JAKARTA, KOMPAS.com — Guru Besar Fakultas Pertanian IPB University, Muhammad Syukur, bersama timnya memperkenalkan varietas cabai super pedas bernama ‘Cabai Palurah IPB’.
Varietas ini dinilai memiliki potensi besar dalam mendukung ketahanan pangan berkelanjutan dan kemandirian industri lokal.
Berbeda dengan cabai pada umumnya, Cabai Palurah memiliki bentuk unik menyerupai jambu air dan tingkat kepedasan yang luar biasa.
“Cabai Palurah ini memiliki tingkat kepedasan 500 kali lebih pedas dari cabai besar biasa, bahkan lima kali lebih pedas dari cabai rawit terpedas yang ada saat ini,” ujar Muhammad, dikutip dari laman resmi IPB University, Selasa (17/6/2025).
Kepedasan yang sangat tinggi ini membuat penggunaannya dalam konsumsi atau produksi makanan menjadi lebih efisien.
“Cukup sedikit saja, sudah memberikan sensasi pedas maksimal,” ujarnya. Efisiensi ini tidak hanya menguntungkan konsumen, tetapi juga membuka peluang penghematan bahan baku bagi industri pangan dan kuliner.
Baca juga: Masuk Varietas Unggulan, Cabai Rawit Hiyung Bisa Diolah Jadi Aneka Produk
Selain potensi kuliner, Cabai Palurah juga menjanjikan manfaat bagi sektor biofarmaka. Kandungan capsaicin yang tinggi berpeluang dimanfaatkan untuk produk olahan seperti koyo cabai, yang selama ini masih banyak bergantung pada impor.
Menurut data Kementerian Pertanian, volume impor cabai pada 2024 mencapai 60,1 ribu ton dengan nilai 142 juta Dolar AS. Hadirnya varietas lokal seperti Cabai Palurah, diharapkan bisa menekan angka impor dan memperkuat kemandirian sektor cabai nasional, baik untuk konsumsi maupun kebutuhan industri.
Di Toraja, Sulawesi Selatan, cabai dengan kepedasan serupa telah digunakan untuk konsumsi segar dan olahan. Muhammad berharap varietas Palurah bisa memenuhi kebutuhan serupa di berbagai daerah di Indonesia.
Baca juga: Warga Sulap Tempat Penuh Sampah Jadi Lahan Urban Farming, 700 Pohon Cabai Panen Dua Hari Sekali
Saat ini, belum ada varietas nasional cabai super pedas yang dilepas secara resmi oleh Kementerian Pertanian. “Yang sudah terdaftar baru varietas lokal seperti Katokkon dari Sulawesi Selatan. Cabai Palurah ini telah kami daftarkan untuk dilepas secara nasional,” pungkasnya.
Dengan keunggulan efisiensi rasa, potensi substitusi impor, dan manfaat dibidang kesehatan, Cabai Palurah IPB menjadi salah satu upaya konkret dalam membangun sistem pangan dan industri berbasis sumber daya lokal yang lebih berkelanjutan dan mandiri.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya