Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bagaimana agar Jakarta Bebas Sampah? Ibu Rumah Tangga dan Abang Ojol Beri Saran

Kompas.com, 22 Juni 2025, 18:06 WIB
Eriana Widya Astuti,
Yunanto Wiji Utomo

Tim Redaksi

KOMPAS.com — Jakarta mengalami krisis sampah. Banyak orang mengetahuinya. Namun, bagaimanya mulai menyelesaikannya?

Langkah Atin (52)—ibu rumah tangga di Jakarta Pusat— bersama komunitas perumahannya tempatnya tinggal memilih mengambil peran bersama memilah, mengurangi, dan mengelola sampah agar tidak langsung menumpuk di TPS.

Dia dan warga perumahannya menerapkan sistem pengambilan sampah berdasarkan kategori. Tukang sampah yang berbeda akan mengambil jenis sampah sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan.

“Ada jadwalnya sendiri-sendiri dan akan di-share ke grup WhatsApp RT masing-masing. Hari ini jadwalnya sampah organik, hari ini sampah jelantah, hari ini sampah plastik,” ujarnya.

Dengan sistem itu, masyarakat menjadi sadar atau setidaknya terpaksa memilah sampahnya sendiri.

“Soalnya, tukang sampahnya beda-beda, jadi mau nggak mau harus dipisah. Karena tukang sampah hanya mengambil yang sesuai dengan kategorinya saja,” jelas Atin.

Ia menjelaskan, sampah basah seperti sisa nasi, sisa makanan, dan kulit buah dikumpulkan di satu tempat, lalu diambil oleh tukang sampah organik untuk disetorkan ke tempat pembuatan kompos.

Sementara itu, untuk sampah plastik dan sampah-sampah yang tidak bisa langsung didaur ulang, juga dikumpulkan secara terpisah. Sampah ini kemudian diangkut oleh petugas khusus bernama “BarKas” atau pengumpul barang bekas.

Baca juga: Pilah Sampah di Rumah, Cegah Penumpukan di Sungai

“Kalau BarKas ini, bisa jadi punya nilai jual. Sistemnya kayak jual rongsok aja, ditimbang, nanti dihargai beberapa. Karena sama mereka nantinya akan didaur ulang lagi menjadi barang-barang yang punya nilai ekonomi lagi,” jelas Atin.

Begitu juga dengan sampah minyak jelantah. Sampah ini dikumpulkan di satu tempat, lalu diambil oleh tukang sampah khusus untuk disetorkan ke tempat pengolahan limbah yang akan mengubahnya menjadi sabun ramah lingkungan.

“Bedanya, yang minyak jelantah ini mendapatkan imbalan hasil minyak baru yang lebih terukur. Setiap 5 liter minyak jelantah, akan mendapatkan imbal hasil 1 liter minyak baru. Kan lumayan,” ujar Atin.

Atin mengatakan bahwa ini merupakan upaya yang ia dan warga sekitar lakukan untuk membuat Jakarta lebih bersih dari sampah dan memiliki lingkungan yang sehat.

Ia menambahkan, upaya ini akan berdampak lebih signifikan jika didukung oleh pemerintah, baik dari sisi sarana dan prasarana.

Pemerintah bisa mendukung lewat pengadaan tempat sampah dengan kategori yang berbeda, maupun kebijakan yang mendorong masyarakat melakukan pemilahan sampah serta sosialisasi untuk menumbuhkan kesadaran dan membantu mereplikasi sistem yang telah di lakukan dikompleknya pada kawasan lain.

Sementara itu, Ardon (42)—seorang pengemudi ojek online yang ditemui Kompas.com di kawasan Sudirman, Jakarta Selatan—juga menekankan pentingnya kesadaran dari diri sendiri untuk membuang sampah pada tempatnya sesuai dengan kategori, mengurangi penggunaan plastik sekali pakai, dan menghindari barang yang sulit didaur ulang seperti styrofoam.

Namun, upaya warga perlu dukungan pemerintah. Ia menyarankan agar lebih banyak lapangan kerja dibuka di sektor penanggulangan sampah, sehingga setiap sampah dapat terkelola dengan baik sesuai dengan kategorinya.

Baca juga: Tekan Polusi Udara dari Kawasan Industri, Pemerintah Uji Emisi Kendaraan Besar

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
SBTi Rilis Peta Jalan untuk Industri Kimia Global
SBTi Rilis Peta Jalan untuk Industri Kimia Global
Pemerintah
Bukan Murka Alam: Melacak Jejak Ecological Tech Crime di Balik Tenggelamnya Sumatra
Bukan Murka Alam: Melacak Jejak Ecological Tech Crime di Balik Tenggelamnya Sumatra
Pemerintah
Agroforestri Sawit: Jalan Tengah di Tengah Ancaman Banjir dan Krisis Ekosistem
Agroforestri Sawit: Jalan Tengah di Tengah Ancaman Banjir dan Krisis Ekosistem
Pemerintah
Survei FTSE Russell: Risiko Iklim Jadi Kekhawatiran Mayoritas Investor
Survei FTSE Russell: Risiko Iklim Jadi Kekhawatiran Mayoritas Investor
Swasta
Tuntaskan Program KMG-SMK, BNET Academy Dorong Penguatan Kompetensi Guru Vokasi
Tuntaskan Program KMG-SMK, BNET Academy Dorong Penguatan Kompetensi Guru Vokasi
Swasta
Harapan Baru, Peneliti Temukan Cara Hutan Tropis Beradaptasi dengan Iklim
Harapan Baru, Peneliti Temukan Cara Hutan Tropis Beradaptasi dengan Iklim
Pemerintah
Jutaan Hektare Lahan Sawit di Sumatera Berada di Wilayah yang Tak Layak untuk Monokultur
Jutaan Hektare Lahan Sawit di Sumatera Berada di Wilayah yang Tak Layak untuk Monokultur
LSM/Figur
Industri Olahraga Global Bisa Jadi Penggerak Konservasi Satwa Liar
Industri Olahraga Global Bisa Jadi Penggerak Konservasi Satwa Liar
Swasta
FAO: Perluasan Lahan Pertanian Tidak Lagi Memungkinkan
FAO: Perluasan Lahan Pertanian Tidak Lagi Memungkinkan
Pemerintah
Banjir Sumatera Disebabkan Kerusakan Hutan, Anggota DPR Ini Minta HGU Ditiadakan
Banjir Sumatera Disebabkan Kerusakan Hutan, Anggota DPR Ini Minta HGU Ditiadakan
Pemerintah
Pupuk Indonesia: Jangan Pertentangkan antara Pupuk Organik dan Kimia
Pupuk Indonesia: Jangan Pertentangkan antara Pupuk Organik dan Kimia
BUMN
PLN Kelebihan Pasokan, Proyek WtE Dikhawatirkan Hanya Bakar Uang
PLN Kelebihan Pasokan, Proyek WtE Dikhawatirkan Hanya Bakar Uang
LSM/Figur
Ekonomi Hijau Diprediksi Capai 7 Triliun Dolar AS per Tahun pada 2030
Ekonomi Hijau Diprediksi Capai 7 Triliun Dolar AS per Tahun pada 2030
Pemerintah
Skema Return dan Reuse Disebut Bisa Kurangi Polusi Plastik dalam 15 Tahun
Skema Return dan Reuse Disebut Bisa Kurangi Polusi Plastik dalam 15 Tahun
Pemerintah
Ketika Anak-anak Muda Mulai Berinisiatif untuk Lestarikan Lingkungan...
Ketika Anak-anak Muda Mulai Berinisiatif untuk Lestarikan Lingkungan...
LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau