih bisa punya ruang untuk berangan-angan, kira-kira seperti apa desain rumah idamanmu?

Bagi anak muda yang sangat peduli dengan kualitas hidup, rumah tentu bukan sekadar bangunan tinggal. Rumah juga harus nyaman dan layak huni. Sayangnya, di negara tropis seperti Indonesia, terutama di kota-kota metropolitan, rasanya sulit untuk punya rumah adem tanpa pendingin udara atau AC. Akibatnya, konsumsi energi tinggi, begitu pula emisi gas rumah kaca yang dihasilkan.

Ini menjadi dilema tersendiri bagi anak muda yang ingin tinggal nyaman, tapi juga peduli dengan Bumi. Lantas, adakah cara membangun rumah nyaman tapi tetap hemat energi?

Jawabannya: ada.

Riset yang saya lakukan menunjukkan rumah hemat energi dan bersahabat dengan alam tetap memungkinkan dibangun di kawasan tropis seperti Indonesia. Keduanya bisa dicapai tanpa mengorbankan kenyamanan penghuni.

Pengurangan energi bisa dilakukan, terutama untuk penerangan dan pendinginan, dengan memanfaatkan sumber daya alam seperti cahaya matahari dan aliran udara.

Baca juga: Tekstil Hijau dari Kombucha, Revolusi Fesyen Ramah Lingkungan

Konsep desain rumah ramah alam

Ada beberapa prinsip utama dalam desain rumah yang hemat energi sekaligus ramah alam, yakni:

1. Jendela untuk pencahayaan alami

Pastikan desain rumah kamu punya banyak jendela, sehingga daylighting atau cahaya matahari di siang hari bisa masuk optimal dan mengurangi kebutuhan lampu.

Jangan lupa menyesuaikan ukuran jendela dengan luas ruangan. Ruangan yang bentuknya lebar bisa lebih hemat energi, karena jendelanya bisa efektif menerangi seluruh ruangan.

2. Ventilasi untuk penyejuk udara

Agar tetap segar tanpa pakai AC, pastikan rumah kamu punya banyak ventilasi. Sebaiknya ventilasi dibuat silang (depan dan belakang/kiri dan kanan) agar angin bisa masuk dari satu sisi dan keluar dari sisi lainnya, sehingga udara bisa terus mengalir.

Oleh karena itu, penting untuk menyesuaikan posisi rumah dan jendela dengan arah angin dan pastikan kamu menyisakan sedikit lahan untuk halaman saat akan membangun rumah.

Kamu juga sebaiknya menggunakan desain ventilasi malam yang bisa mengeluarkan panas dari dalam rumah saat malam hari, agar suhu lebih sejuk keesokan paginya.

3. Pasang ‘overhang’ atap

Banyak rumah modern di iklim tropis tidak memiliki overhang atau sun-shading, sehingga sinar matahari mudah masuk dan terperangkap di dalam rumah. Akibatnya, suhu ruangan menjadi panas dan membuat gerah.

Untuk mengatasinya, kamu bisa memasang overhang sebagai pelindung atap dari cahaya matahari langsung. Untuk hasil yang lebih maksimal, kamu bisa memasang kanopi atau atap tambahan di atas jendela/pintu dan tanaman sebagai pelindung alami bangunan dari sengatan terik matahari.

4. Pilih material bangunan yang tepat

Material dinding/atap juga penting diperhatikan. Bahan bangunan berat seperti beton bata menyimpan panas sepanjang hari dan melepasnya di malam hari. Hal ini bisa membuat rumah panas saat malam hari. Oleh karena itu, sebaiknya pilih material dengan kemampuan insulasi panas yang baik agar suhu dalam rumah tetap nyaman, seperti busa polimer, wol, aluminium foil, dan berbagai jenis busa.

Kebutuhan energi bisa ditekan drastis

Dengan menerapkan prinsip-prinsip di atas, kebutuhan listrik untuk lampu dan pendingin udara bisa ditekan drastis.

Kami menguji penerapan prinsip-prinsip desain yang sesuai dengan iklim lokal tropis ini di bangunan Universitas Shinawatra, Pathumthani, Thailand. Hasilnya, penghematan energi bisa mencapai 80 persen dibandingkan bangunan konvensional.

Jika semua bangunan di kota-kota tropis, termasuk Indonesia menerapkan pola yang sama, tentu penghematan energi akan sangat besar.

Prinsip nature-friendly house design atau desain rumah ramah lingkungan ini mungkin tampak sederhana, sehingga sering diabaikan. Padahal, ini penting untuk mengurangi konsumsi energi skala rumah tangga yang akumulasinya berdampak besar pada skala kota. Efisiensi energi kota-kota kawasan tropis seperti negara kita seharusnya dilakukan di setiap kesempatan yang ada, tanpa mengorbankan kenyamanan penghuni.

Intinya, kalau kamu membangun atau membeli rumah, sebaiknya bukan cuma gaya-gayaan dan berfokus pada fasad (muka bangunan) atau tampak luarnya yang estetik saja. Hal terpenting adalah memilih material dan bentuk bangunan sesuai dengan cuaca untuk mencapai kenyamanan dengan minim energi.

Baca juga: Misi Hijau Dama Kara, Membuat Batik Inklusif dan Ramah Lingkungan

* Assistant Professor at Department of Civil Engineering Faculty of Engineering, King Mongkut's Institute of Technology Ladkrabang, Thailand

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
SBTi Rilis Peta Jalan untuk Industri Kimia Global
SBTi Rilis Peta Jalan untuk Industri Kimia Global
Pemerintah
Bukan Murka Alam: Melacak Jejak Ecological Tech Crime di Balik Tenggelamnya Sumatra
Bukan Murka Alam: Melacak Jejak Ecological Tech Crime di Balik Tenggelamnya Sumatra
Pemerintah
Agroforestri Sawit: Jalan Tengah di Tengah Ancaman Banjir dan Krisis Ekosistem
Agroforestri Sawit: Jalan Tengah di Tengah Ancaman Banjir dan Krisis Ekosistem
Pemerintah
Survei FTSE Russell: Risiko Iklim Jadi Kekhawatiran Mayoritas Investor
Survei FTSE Russell: Risiko Iklim Jadi Kekhawatiran Mayoritas Investor
Swasta
Tuntaskan Program KMG-SMK, BNET Academy Dorong Penguatan Kompetensi Guru Vokasi
Tuntaskan Program KMG-SMK, BNET Academy Dorong Penguatan Kompetensi Guru Vokasi
Swasta
Harapan Baru, Peneliti Temukan Cara Hutan Tropis Beradaptasi dengan Iklim
Harapan Baru, Peneliti Temukan Cara Hutan Tropis Beradaptasi dengan Iklim
Pemerintah
Jutaan Hektare Lahan Sawit di Sumatera Berada di Wilayah yang Tak Layak untuk Monokultur
Jutaan Hektare Lahan Sawit di Sumatera Berada di Wilayah yang Tak Layak untuk Monokultur
LSM/Figur
Industri Olahraga Global Bisa Jadi Penggerak Konservasi Satwa Liar
Industri Olahraga Global Bisa Jadi Penggerak Konservasi Satwa Liar
Swasta
FAO: Perluasan Lahan Pertanian Tidak Lagi Memungkinkan
FAO: Perluasan Lahan Pertanian Tidak Lagi Memungkinkan
Pemerintah
Banjir Sumatera Disebabkan Kerusakan Hutan, Anggota DPR Ini Minta HGU Ditiadakan
Banjir Sumatera Disebabkan Kerusakan Hutan, Anggota DPR Ini Minta HGU Ditiadakan
Pemerintah
Pupuk Indonesia: Jangan Pertentangkan antara Pupuk Organik dan Kimia
Pupuk Indonesia: Jangan Pertentangkan antara Pupuk Organik dan Kimia
BUMN
PLN Kelebihan Pasokan, Proyek WtE Dikhawatirkan Hanya Bakar Uang
PLN Kelebihan Pasokan, Proyek WtE Dikhawatirkan Hanya Bakar Uang
LSM/Figur
Ekonomi Hijau Diprediksi Capai 7 Triliun Dolar AS per Tahun pada 2030
Ekonomi Hijau Diprediksi Capai 7 Triliun Dolar AS per Tahun pada 2030
Pemerintah
Skema Return dan Reuse Disebut Bisa Kurangi Polusi Plastik dalam 15 Tahun
Skema Return dan Reuse Disebut Bisa Kurangi Polusi Plastik dalam 15 Tahun
Pemerintah
Ketika Anak-anak Muda Mulai Berinisiatif untuk Lestarikan Lingkungan...
Ketika Anak-anak Muda Mulai Berinisiatif untuk Lestarikan Lingkungan...
LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau