Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Murah tapi Mematikan: Pembakaran Plastik Tanpa Kontrol Hasilkan Dioksin dan Furan

Kompas.com - 18/06/2025, 10:00 WIB
Yunanto Wiji Utomo

Editor

KOMPAS.com - Kementerian Lingkungan Hidup (KLH)/Badan Pengendalian Lingkungan Hidup (BPLH) memperingatkan bahaya menggunakan sampah plastik sebagai bahan pembakaran terhadap kesehatan lingkungan dan manusia, seperti yang digunakan pelaku industri tahu di Sidoarjo, Jawa Timur.

"Ini adalah masalah serius yang harus kita perhatikan bersama. Pencemaran ini tidak hanya mencemari lingkungan sekitar pabrik, tetapi menyebabkan pencemaran yang lebih luas sehingga kesehatan masyarakat bisa terganggu," kata Direktur Perlindungan dan Pengelolaan Mutu Udara KLH/BPLH Nixon Pakpahan dalam pernyataan di Jakarta, Selasa (17/6/2025), seperti dikutip Antara.

Pembakaran plastik dalam suhu rendah dan tanpa sistem kontrol emisi memadai, kata dia, menghasilkan senyawa berbahaya seperti dioksin dan furan, yang tergolong dalam kelompok Persistent Organic Pollutants (POPs). Senyawa itu bersifat sangat toksik, karsinogenik, dan dapat terakumulasi dalam rantai makanan maupun lingkungan hidup dalam jangka panjang.

Peringatan itu diberikan setelah KLH/BPLH memberikan peringatan tegas kepada para pelaku industri tahu di Desa Tropodo, Kecamatan Krian, Kabupaten Sidoarjo, karena menggunakan sampah plastik sebagai bahan bakar dalam proses produksi tahu.

KLH/BPLH sudah melakukan pertemuan dengan pelaku industri tahu di wilayah tersebut pada Sabtu (14/6/2025) lalu.

Baca juga: Peneliti BRIN: RDF Jadi Solusi Jangka Pendek Mengatasi Persoalan Sampah

Aktivitas tersebut terbukti menimbulkan pencemaran lingkungan secara signifikan, kata dia, baik terhadap udara, air, maupun tanah, serta membahayakan kesehatan masyarakat di sekitarnya.

Desa Tropodo merupakan sentra produksi tahu yang telah beroperasi sejak 1940-an dan saat ini menjadi lokasi bagi sekitar 44 unit Industri Kecil dan Menengah (IKM). Namun, mayoritas pelaku usaha masih menggunakan sampah plastik sebagai sumber energi, karena dinilai lebih murah dan mudah didapat tanpa mempertimbangkan dampak lingkungan dan kesehatan yang ditimbulkan.

Berdasarkan kajian lingkungan yang dilakukan KLH/BPLH bersama Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Sidoarjo ditemukan udara ambien dalam radius 100 meter, 300 meter, dan 500 meter, dari lokasi pembakaran menunjukkan kategori Tidak Sehat menurut Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU).

Emisi cerobong dari sejumlah lokasi mencatat kadar Total Partikulat, Karbonmonoksida (CO), dan Hidrogen Fluorida (HF) yang melampaui baku mutu, terutama di kawasan Dusun Areng-Areng.

Hasil uji sampel dalam air permukaan ditemukan kandungan fecal coliform sebesar 3.500.000 dan total coliform 5.400.000, yang jauh melebihi ambang batas yang diperbolehkan.

Bahkan sampel tanah di Dusun Klagen mencatat kandungan dioksin/furan hingga 4.030 pg/g. Zat berbahaya serupa juga ditemukan dalam telur ayam dan cacing tanah, menandakan telah terjadinya proses bioakumulasi.

Baca juga: KLH Targetkan Industri Semen Bisa Olah Limbah Jadi RDF

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Busa Kembali Muncul, DLH DKI Siram Mikroba ke Sungai BKT
Busa Kembali Muncul, DLH DKI Siram Mikroba ke Sungai BKT
Pemerintah
Berbagi untuk Kemanusiaan, JNE dan TIKI Salurkan Mobil Ambulans untuk Warga Makasar Jaktim
Berbagi untuk Kemanusiaan, JNE dan TIKI Salurkan Mobil Ambulans untuk Warga Makasar Jaktim
Swasta
Kemenhut Bakal Wajibkan Asuransi Premium bagi Pendaki Gunung Rinjani
Kemenhut Bakal Wajibkan Asuransi Premium bagi Pendaki Gunung Rinjani
Pemerintah
Gunung Rinjani Kembali Dibuka tapi Pengunjung Tak Bisa Sembarangan Mendaki
Gunung Rinjani Kembali Dibuka tapi Pengunjung Tak Bisa Sembarangan Mendaki
Pemerintah
Kemiskinan di Indonesia Tak Bisa Diselesaikan Hanya dengan Bansos
Kemiskinan di Indonesia Tak Bisa Diselesaikan Hanya dengan Bansos
LSM/Figur
Hidrogen Hijau Jadi Solusi Dekarbonisasi Industri di Negara Berkembang
Hidrogen Hijau Jadi Solusi Dekarbonisasi Industri di Negara Berkembang
Pemerintah
Emisi Karbon Hitam di Negara Berkembang Lebih Tinggi dari Perkiraan
Emisi Karbon Hitam di Negara Berkembang Lebih Tinggi dari Perkiraan
Pemerintah
Biochar dari Limbah Manusia Dapat Atasi Kelangkaan Pupuk Global
Biochar dari Limbah Manusia Dapat Atasi Kelangkaan Pupuk Global
Pemerintah
Lembaga Filantropi Lebih Terlatih Atasi Kemiskinan ketimbang Negara
Lembaga Filantropi Lebih Terlatih Atasi Kemiskinan ketimbang Negara
LSM/Figur
Survei Deloitte: Hanya 38 Persen Karyawan Percaya Perusahaan Peduli Isu Lingkungan
Survei Deloitte: Hanya 38 Persen Karyawan Percaya Perusahaan Peduli Isu Lingkungan
Swasta
Masjid Bisa Jadi Pusat Pemberdayaan EKonomi atasi Tantangan Bonus Demografi
Masjid Bisa Jadi Pusat Pemberdayaan EKonomi atasi Tantangan Bonus Demografi
LSM/Figur
Guru Besar IPB Ungkap Nilai Jual Tanah Jadi Pemicu Utama Pembakaran Lahan
Guru Besar IPB Ungkap Nilai Jual Tanah Jadi Pemicu Utama Pembakaran Lahan
LSM/Figur
Karhutla di Sumatera Picu Kematian Gajah akibat Terbakarnya Habitat
Karhutla di Sumatera Picu Kematian Gajah akibat Terbakarnya Habitat
LSM/Figur
Pasar Modal Salurkan Bantuan Infrastruktur, Kesehatan, dan Pendidikan di Aceh
Pasar Modal Salurkan Bantuan Infrastruktur, Kesehatan, dan Pendidikan di Aceh
Swasta
RI Usulkan Pendanaan Iklim Rp 1,4 T ke GCF untuk Pangkas Emisi
RI Usulkan Pendanaan Iklim Rp 1,4 T ke GCF untuk Pangkas Emisi
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau