Nantinya, produk hasil tenun akan dipasarkan melalui salah satu unit bisnis Kawan Lama Group, yaitu Pendopo.
Pendopo sendiri merupakan rumah kurasi bagi lebih dari 12.000 produk lokal yang telah bermitra dengan lebih dari 300 UMKM di seluruh Nusantara. Jangkauan pemasaran juga akan diperluas melalui solusi omnichannel milik Kawan Lama Group, yakni ruparupa.
Selain itu, Yayasan Kawan Lama juga menjalin kolaborasi dengan Lingkar Temu Kabupaten Lestari (LTKL) dalam aspek tata kelola, guna mendukung keberlanjutan program serta mendorong replikasi inisiatif ini di wilayah-wilayah lain yang memiliki potensi serupa.
Melalui inisiatif tersebut, Tasya ingin agar karya penenun kain Iban memiliki akses pasar yang lebih luas, tidak hanya sebatas pada pameran atau festival. Dengan demikian, tenun Iban bisa digunakan oleh masyarakat luas dan membantu peningkatan ekonomi masyarakat Dayak Iban.
Dalam menjalankan aksi keberlanjutan ini, Yayasan Kawan Lama ingin menyasar daerah yang belum banyak tersentuh pelatihan peningkatan kualitas produksi. Apalagi, masyarakat di sini punya potensi luar biasa sehingga hanya memerlukan ruang dan dukungan.
Yayasan Kawan Lama, lanjut Tasya, tidak bisa menjalankan program “Aram Bekelala Tenun Iban” sendiri. Ia pun mengapresiasi sejumlah pihak yang turut menyukseskan program ini, yakni Cita Tenun Indonesia, desainer Wilsen Willim, serta serta Lingkar Temu Kabupaten Lestari (LTKL).
Secara khusus, kolaborasi dengan Wilsen Willim memungkinkan para peserta untuk membuat tenun Iban yang tidak hanya digunakan saat acara khusus, tapi juga dalam aktivitas masyarakat sehari-hari.
“Kami juga berkolaborasi dengan LTKL yang membantu mendorong pemerintah supaya program ini bisa berkelanjutan dan diaplikasikan ke daerah lain,” tuturnya.
Tumenggung Jalan Lintang Hendri Kus Bersono Riang menjelaskan, keunikan Tenun Iban terletak pada proses pembuatannya yang masih menggunakan pewarna alami dari hutan sekitar.
Pewarna tenun diambil dari alam karena hutan di Kapuas Hulu masih alami. Meski demikian, proses pemetikan bahan baku tidak boleh dilakukan sembarangan.
Baca juga: Kawan Lama Gelar Aksi Donor Darah Serentak di 30 Kota Indonesia
“Harus ada sesaji sebelum memetik bunga atau daun," ujar Hendri.
Hendri melanjutkan bahwa sebelum mulai menenun, perempuan Iban akan melakukan ritual agar tidak mengganggu roh-roh leluhur. Setiap motif pun bukan sekadar indah, melainkan punya makna filosofis dan spiritual yang diturunkan dari generasi ke generasi.
Ia menjelaskan, tenun tersebut dulunya digunakan untuk upacara adat, seperti gawai panen, sirat (kain untuk upacara), atau pakaian sesaji. Bahkan, tenun ini dahulu tidak diperjualbelikan dan hanya digunakan untuk kebutuhan keluarga. Kini, kain tersebut telah menjadi sumber penghidupan ibu-ibu di kampung.
Hendri mengapresiasi program “Aram Bekelala Tenun Iban” yang digagas Kawan Lama Group. Menurutnya, program ini mampu meningkatkan keterampilan perajin di kampung dengan memberikan pemahaman tentang variasi motif, pewarna alami, cara menghitung modal, dan menentukan harga jual.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya