Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kecemasan Iklim Itu Nyata, Perempuan dan Generasi Muda Lebih Rentan

Kompas.com, 25 Juni 2025, 18:32 WIB
Monika Novena,
Yunanto Wiji Utomo

Tim Redaksi

Sumber PHYSORG

KOMPAS.com - Psikolog di Universitas Leipzig dan Universitas Teknik Dortmund, untuk pertama kalinya, mengumpulkan temuan penelitian internasional mengenai fenomena kecemasan iklim.

Mereka kemudian menemukan bahwa kelompok-kelompok tertentu lebih rentan terhadap kecemasan iklim dibandingkan yang lain.

Kelompok yang dimaksud adalah orang yang lebih muda dan perempuan, lalu individu dengan pandangan politik yang lebih condong ke kiri, serta orang dengan kekhawatiran mendalam tentang masa depan dan lingkungan, serta mereka yang sering terpapar konsekuensi perubahan iklim dan informasi terkait.

Keyakinan bahwa perubahan iklim adalah ancaman nyata dan membawa risiko signifikan, serta persepsi akan konsensus di antara ilmuwan iklim mengenai penyebab dan bahaya pemanasan global, juga berkaitan erat dengan kecemasan iklim.

Baca juga: Apa Itu Kecemasan Iklim dan Bagaimana Mengatasinya?

"Kecemasan iklim berkorelasi negatif dengan kesejahteraan. Kendati demikian, bisa juga menjadi motivator kuat bagi individu maupun masyarakat untuk mengambil tindakan positif demi melindungi lingkungan dan mendukung kebijakan iklim," kata penulis utama makalah tersebut, Dr. Clara Kühner dari Wilhelm Wundt Institute of Psychology di Universitas Leipzig, dikutip dari Phys, Rabu (25/6/2025).

Krisis iklim dan konsekuensinya menakutkan bagi banyak orang.

Karena banyak orang merasa takut, fenomena kecemasan iklim atau ketakutan dan kekhawatiran akibat perubahan iklim, mulai menarik perhatian luas dan juga menjadi fokus dalam dunia penelitian ilmiah.

Namun data dan temuan terkait kecemasan ini masih terfragmentasi dan belum pernah dianalisis secara menyeluruh sebelumnya.

Analisis meta baru ini, yang mengkaji hubungan antara kecemasan iklim dan 33 faktor lain yang relevan, dimaksudkan untuk memberikan gambaran umum kepada para peneliti dan praktisi tentang potensi dampak dan kemungkinan terjadinya kecemasan iklim.

Analisis tersebut mencakup 94 studi utama dengan total 170.747 peserta dari 27 negara.

"Temuan ini menunjukkan bahwa kecemasan terhadap iklim adalah pedang bermata dua. Kecemasan dapat mengganggu kesejahteraan, tetapi juga dapat menjadi pendorong aksi iklim," kata salah satu penulis, Profesor Hannes Zacher dari Universitas Leipzig.

Baca juga: Krisis Iklim Memburuk, Pemanasan 2 Derajat C Terjadi Lebih Cepat dari Dugaan

Para peneliti pun merekomendasikan dukungan yang ditargetkan bagi mereka yang sangat rentan terhadap kecemasan iklim, seperti kaum muda atau mereka yang sering dihadapkan pada isu ini.

Salah satu caranya adalah dengan melibatkan tokoh masyarakat seperti politikus, jurnalis, dan pemimpin bisnis untuk membantu masyarakat menyalurkan kecemasan iklim menjadi tindakan yang sangat dibutuhkan untuk mengatasi krisis iklim.

Lebih lanjut, Mengingat minat publik dan akademis yang kuat terhadap kecemasan iklim, meta-analisis ini akan diperbarui secara berkala dengan data baru dalam beberapa tahun mendatang.

Beberapa temuan juga akan dieksplorasi lebih mendalam misalnya, hubungan yang masih belum jelas antara pengetahuan tentang perubahan iklim dan kecemasan iklim.

Studi baru ini diterbitkan di jurnal Global Environmental Change.

Baca juga: Riset: Misinformasi Iklim Disebarkan Elit, Korporasi, dan Orang Pintar

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Dari Tanah “Sakit” ke Lumbung Harapan, Ini Kisah Pengawalan Pertanian Jaga Ketahanan Pangan Desa
Dari Tanah “Sakit” ke Lumbung Harapan, Ini Kisah Pengawalan Pertanian Jaga Ketahanan Pangan Desa
BUMN
Kebijakan Pelarangan Sawit di Jabar Disebut Tak Berdasar Bukti Ilmiah
Kebijakan Pelarangan Sawit di Jabar Disebut Tak Berdasar Bukti Ilmiah
LSM/Figur
Sampah Campur Aduk, Biaya Operasional 'Waste to Energy' Membengkak
Sampah Campur Aduk, Biaya Operasional "Waste to Energy" Membengkak
LSM/Figur
Biaya Kelola Limbah Setara Beli Popok Baru, Padahal Fibernya Punya Banyak Potensi
Biaya Kelola Limbah Setara Beli Popok Baru, Padahal Fibernya Punya Banyak Potensi
LSM/Figur
Inovasi Jaring Bertenaga Surya, Kurangi Penyu yang Terjaring Tak Sengaja
Inovasi Jaring Bertenaga Surya, Kurangi Penyu yang Terjaring Tak Sengaja
Pemerintah
Kebijakan Iklim yang Sasar Gaya Hidup Bisa Kikis Kepedulian pada Lingkungan
Kebijakan Iklim yang Sasar Gaya Hidup Bisa Kikis Kepedulian pada Lingkungan
Pemerintah
 RI Belum Maksimalkan  Pemanfaatan Potensi Laut untuk Atasi Stunting
RI Belum Maksimalkan Pemanfaatan Potensi Laut untuk Atasi Stunting
LSM/Figur
Langkah Membumi Ecoground 2025, Gaya Hidup Sadar Lingkungan Bisa Dimulai dari Ruang Publik
Langkah Membumi Ecoground 2025, Gaya Hidup Sadar Lingkungan Bisa Dimulai dari Ruang Publik
Swasta
Target Swasembada Garam 2027, KKP Tetap Impor jika Produksi Tak Cukup
Target Swasembada Garam 2027, KKP Tetap Impor jika Produksi Tak Cukup
Pemerintah
Kebijakan Mitigasi Iklim di Indonesia DInilai Pinggirkan Peran Perempuan Akar Rumput
Kebijakan Mitigasi Iklim di Indonesia DInilai Pinggirkan Peran Perempuan Akar Rumput
LSM/Figur
KKP: 20 Juta Ton Sampah Masuk ke Laut, Sumber Utamanya dari Pesisir
KKP: 20 Juta Ton Sampah Masuk ke Laut, Sumber Utamanya dari Pesisir
Pemerintah
POPSI: Naiknya Pungutan Ekspor Sawit untuk B50 Bakal Gerus Pendapatan Petani
POPSI: Naiknya Pungutan Ekspor Sawit untuk B50 Bakal Gerus Pendapatan Petani
LSM/Figur
Suhu Global Tetap Tinggi, meski Siklus Alami Pemanasan El Nino Absen
Suhu Global Tetap Tinggi, meski Siklus Alami Pemanasan El Nino Absen
Pemerintah
Rantai Pasok Global Bisa Terganggu akibat Cuaca Ekstrem
Rantai Pasok Global Bisa Terganggu akibat Cuaca Ekstrem
Swasta
DLH Siapkan 3.395 Petugas Kebersihan, Angkut Sampah Saat Tahun Baru Jakarta
DLH Siapkan 3.395 Petugas Kebersihan, Angkut Sampah Saat Tahun Baru Jakarta
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Rp
Minimal apresiasi Rp 5.000
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau