LAMPUNG, KOMPAS.com - Bakti Lingkungan Djarum Foundation (BLDF) melalui program Djarum Trees for Life (DTFL) menanam 23.171 pohon trembesi di Tol Trans Sumatera. Menurut Program Director BLDF, Jemmy Chayadi, hal tersebut bertujuan untuk memangkas emisi karbon kendaraan.
Selain itu, mendukung program pembangunan infrastruktur berkelanjutan dengan memerhatikan aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan. Dia menjelaskan, program penanaman pohon mulanya digelar di Kudus, Jawa Tengah, Jawa Timur, lalu merambah ke wilayah lain di Sumatera.
"Mulai tahun 2010, mulai menanam pohon trambesi di Pantura, Trans Jawa dan lain-lain dan akhirnya sampai sekarang di Trans Sumatera," ujar Jemmy dalam acara yang digelar di Lampung, Kamis (31/7/2025).
Baca juga: Panas Ekstrem, Bagaimana Pohon Bisa Jadi AC Alami untuk Seluruh Kota?
Adapun saat ini, total trembesi yang tertanam mencapai 203.641 pohon. Di Trans Sumatera, program itu turut melibatkan pemerintah daerah, serta mitra pengelola tol yakni PT Bakauheni Terbanggi Besar Toll, dan PT Waskita Sriwijaya Toll Road.
"Bersama dua mitra pengelola jalan tol Trans Sumatra, kami sudah menyelesaikan penanaman dan perawatan. Ini menjadi sebuah langkah nyata untuk mereduksi karbon,” papar Jemmy.
Dia menyampaikan, empat tahun lalu BLDF menanam 8.728 bibit trembesi. Jumlahnya bertambah hingga 19.124 bibit di ruas tol Bakauheni-Terbanggi Besar.
Jemmy memastikan, pihaknya merawat pohon selama tiga tahun sejak ditanam di 178 kilometer ruas tol sepanjang Bakauheni-Palembang.
Sementara itu, Dosen Fakultas Pertanian Universitas Lampung, Rahmat Syafei, menuturkan bahwa berdasarkan studi tahun 2008 trembesi merupakan satu dari 10 pohon yang paling banyak menyerap emisi karbon dioksida (CO2).
Baca juga: Pohon yang Beragam Bikin Kota Tangguh Iklim dan Warga Bahagia
"Pohon trembesi (menyerap) 28,4 ton karbon dioksida atau 28.400 kilogram dibandingkan dengan sembilan pohon lainnya. Misalkan ada mahoni, bungur, akasia," jelas Rahmat.
"Jadi pohon trembesi ini merupakan salah satu spesies yang cepat tumbuh," imbuh dia.
Kendati demikian, jenis pohon ini tak bisa sembarang ditanam di area rumah lantaran akarnya yang besar dan menyebar luas dapat merusak fondasi bangunan. Selain itu, pohon memerlukan perawatan untuk mencegah penyakit maupun serangan hama.
"Akarnya menyerap hujan, cocok kalau terus dikembangkan untuk penyerapan karbon dioksida," sebut Rahmat.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya