Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
ADVERTORIAL

70 Tahun Tumbuh Bersama Indonesia, Kawan Lama Group Berdayakan Perajin Tenun Iban di Kapuas Hulu

Kompas.com - 07/08/2025, 18:18 WIB
Yogarta Awawa Prabaning Arka,
Aditya Mulyawan

Tim Redaksi

Nantinya, produk hasil tenun akan dipasarkan melalui salah satu unit bisnis Kawan Lama Group, yaitu Pendopo.

Pendopo sendiri merupakan rumah kurasi bagi lebih dari 12.000 produk lokal yang telah bermitra dengan lebih dari 300 UMKM di seluruh Nusantara. Jangkauan pemasaran juga akan diperluas melalui solusi omnichannel milik Kawan Lama Group, yakni ruparupa.

Selain itu, Yayasan Kawan Lama juga menjalin kolaborasi dengan Lingkar Temu Kabupaten Lestari (LTKL) dalam aspek tata kelola, guna mendukung keberlanjutan program serta mendorong replikasi inisiatif ini di wilayah-wilayah lain yang memiliki potensi serupa.

Melalui inisiatif tersebut, Tasya ingin agar karya penenun kain Iban memiliki akses pasar yang lebih luas, tidak hanya sebatas pada pameran atau festival. Dengan demikian, tenun Iban bisa digunakan oleh masyarakat luas dan membantu peningkatan ekonomi masyarakat Dayak Iban.

Dalam menjalankan aksi keberlanjutan ini, Yayasan Kawan Lama ingin menyasar daerah yang belum banyak tersentuh pelatihan peningkatan kualitas produksi. Apalagi, masyarakat di sini punya potensi luar biasa sehingga hanya memerlukan ruang dan dukungan.

Yayasan Kawan Lama, lanjut Tasya, tidak bisa menjalankan program “Aram Bekelala Tenun Iban” sendiri. Ia pun mengapresiasi sejumlah pihak yang turut menyukseskan program ini, yakni Cita Tenun Indonesia, desainer Wilsen Willim, serta serta Lingkar Temu Kabupaten Lestari (LTKL).

Secara khusus, kolaborasi dengan Wilsen Willim memungkinkan para peserta untuk membuat tenun Iban yang tidak hanya digunakan saat acara khusus, tapi juga dalam aktivitas masyarakat sehari-hari.

“Kami juga berkolaborasi dengan LTKL yang membantu mendorong pemerintah supaya program ini bisa berkelanjutan dan diaplikasikan ke daerah lain,” tuturnya.

Makna tenun kain Iban

Tumenggung Jalan Lintang Hendri Kus Bersono Riang menjelaskan, keunikan Tenun Iban terletak pada proses pembuatannya yang masih menggunakan pewarna alami dari hutan sekitar.

Pewarna tenun diambil dari alam karena hutan di Kapuas Hulu masih alami. Meski demikian, proses pemetikan bahan baku tidak boleh dilakukan sembarangan.

Baca juga: Kawan Lama Gelar Aksi Donor Darah Serentak di 30 Kota Indonesia

“Harus ada sesaji sebelum memetik bunga atau daun," ujar Hendri.

Hendri melanjutkan bahwa sebelum mulai menenun, perempuan Iban akan melakukan ritual agar tidak mengganggu roh-roh leluhur. Setiap motif pun bukan sekadar indah, melainkan punya makna filosofis dan spiritual yang diturunkan dari generasi ke generasi.

Ia menjelaskan, tenun tersebut dulunya digunakan untuk upacara adat, seperti gawai panen, sirat (kain untuk upacara), atau pakaian sesaji. Bahkan, tenun ini dahulu tidak diperjualbelikan dan hanya digunakan untuk kebutuhan keluarga. Kini, kain tersebut telah menjadi sumber penghidupan ibu-ibu di kampung.

Yayasan Kawan Lama berdayakan perajin Tenun Iban di Kapuas Hulu. 

DOK. Kawan Lama. Yayasan Kawan Lama berdayakan perajin Tenun Iban di Kapuas Hulu.
“Banyak anak-anak bisa tamat kuliah, bahkan jadi tentara, berkat uang dari hasil tenun," kata Hendri.

Hendri mengapresiasi program “Aram Bekelala Tenun Iban” yang digagas Kawan Lama Group. Menurutnya, program ini mampu meningkatkan keterampilan perajin di kampung dengan memberikan pemahaman tentang variasi motif, pewarna alami, cara menghitung modal, dan menentukan harga jual.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Sungai di Jakarta Tercemar Berat, 95 Persen Limbah Rumah Tangga Belum Terkelola
Sungai di Jakarta Tercemar Berat, 95 Persen Limbah Rumah Tangga Belum Terkelola
Pemerintah
Dampak Perubahan Iklim Meluas, DPR Dorong Pengesahan RUU EBT
Dampak Perubahan Iklim Meluas, DPR Dorong Pengesahan RUU EBT
Pemerintah
Kemenhut Sebut 333.687 Hektare Lahan Ditetapkan Jadi Hutan Adat
Kemenhut Sebut 333.687 Hektare Lahan Ditetapkan Jadi Hutan Adat
Pemerintah
169 Reptil Dilindungi Hendak Dijual, Ada Sanca hingga Biawak
169 Reptil Dilindungi Hendak Dijual, Ada Sanca hingga Biawak
Pemerintah
Dukung Akses Kesehatan Nasional, Mitra Keluarga Cibubur Hadirkan Pelayanan Medis Ramah Keluarga dengan Wajah Baru
Dukung Akses Kesehatan Nasional, Mitra Keluarga Cibubur Hadirkan Pelayanan Medis Ramah Keluarga dengan Wajah Baru
Swasta
Ampuh Usir Gajah, Sereh Kini Digagas untuk Ekonomi Warga
Ampuh Usir Gajah, Sereh Kini Digagas untuk Ekonomi Warga
LSM/Figur
Penurunan Terumbu Karang di Great Barrier Reef Terburuk dalam 40 Tahun Terakhir
Penurunan Terumbu Karang di Great Barrier Reef Terburuk dalam 40 Tahun Terakhir
Pemerintah
Badan Cuaca PBB Sebut Suhu Ekstrem Pecahkan Rekor di Seluruh Dunia
Badan Cuaca PBB Sebut Suhu Ekstrem Pecahkan Rekor di Seluruh Dunia
Pemerintah
Bakti BCA Kembangkan Rumah Pangan Hidup, Wujudkan Desa Wisata Berkelanjutan
Bakti BCA Kembangkan Rumah Pangan Hidup, Wujudkan Desa Wisata Berkelanjutan
Swasta
Bagaimana Krisis Iklim Bikin Gajah dan Manusia Bertengkar? Ahli Jelaskan
Bagaimana Krisis Iklim Bikin Gajah dan Manusia Bertengkar? Ahli Jelaskan
LSM/Figur
Dukung Pembiayaan Berkelanjutan, Bank DBS Indonesia Ambil Peran sebagai ESG Coordinator
Dukung Pembiayaan Berkelanjutan, Bank DBS Indonesia Ambil Peran sebagai ESG Coordinator
BrandzView
Akademisi UI: Pembangunan di Pulau Padar Harus Ikut Danai Konservasi
Akademisi UI: Pembangunan di Pulau Padar Harus Ikut Danai Konservasi
Pemerintah
Cuaca Ekstrem Akibat Perubahan Iklim Kian Sering Batalkan Acara Besar
Cuaca Ekstrem Akibat Perubahan Iklim Kian Sering Batalkan Acara Besar
Pemerintah
Ahli Peringatkan, Pembangunan Pulau Padar Picu Erosi dan Ancam Komodo
Ahli Peringatkan, Pembangunan Pulau Padar Picu Erosi dan Ancam Komodo
Pemerintah
Benarkah Harimau Merasa “Ketagihan” Memangsa Manusia ketimbang Satwa?
Benarkah Harimau Merasa “Ketagihan” Memangsa Manusia ketimbang Satwa?
LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau