Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bank Kian Gencar Danai Bahan Bakar Fosil pada 2024

Kompas.com, 19 Juni 2025, 13:17 WIB
Monika Novena,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

Sumber knowesg

KOMPAS.com-Laporan tahunan Banking on Climate Chaos mengungkapkan bank-bank terbesar di dunia secara drastis meningkatkan dukungan mereka terhadap bahan bakar fosil pada tahun 2024. Hal ini menimbulkan keraguan terhadap komitmen iklim mereka.

Menurut laporan tersebut, seperti dilansir dari Know ESG, Selasa (17/6/2025), sebanyak 65 bank global teratas menyediakan pembiayaan sebesar 869 miliar dolar AS untuk industri bahan bakar fosil pada 2024.

Angka tersebut meningkat sebesar 162 miliar dolar AS dari tahun sebelumnya, yang menghentikan tren penurunan yang dimulai pada 2021.

Laporan menganalisis data pinjaman dan penjaminan dari lebih dari 2.700 perusahaan yang terlibat dalam bahan bakar fosil.

Baca juga: Di Negara Minyak, Sekjen PBB Minta Subsidi Bahan Bakar Fosil Dipangkas

Laporan kemudian menyoroti pergeseran yang mengkhawatirkan di antara banyak lembaga keuangan besar.

Bank-bank AS, khususnya telah menarik diri dari tujuan iklim menyusul adanya perubahan politik, termasuk pemilihan Donald Trump pada 2023.

Beberapa di antaranya telah keluar dari Net Zero Banking Alliance, koalisi iklim utama untuk sektor perbankan serta melemahkan atau mencabut pembatasan bahan bakar fosil sama sekali.

JP Morgan Chase muncul sebagai pemodal bahan bakar fosil terbesar secara global, menginvestasikan 53,5 miliar dolar AS di sektor ini pada tahun 2024.

Sementara itu, Barclays memimpin sebagai investor terbesar di Eropa yang menyediakan 35,4 miliar dolar AS.

Meski ada peringatan berulang kali dari para ilmuwan dan pakar energi, bank-bank terus membiayai ekspansi bahan bakar fosil.

Sejak tahun 2021, sebanyak 1,6 triliun dolar AS telah digelontorkan kepada perusahaan-perusahaan yang mendorong proyek-proyek bahan bakar fosil baru.

Pinjaman tetap menjadi bentuk pembiayaan yang dominan, tumbuh dari 422 miliar dolar AS pada tahun 2023 menjadi 467 miliar dolar AS pada tahun 2024.

Hal tersebut terjadi meskipun Badan Energi Internasional (IEA) bersikap tegas bahwa tidak boleh ada proyek bahan bakar fosil baru yang dikembangkan jika dunia berharap untuk tetap berada dalam batas suhu global 1,5 derajat C yang ditetapkan oleh Perjanjian Paris PBB tahun 2015.

Baca juga: Setengah Emisi CO2 Dunia Berasal dari 36 Perusahaan Bahan Bakar Fosil

Para pegiat iklim pun juga mengecam keras praktik di industri perbankan tersebut, yang mereka gambarkan sebagai greenwashing terang-terangan.

"Bank-bank ini terus membiayai perluasan industri bahan bakar fosil dan solusi palsu yang memperdalam ketidakadilan iklim, perampasan tanah, dan pelanggaran hak asasi manusia," kata Tom BK Goldtooth, direktur eksekutif Indigenous Environmental Network.

Lucie Pinson, direktur Reclaim Finance, menambahkan bahwa sebagian besar bank kini telah "menjauh dari komitmen iklim" dan telah menggandakan ekspansi bahan bakar fosil, bahkan ketika suhu global mencapai rekor tertinggi.

Kelompok lingkungan berpendapat bahwa peraturan yang memiliki kekuatan hukum mengikat adalah satu-satunya cara untuk memaksa bank-bank agar beroperasi sesuai dengan rekomendasi atau tujuan sains iklim.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Sumatera Darurat Biodiversitas, Habitat Gajah Diprediksi Menyusut 66 Persen
Sumatera Darurat Biodiversitas, Habitat Gajah Diprediksi Menyusut 66 Persen
Pemerintah
PGE dan PLN Indonesia Power Sepakati Tarif Listrik PLTP Ulubelu
PGE dan PLN Indonesia Power Sepakati Tarif Listrik PLTP Ulubelu
BUMN
Asia Tenggara Termasuk Sumber Utama Gas Rumah Kaca
Asia Tenggara Termasuk Sumber Utama Gas Rumah Kaca
LSM/Figur
Uni Eropa Bakal Perketat Impor Plastik demi Industri Daur Ulang Lokal
Uni Eropa Bakal Perketat Impor Plastik demi Industri Daur Ulang Lokal
Pemerintah
Pakar Soroti Lemahnya Sistem Pemulihan Pascabencana di Indonesia
Pakar Soroti Lemahnya Sistem Pemulihan Pascabencana di Indonesia
LSM/Figur
Banjir Aceh Disebut Jadi Dampak Deforestasi, Tutupan Hutan Sudah Kritis Sejak 15 Tahun Lalu
Banjir Aceh Disebut Jadi Dampak Deforestasi, Tutupan Hutan Sudah Kritis Sejak 15 Tahun Lalu
LSM/Figur
Pengamat: Pengelolaan Air Jadi Kunci Praktik Pertambangan Berkelanjutan
Pengamat: Pengelolaan Air Jadi Kunci Praktik Pertambangan Berkelanjutan
Swasta
Vitamin C Bantu Lindungi Paru-paru dari Dampak Polusi Udara
Vitamin C Bantu Lindungi Paru-paru dari Dampak Polusi Udara
LSM/Figur
Panas Ekstrem dan Kelembapan Bisa Berdampak pada Janin
Panas Ekstrem dan Kelembapan Bisa Berdampak pada Janin
LSM/Figur
Waspada Hujan Lebat Selama Natal 2025 dan Tahun Baru 2026
Waspada Hujan Lebat Selama Natal 2025 dan Tahun Baru 2026
Pemerintah
Pakar Kritik Sistem Peringatan Dini di Indonesia, Sarankan yang Berbasis Dampak
Pakar Kritik Sistem Peringatan Dini di Indonesia, Sarankan yang Berbasis Dampak
LSM/Figur
Hutan Lindung Sungai Wain di Balikpapan Dirambah untuk Kebun Sawit
Hutan Lindung Sungai Wain di Balikpapan Dirambah untuk Kebun Sawit
Pemerintah
Menteri LH Sebut 4,9 Juta Hektar Lahan di Aceh Rusak akibat Banjir
Menteri LH Sebut 4,9 Juta Hektar Lahan di Aceh Rusak akibat Banjir
Pemerintah
Sebulan Pasca-banjir Aceh, Distribusi Logistik Dinilai Belum Merata Ditambah Inflasi
Sebulan Pasca-banjir Aceh, Distribusi Logistik Dinilai Belum Merata Ditambah Inflasi
LSM/Figur
1.050 Petugas Kebersihan Disiagakan Saat Ibadah Natal 2025 di Jakarta
1.050 Petugas Kebersihan Disiagakan Saat Ibadah Natal 2025 di Jakarta
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Rp
Minimal apresiasi Rp 5.000
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau