Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Akademisi UI: Pembangunan di Pulau Padar Harus Ikut Danai Konservasi

Kompas.com - 08/08/2025, 16:09 WIB
Zintan Prihatini,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

 

JAKARTA, KOMPAS.com - Dosen Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia, Mahawan Karuniasa, menilai pembangunan fasilitas pariwisata di Pulau Padar, Nusa Tenggara Timur, harus berkontribusi terhadap konservasi.

Pasalnya, rencana didirikannya bangunan di pulau kecil itu berisiko merusak ekosistem darat maupun laut. Di perairannya, hidup satwa dilindungi seperti pari manta, hiu, paus, hingga penyu.

"Kalau konsep konservasi itu maka pembangunan vila ini harus dalam konteks resor atau destinasi konservasi. Sehingga uang yang masuk di situ punya proporsi yang cukup untuk turut mendanai konservasi di sana," ungkap Mahawan saat dihubungi, Kamis (7/8/2025).

Di sisi lain, dia mengaku tak mengetahui secara pasti seberapa besar daya dukung Pulau Padar jika dibangun ratusan properti seperti yang direncanakan. Namun, Mahawan meyakini daya dukung pulau relatif lebih kecil. 

Baca juga: Ahli Peringatkan, Pembangunan Pulau Padar Picu Erosi dan Ancam Komodo

"Termasuk kalau misalnya ada komodo berarti jumlah makanannya jadi terbatas di sana, itu adalah yang dimaksudkan contoh daya dukung. Oleh karena itu daya dukung di segi pulau kecil pasti relatif lebih sensitif, lebih terbatas dibanding pulau yang lebih besar," tutur dia.

Artinya, konsep pembangunan perlu berbasis destinasi berkelanjutan, menjaga kelestarian, serta mendukung konservasi di darat maupun ekosistem laut. Lainnya, skala pembangunan tak lebih dari 3 persen total lahan Padar.

Mahawan menegaskan, pembatasan area bangunan perlu dilakukan agar tidak menekan flora dan fauna sekitar.

"Jadi ini rencana jangka panjangnya harus dibatasi skala pembangunan. Kalau melihat ukurannya pandangan saya, sekarang itu tidak bisa lebih dari yang direncanakan sekarang," jelas Mahawan.

"Terkait pengaturan spasialnya, nah itu kan harus ada semacam wilayah buffer. Sehingga berjaga jarak antara aktivitas manusia di destinasi itu dengan komodo," imbuh dia.

Pengelola juga harus memikirkan penggunaan energi bersih untuk listrik, dan pengelolaan sampah. Makin banyak pengunjung yang datang, maka makin banyak tumpukan sampah dan limbah cair.

"Pengolahan sampah dan limbah itu harus ketat, apalagi pulau kecil sensitif, tidak boleh sama sekali limbah dan sampah itu menekan ekosistem di situ. Setidaknya dibawa keluar dari tempat itu kalau masih ada sisanya dibawa keluar ke luar," ucap Mahawan.

Baca juga: Pulau Padar Diperketat, Vila Tetap Dibangun dengan Skema Ekowisata

Di samping itu, dia mewanti-wanti agar vila yang terbangun tidak mengganggu roda perekonomian masyarakat yang terbiasa mengangkut turis menggunakan pinisi.

Diberitakan sebelumnya, Menteri Kehutanan, Raja Juli Antoni, mengatakan ratusan vila bakal dibangun PT Komodo Wildlife Ecotourism (PT KWE) di Pulau Padar.

Perusahaan telah memegang izin usaha sarana pariwisata alam sejak 2014 melalui SK Menteri Kehutanan Nomor SK.796/Menhut-II/2014.

"Saya akan memastikan bahwa pembangunan Pulau Padar itu bagian dari konservasi, dan memang di Undang-Undangnya dibolehkan untuk ada namanya ekoturisme yang berbasis ekologi," kata Raja Juli di kantornya, Jakarta Pusat.

Dia menyampaikan pembangunan harus mengutamakan kelestarian, sehingga tidak merusak habitat komodo di Pulau Padar. Terkait rencana ini, Kemenhut mengacu pada Environmental Impact Assessment (EIA) sesuai standar World Heritage Centre (WHC) dan International Union for Conservation of Nature (IUCN).

Dokumen EIA disusun oleh tim ahli lintas disiplin, dan telah dikonsultasikan secara terbuka bersama pemerintah daerah, tokoh masyarakat, LSM, pelaku usaha, hingga akademisi dalam forum konsultasi publik di Labuan Bajo pada 23 Juli 2025.

Baca juga: Menhut: Saya Akan Pastikan Pembangunan Pulau Padar Bagian dari Konservasi

"Jadi ada 600 vila, bahkan hanya boleh maksimum 10 persen dari konsesi yang diberikan. Yang kedua tidak boleh bangunan beton jadi harus knockdown yang bisa dipindahkan kapan pun kalau seandainya itu dianggap mengganggu," ujar dia.

Fasilitas akan dibangun di atas lahan seluas 15,375 hektare (ha) atau 5,64 persen dari 274,13 ha total perizinan berusaha di Pulau Padar. Setidaknya ada lima tahap dan tujuh blok lokasi pembangunan.

Sementara ini, Kemenhut masih meninjau dan meminta izin kepada Unesco terkait pembangunan fasilitas pariwisata di Pulau Padar.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Menanti Hasil Perundingan Global untuk Akhiri Polusi Plastik
Menanti Hasil Perundingan Global untuk Akhiri Polusi Plastik
LSM/Figur
Akademisi UGM: Perubahan Iklim dan Manusia Jadi Pemicu Keringnya Sungai Eufrat
Akademisi UGM: Perubahan Iklim dan Manusia Jadi Pemicu Keringnya Sungai Eufrat
Pemerintah
100 GW PLTS oleh Kopdes Bisa menjadi Pembangkit EBT Terbesar di Asia Tenggara
100 GW PLTS oleh Kopdes Bisa menjadi Pembangkit EBT Terbesar di Asia Tenggara
LSM/Figur
China Terbitkan Katalog Baru Proyek Keuangan Hijau
China Terbitkan Katalog Baru Proyek Keuangan Hijau
Pemerintah
Perusahaan Sawit Disegel karena Picu Karhutla 1.514 Ha di Kalsel
Perusahaan Sawit Disegel karena Picu Karhutla 1.514 Ha di Kalsel
Pemerintah
Sungai di Jakarta Tercemar Berat, 95 Persen Limbah Rumah Tangga Belum Terkelola
Sungai di Jakarta Tercemar Berat, 95 Persen Limbah Rumah Tangga Belum Terkelola
Pemerintah
Dampak Perubahan Iklim Meluas, DPR Dorong Pengesahan RUU EBT
Dampak Perubahan Iklim Meluas, DPR Dorong Pengesahan RUU EBT
Pemerintah
Kemenhut Sebut 333.687 Hektare Lahan Ditetapkan Jadi Hutan Adat
Kemenhut Sebut 333.687 Hektare Lahan Ditetapkan Jadi Hutan Adat
Pemerintah
169 Reptil Dilindungi Hendak Dijual, Ada Sanca hingga Biawak
169 Reptil Dilindungi Hendak Dijual, Ada Sanca hingga Biawak
Pemerintah
Dukung Akses Kesehatan Nasional, Mitra Keluarga Cibubur Hadirkan Pelayanan Medis Ramah Keluarga dengan Wajah Baru
Dukung Akses Kesehatan Nasional, Mitra Keluarga Cibubur Hadirkan Pelayanan Medis Ramah Keluarga dengan Wajah Baru
Swasta
Ampuh Usir Gajah, Sereh Kini Digagas untuk Ekonomi Warga
Ampuh Usir Gajah, Sereh Kini Digagas untuk Ekonomi Warga
LSM/Figur
Penurunan Terumbu Karang di Great Barrier Reef Terburuk dalam 40 Tahun Terakhir
Penurunan Terumbu Karang di Great Barrier Reef Terburuk dalam 40 Tahun Terakhir
Pemerintah
Badan Cuaca PBB Sebut Suhu Ekstrem Pecahkan Rekor di Seluruh Dunia
Badan Cuaca PBB Sebut Suhu Ekstrem Pecahkan Rekor di Seluruh Dunia
Pemerintah
Bakti BCA Kembangkan Rumah Pangan Hidup, Wujudkan Desa Wisata Berkelanjutan
Bakti BCA Kembangkan Rumah Pangan Hidup, Wujudkan Desa Wisata Berkelanjutan
Swasta
Bagaimana Krisis Iklim Bikin Gajah dan Manusia Bertengkar? Ahli Jelaskan
Bagaimana Krisis Iklim Bikin Gajah dan Manusia Bertengkar? Ahli Jelaskan
LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau