Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Moh Samsul Arifin
Broadcaster Journalist

Sejak 2006 berkecimpung di dunia broadcast journalism, dari Liputan6 SCTV, ANTV dan Beritasatu TV. Terakhir menjadi produser eksekutif untuk program Indepth, NewsBuzz, Green Talk dan Fakta Data

Penyangkal Perubahan Iklim Terus Merongrong

Kompas.com - 03/07/2025, 12:38 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Jadi, melampaui ucapan Riman, energi terbarukan tak hanya baik untuk menghindari dan menurunkan penumpukan gas rumah kaca di atmosfer, dan dengan demikian mengurangi pemanasan global, juga sebagai substitusi terhadap energi fosil yang pasti akan habis. Tak pelak energi terbarukan adalah energi saat ini dan energi masa depan.

Konteks waktu dan masalah yang disinggung oleh Vaclav Klaus, juga Martin Riman di atas, adalah beberapa tahun sebelum Perjanjian Paris 2015 diteken.

Ini babak penting di mana 196 negara menghimpun diri, menyatakan komitmen untuk membuat bumi tidak lebih panas dari 1,5 derajat celcius dibandingkan suhu rata-rata pra-revolusi industri.

Perjanjian Paris satu dekade silam adalah bentuk ketundukan negara-negara di planet bumi untuk menaruh politik di bawah kendali sains.

Politik dan sains bergandengan tangan agar pemanasan global tidak makin menjadi-jadi dan planet itu tetap layak dihuni, saat ini dan di masa depan yang dekat (2100) serta masa depan yang jauh.

Mitigasi dan aksi iklim yang dilaksanakan selepas Perjanjian Paris adalah pernyataan bahwa bumi ini kita pinjam dari generasi mendatang--tak terkecuali generasi Greta Thunberg.

Ia anak muda dari Swedia yang mulai usia 15 tahun telah getol menyuarakan agar pemimpin negara-negara di dunia ini tidak beretorika menyangkut krisis iklim.

Bill Gates, yang Oktober nanti berusia 70 tahun, bilang gas rumah kaca (GRK) yang muncrat di masa revolusi industri tiga abad silam, masih bertahan di atmosfer. Apalagi yang 50 tahun belakangan.

Baca juga: Dua Sisi Gasifikasi Batu Bara

Jadi, tak ada keraguan bahwa pemanasan global itu kenyataan, bukan ilusi dan tipu-tipu. Dengan begitu menyatakan komitmen untuk memangkas secara rutin GRK dalam rumusan Nationally Determined Contribution (NDC) bukan tindakan sia-sia, apalagi berlebihan.

Kalau aspek keadilan dituntut, kewajiban memangkas GRK yang diukur dengan satuan ton CO2 ekuivalen, terutama menjadi kewajiban negara-negara dunia pertama--yang notabene paling besar memuntahkan emisi karbon dan lebih makmur karena mengeksploitasi minyak, gas dan batu bara.

Untuk membuat nol emisi tahun 2050, warga bumi harus sedikit berkorban. Gates menyebut soal tarif listrik premium di negerinya, Amerika Serikat.

Premium berarti warga di sana membayar lebih untuk setiap kilowatt jam listrik dari energi terbarukan. Namun, tren itu akan terus menurun seiring kemajuan teknologi untuk "menghimpun" energi surya, energi angin dan lain-lain.

Di Jerman, harga energi melonjak hingga 31 persen tatkala perang Rusia-Ukraina tahun 2022 lalu karena pasokan gas yang mandek. Ini kondisi tak normal.

Pada Maret 2025, rata-rata harga energi di Jerman sudah lebih murah 3,6 persen dibandingkan satu tahun sebelumnya.

Kontribusi tertinggi berasal dari harga listrik yang turun 4,3 persen. Harga gas alam juga 3,6 persen lebih murah (Clean Energy Wire, 17 April 2025).

Masih merujuk CWE, harga listrik di Jerman ditetapkan dengan cara kerja yang rumit dari pasar grosir listrik Eropa dan Jerman. Harga di bursa listrik bergantung pada "urutan keunggulan" pembangkit listrik.

Permintaan dan penawaran lalu dicocokkan di bursa. Harga ditetapkan bervariasi, tergantung seberapa banyak listrik yang tersedia dari berbagai jenis sumber dan berapa biayanya.

Jika pasokan listrik dari energi angin dan energi surya sedang tinggi, harga listrik hijau bakal lebih murah. Begitu seterusnya.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau