Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Asia Memanas Dua Kali Lebih Cepat Dibandingkan Benua Lain

Kompas.com - 25/06/2025, 15:31 WIB
Monika Novena,
Yunanto Wiji Utomo

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Laporan Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) mengungkap bahwa Asia, benua dengan daratan dan populasi terbesar, saat ini memanas hampir dua kali lebih cepat dibanding rata-rata daratan dan lautan global.

Asia juga mengalami gelombang panas yang meluas serta berkepanjangan.

Laporan ‘State of the Climate in Asia 2024’ yang dirilis tanggal 23 Juni 2025 ini menyoroti bagaimana pemanasan global saat ini telah memicu cuaca yang lebih ekstrem dalam bentuk kekeringan dan banjir sekaligus menimbulkan dampak buruk pada ekonomi dan masyarakat Asia.

Melansir Down to Earth, Senin (23/6/2025), laporan menemukan bahwa tren pemanasan pada 1991-2024 hampir dua kali lipat dari tren pemanasan selama periode 1961-1990.

Baca juga: Permukaan Laut Tetap Naik meski Pemanasan Global Dibatasi 1,5 Derajat C

Selain itu juga peningkatan suhu di daratan lebih besar daripada peningkatan suhu di lautan.

Pilih idol K-Pop/aktor K-Drama favoritmu & dapatkan Samsung Galaxy Fit3!
Kompas.id
Pilih idol K-Pop/aktor K-Drama favoritmu & dapatkan Samsung Galaxy Fit3!

Meski suhu lebih hangat di hampir seluruh wilayah Asia, suhu yang jauh di atas rata-rata terjadi di daerah yang membentang dari China barat hingga Jepang, Semenanjung Indochina, Asia Barat, Siberia bagian tengah utara.

Jepang menjadi contoh paling ekstrem karena negara ini mencatat tahun terpanasnya dan bahkan memecahkan rekor di tahun 2023.

Gelombang panas berkepanjangan melanda banyak wilayah di Asia pada tahun 2024.

Laporan misalnya saja menyoroti bagaimana beberapa bagian di India juga mengalami gelombang panas yang intens pada tahun 2024, menyebabkan lebih dari 450 kematian di seluruh negeri.

Asia, yang dikelilingi oleh lautan di tiga sisinya, juga mengalami peningkatan suhu permukaan laut rata-rata pada tingkat 0,24 derajat C per dekade, yang merupakan dua kali lipat dari tingkat rata-rata global sebesar 0,13 derajat C per dekade.

Pada 2024, sebagian besar wilayah lautan Asia terkena dampak gelombang panas laut dengan intensitas ekstrem. Samudra Hindia bagian utara dan di wilayah lautan yang berdekatan dengan Jepang, Laut Kuning dan Laut Cina Timur merupakan area yang paling terdampak.

Baca juga: Pemanasan Global Bisa Ubah Pola Hujan, Timbulkan Kekeringan dan Banjir

Sementara itu, laporan menemukan bahwa 23 dari 24 gletser mengalami kehilangan massa tahun lalu, menyebabkan peningkatan bahaya seperti banjir bandang dan tanah longsor akibat luapan danau glasial, serta risiko jangka panjang terhadap ketahanan air.

Wilayah Pegunungan Tinggi Asia (HMA), yang berpusat di Dataran Tinggi Tibet, mengandung volume es terbesar di luar wilayah kutub, dengan gletser yang menutupi area seluas sekitar 100.000 km persegi.

Asia mengalami pula beberapa peristiwa cuaca ekstrem yang memecahkan rekor pada tahun 2024, mulai dari hujan lebat, kekeringan hingga tanah longsor.

Siklon Tropis Yagi, yang merupakan badai terkuat tahun ini, menyebabkan kerusakan dan korban yang meluas di Vietnam, Filipina, Republik Demokratik Rakyat Laos, Thailand, Myanmar, dan China.

Lalu di India, tanah longsor besar terjadi di Kerala utara di Wayanad pada tanggal 30 Juli 2024 setelah hujan lebat, melebihi 500 mm dalam 48 jam.

Tanah longsor tersebut menyebabkan lebih dari 350 kematian.

Kekeringan di China memengaruhi hampir 4,8 juta orang, merusak 335.200 hektar tanaman, dan menyebabkan kerugian langsung sekitar 2,89 miliar yuan.

Baca juga: Lawan Krisis Iklim, BRIN Genjot Pemuliaan Tanaman Buah Pakai Speed Breeding

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
5 Warga Yogyakarta Meninggal akibat Leptospirosis, Dinkes Perkuat Deteksi dan Survei Lingkungan
5 Warga Yogyakarta Meninggal akibat Leptospirosis, Dinkes Perkuat Deteksi dan Survei Lingkungan
Pemerintah
Ekowisata Lumba-lumba Bisa Untungkan Warga, tapi Perlu Rambu-rambu
Ekowisata Lumba-lumba Bisa Untungkan Warga, tapi Perlu Rambu-rambu
LSM/Figur
Gula dan Minyak Goreng Juga Sumber Emisi, Industri Perlu Hitung Dampaknya
Gula dan Minyak Goreng Juga Sumber Emisi, Industri Perlu Hitung Dampaknya
Swasta
Cegah Banjir, Pemprov DKI Siagakan Pasukan Oranye untuk Angkut Sampah Sungai
Cegah Banjir, Pemprov DKI Siagakan Pasukan Oranye untuk Angkut Sampah Sungai
Pemerintah
Greenpeace: Hujan Juli Bukan Anomali, Tanda Krisis Iklim karena Energi Fosil
Greenpeace: Hujan Juli Bukan Anomali, Tanda Krisis Iklim karena Energi Fosil
Pemerintah
Anoa dan Babirusa Buktikan, Pulau Kecil Kunci Jaga Keanekaragaman
Anoa dan Babirusa Buktikan, Pulau Kecil Kunci Jaga Keanekaragaman
LSM/Figur
Triwulan I 2025, BRI Catat Pembiayaan Hijau Capai Rp 89,9 Triliun
Triwulan I 2025, BRI Catat Pembiayaan Hijau Capai Rp 89,9 Triliun
BUMN
Kelinci Terlangka di Dunia Terekam Kamera Jebak di Hutan Sumatera
Kelinci Terlangka di Dunia Terekam Kamera Jebak di Hutan Sumatera
LSM/Figur
Menteri LH Minta Perusahaan Bantu Kelola Sampah Warga Pakai Dana CSR
Menteri LH Minta Perusahaan Bantu Kelola Sampah Warga Pakai Dana CSR
Pemerintah
Lumba-Lumba Muncul di Laut Jakarta, Jadi Momentum Perkuat Perlindungan Perairan
Lumba-Lumba Muncul di Laut Jakarta, Jadi Momentum Perkuat Perlindungan Perairan
LSM/Figur
Kemenperin Dorong Industri Lapor Emisi Lewat SIINas
Kemenperin Dorong Industri Lapor Emisi Lewat SIINas
Pemerintah
Pertamina Gandeng Kelompok Tani Hutan Perkuat Perhutanan Sosial
Pertamina Gandeng Kelompok Tani Hutan Perkuat Perhutanan Sosial
BUMN
Pemerintah Resmikan Pasar Perdagangan Sertifikat EBT ICDX
Pemerintah Resmikan Pasar Perdagangan Sertifikat EBT ICDX
Swasta
Perubahan Iklim, Situs Warisan Dunia Terancam Kekeringan atau Banjir
Perubahan Iklim, Situs Warisan Dunia Terancam Kekeringan atau Banjir
LSM/Figur
Ancaman Tersembunyi Perubahan Iklim, Bikin Nutrisi Makanan Turun
Ancaman Tersembunyi Perubahan Iklim, Bikin Nutrisi Makanan Turun
LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau